39. Perkara Duren

48 25 14
                                    

Gadis itu masih terus menerus mengoceh tanpa henti pada seorang pemuda yang malah senyum senyum sendiri.

Frustasi.

Itulah yang dialami gadis elf cantik itu saat pertanyaan yang ia lontarkan tidak ada yang membalasnya. Ingin sekali rasanya mencekik 3 orang disana.

"Jelasin napah etdah, susah amat buat ngomong apa!" Kata Aning dengan ngegas.

3 orang disana nampak tuli dan menganggap jika Aning adalah tv yang sedang ditonton.
Merasa tidak ada tanda tanda balasan pertanyaannya, Aning langsung menarik lengan Viana untuk menghadap ke arahnya.

"Vi, jelasin napa, lo mau gue gila gara gara frustasi?"

"Ya lo pikir aja dong sendiri, masa kayak gitu aja gatau."

"Ya emang gatau! Sejak kapan coba lo panggil Aklesh dengan sebutan sayang? Terus kenapa lo samabdia kudu manggil bonyok Aklesh itu Mom and Dad. Lo kan punya mak sendiri!"

"Lah emang panggilan gitu cuma buat orangtua doang?" Sela Aklesh.

"Hm, betul! Panggilan itu juga bisa buat mertua kan yak" Timpal Carlos mencoba memberi sinyal, namun Aning tetap saja tak mengerti.

"Haishhh!! Habis sudah kesabaran gue ngadepin kalian! Udah ah mending gue pergi aja!"

Aning mulai beranjak pergi berjalan menuju taman belakang mansion, tidak lupa sepanjang jalan dirinya terus saja mengeluarkan kata kata mutiara yang begitu menguatkan...

Emosi.

Carlos,Viana dan Aklesh berinisiatif untuk mengikuti gadis elf itu yang nampak sedang frustasi. Lain hal nya dengan Aning yang berjalan cepat, mereka bertiga malah saling pandang dengan senyuman jahil.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sudah sampai di taman belakang Mansion, namun mereka sama sekali tak melihat seseorang yang tadi diikutinya.

Dengan langkah lebar, Viana mulai berlari mendahului Aklesh dan Carlos mencari cari keberadaan sahabatnya.

"Mana ya tu bocah?" Ujarnya dengan melihat kesana kemari.

Orang yang dicari malah sedang mendongak dengan tangan bersidekap didekat pohon yang amat besar. Takut Aning Kesambet karena berdiri seperti itu didekat pohon, Viana pun dengan jahilnya menendang kecil kaki Aning.

"Awss!!" Ringisnya dikala kaki jenjang itu ditendang oleh seseorang.

"Ngapain lo disini? Mau ritual ngepet kah?"

"Gak gitu! Gue cuma lagi liatin tuh duren gede gede banget. Kayaknya gapernah diambilin deh, gue pengen, cuman bingung mau ngambil gimana caranya.." Kata Aning seraya mendongak melihat duren yang begitu menggiurkan baginya.

Viana mengangkat sebelah alisnya dan mengikuti arah pandangan Aning.

"Hwek, gaenak!" Viana tiba tiba mengeluarkan ekspersi muntah saat melihat pohon yang penuh duren itu.

"Dih, lidah lo bermasalah keknya.."

"Nyatanya gaenak! Lembek! Bau nya apa lagi hwek!!"

Aning memutar bola matanya malas karena sahabatnya itu sangat tak menyukai durian, apalagi bau nya. Waktu disekolah dulu, dia pernah membeli es rasa duren dan meninumnya didekat Viana. Tapi berakhir dengan Viana yang menendang plastik es itu hingga pecah, sungguh miris.

Mau bagaimana lagi? Jika Aning selalu berada di dekat Viana maka dia harus puasa makan durian, jika pun dia ingin makan. Dia harus menjauh sejauh jauhnya dari Viana.

"Ish, kalo gamau makan yaudah! Tapi bantuin gue buat ngambil buahnya."

"Gila lo, baunya aja gue gatahan dari jauh. Apalagi ngambil apa megang, jijik!"

Legend Of Blue Eyes 'Shewolf Of Choice'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang