13. SERANGAN (B)

83 53 7
                                    

Axel pun menggeram dan berkata "senang bisa bertemu denganmu untuk terakhir kalinya, kawan." Ucapnya penuh penekanan. Austin lalu berdecih "hah, liat saja nanti siapakah yang duluan akan menikmati akhir hidupnya."

Serigala Viana masih menggeram menahan emosi melihat tingkah Austin yang sangat sombong itu.

Austin lalu melirik ke arah Viana dengan tatapan meremehkan, "Hai, senang bertemu denganmu dan selamat tinggal padamu" Ujarnya kemudian ia langsung melesat persis di depan Viana.

Viana yang masih dalam keadaan half wolf pun memasang sikap waspada. Ia pun menggertakan gigi giginya menahan emosi melihat wajah angkuh milik Austin itu. "Kau cantik, namun sayang, kau harus mati." Ucapnya dengan seringai dan mulai menyerang Viana secara bertubi tubi.

Aku yang tak fokus pun langsung terpental karena beberapa Demon ternyata mulai menyerang ku. Dilihat dari jumlah, aku memang kalah, tapi dibandingkan dengan ribuan rogue itu aku tetaplah unggul karena aku adalah seorang Alpha.

Hanya para demon itu saja:lah yang bisa menyentuhku. Benar benar menyusahkan.
Aku pun hanya bisa menghindar dan menangkis serangan mereka.

Aku mulai lelah bahkan Axel pun mulai tak fokus, maka dari itu aku pun me mindlink Carlos untuk membantuku.

"Carlos, apakah kau mendengarku?"

"Ya Alpha aku mendengarmu, ada apa?"

"Cepat kau kemari, ke hutan Blackwolf dengan beberapa Warrior. Pasukan Austin menyerang, aku butuh bantuan secepatnya."

"Baik. Kami segera kesana."

Aku masih menangkis serangan Demon dan rogue itu sesekali aku melirik Viana yang tengah bertarung dengan Austin. Dan aku melihat Viana sudah kelelahan menghadapinya, aku sangat ingin membantu namun aku juga di serang secara bertubi tubi.

Viana Pov's

Aku tak mengerti apapun yang terjadi, yang jelas kini aku tengah menghadapi seseorang yang menyerang ku tanpa ampun dengan belati kecil dengan ukiran tulisan tulisan kuno. Aku masih bingung, dari segi manapun dia lebih unggul dariku mengingat dia adalah Werewolf. Dan yang lebih mencengangkan mengapa aku tadi bisa melolong? Dan mengapa sekarang tubuhku berubah menjadi serigala?

"Hah? Apa ini wujud dari serigala itu? Cukup menakutkan untuk seekor semut." ucapnya meremehkanku.

Entah mengapa itu membuatku amat kesal, aku-maksudku serigala ini pun langsung menyerang nya secara bertubi tubi. Sekarang ia seperti dikuasai oleh amarah.

Sreeek...bughh!!

Satu cakaran dan hantaman berhasil serigala ini hadiahkan pada perutnya, aku merasa puas. Bahkan aku merasakan serigala ini sedang menyeringai penuh kemenangan.

Serigala ini mendekati tubuh yang terbaring lemah itu, memandangi wajahnya dengan tatapan penuh kebencian. Ia menggeram kemudian bersiap menghadiahkan cakaran lagi padanya, namun tiba tiba saja tubuhnya meluruh dan kurasakan sakit pada punggung ku.

"Shhss.." Ringis ku saat ada benda tajam menancap di punggung. Aku segera berbalik dan aku melihat seseorang beraura hitam pekat dengan sayap yang mengerikan menancapkan belati pada punggungku.

Sontak aku mencoba menyerang dengan sisa tenaga ku tapi begitu mudah nya ia menghindar. Semakin lama aku bergerak semakin banyak tenaga ku yang kurasa menghilang.

Pusing, sakit melanda kepalaku.
Dunia serasa berputar seketika aku terpental saat Demon itu meninju bagian perutku.

Aku terlempar cukup jauh dan menabrak pohon yang besar, dapat kurasakan aku sudah berubah menjadi manusia. Rasa sakit di punggungku kian menguat ditambah cairan yang keluar dari mulut dan hidungku.

Sakit, sakit sekali...

Apakah ini akhir dari hidupku? Mati dalam keadaan bingung dan tak mengerti apapun?

Disaat aku mencoba bangkit aku melihat seseorang berjalan ke arahku dengan tatapan sendu.

Ia mendekat dan berjongkok persis di depanku, aku tak kuat untuk berdiri dan akhirnya aku terjatuh namun dengan sigap pria itu menahan tubuhku.

Entah mengapa aku sangat nyaman didekap olehnya, sentuhannya mengingatkan aku pada seseorang. Dan saat itu juga pandanganku mengkabur, dapat kulihat secercah wajah kekhawatiran bercampur rindu di wajahnya.

Aku tersenyum simpul dan kemudian aku menyentuh pipinya yang sudah dibasahi oleh air mata.

"Kak Cody..." hanya itu yang aku ucapkan sebelum aku larut dalam kegelapan.

***

Legend Of Blue Eyes 'Shewolf Of Choice'Where stories live. Discover now