Road Trip (4)

723 78 13
                                    

Nyatanya menginjak pedal rem saat tanjakan itu melelahkan. Wajah kusut Halilintar terpampang jelas di kaca mobil.

"Abang capekkah?"

"Capek aku Gem, kalau kayak gini terus legrek lama - lama tubuh ini"

"Idih tumben lu bang dramatis? Kesambet yaq?" Solar sempet banget meledek si sulung yang kek mau meletup.

"Hsstt jangan ngadi - ngadi nanti satu - satunya manusia yang bisa membawa kita keluar dari sini beneran diseret ama mbak kunti, gimana?" Ice sebenernya nggak takut, cuman saudara - saudaranya ini penakut tentang hal mistis.

"Jahanam punya adek" Halilintar menyahut.

Setelah berlama - lama menunggu antrian sembako— ralat maksudnya menunggu mobil, truk, bis dll didepannya bergerak, akhirnya mereka mendapatkan jawaban kenapa macet dengan panjang 1 km bermedan curam itu mengambil waktu yang lama.
Dari sisi kanan terlihat batu besar tengah menghalangi jalan tak luput lumpur disana sini serta bagian sisi paling kiri jalan amblas. Auto darah mereka langsung dingin macam hati Ice.

"Anjir..." Taufan megang erat sabuk pengaman.

"Mana kopi?"

"Bang anda manusia atau bukan sih kok santai banget masih sempat minta kopi" Taufan heran. Abangnya ini minta sesajen atau begimana?

"Ada nggak kopinya?!"

"Nggak ada!"

Halilintar nyebut kebun binatangnya. Nggak tahu kah mereka kalau tangannya ini mulai ngilu akibat cuaca dingin?!

"(T^T) Bang jangan terlalu ke kiri lah!!! Jatuh kita nanti!"

"Berisik! Diem!! Gua tahu gob***! Licin jalannya!!"

Sedang Halilintar ngedumel sendiri yang dibelakang diem... sunyi.

"Dah kabut turun, hujan lagi, mana kagak kelihatan apa - apa"

"Turun lu lar"

"Ngapain gua turun njir?!" Makin anyep nih tangannya!

"Jadi lampu tambahan"

"Lagian kenapa kita juga masuk nih alas pas malem?!"

"Ya tuhan tolong kami...." Gempa dah merapalkan doanya.

3 jam lamanya mereka senam kardiovaskular melototi jalan was - was jikalau ada sesuatu terjadi. Tak lama mereka mulai melihat rumah penduduk dipinggir jalan. Halilintar langsung belokkan mobiknya ke kiri. Semua orang keluar mobil bersujud syukur kecuali Halilintar yang minum kopi.

"Please nggak lagi lewat situ" Blaze mengeluh.

"Btw itu satu - satunya jalur tercepat" Solar ngikut Halilintar mesen kopi.

"Itu menantang adrenalin.... mau lagi" cuman Ice yang kalem sepanjang perjalanan.

"NGGAK MAO!!!"

Perjalanan mereka dilanjutkan dengan mencari penginapan karena sudah masuk tengah malam serta mereka terlalu lelah dan sedari tadi Halilintar komplain kalau kepalanya pusing. Sampai dipenginapan abang mereka yang gagah dan ganteng itu langsung lunglai.

"Nih guntur bisa sakit juga ternyata" Blaze noel - noel pipi abangnya yang langsung ditepis.

"ÕwÕ kasihan abang Hali... Kecapekan..."

"Entah kenapa aing mikirnya dia ketempelan" Taufan entah darimana udah megang dupanya.

"Ah yang bener lu" Blaze jadi bergidik lalu mendekat ke Ice.

"Siapa sih yang nggak pangling ama abang kita. Setan aja bisa tergeletak tak berdaya kalau melihat mode serius abang kita ini" Ice bergumam dah setengah tidur dia.

"Ohhhh mungkin itu kenapa makanya setannya nempel ke bang Hali nggak nempel ke kita" kali ini aja Solar percaya beginian.

"Ngomong yang bener lu"

"Pertanyaan sekarang gegara abang kita tepar........ ini kita masih jadi liburan atau nggak?!"

#

Chapter Road Trip Tamat

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon