Dearest (6)

353 52 18
                                    

Halilintar termenung, sekali lagi merutuki pencipta alam yang memberikannya hidup dengan banyak cobaan, seperti tak puas setelah mengambil pemilik hatinya kini dirinya diuji dengan kondisi putranya. Jika saja Gempa tidak diruangan itu menahannya, mungkin Halilintar sudah menghujam dokter yang menangani Supra.

Kenapa pula disaat genting ini selalunya dia mendapatkan orang yang tidak berkompeten dalam profesinya?

Dosa apa yang Halilintar pernah lakukan dikehidupan masa lalunya hingga orang - orang terdekatnya bernasib na'as seperti ini?

Haruskah seorang Halilintar menjauh dari apa yang dia sayangi untuk menangkal nasib buruk yang mengawal dirinya?

....

....

....

....

....

Putranya itu hidup tapi mati. Dia masih bernafas, masih berdetak, cuman itu semua dalam bantuan teknologi, support medical system. Dokter berkata padanya dengan wajah yang sama yang ditunjukkan padanya berpuluh tahun yang lalu bahwa dia tak dapat membuat si bocah siuman. Dia menyambung bahwa seluruh tubuh anak itu mengalami shut down, si musuh menikam saraf yang membuatnya bisa terbangun atau darah yang mereka miliki tak sebanyak yang dibutuhkan Dokter.

Omong Kosong macam apa yang baru saja dia dengar?

"Pakai darahku"

"Tapi—"

"Jika memang dia anakku, darah kami tak beda jauh"

Halilintar melihat dokter itu mengerti sesuatu seperti baru ngeh dengan informasi yang didapatnya.

Tak ada yang tahu relasinya dengan bocah itu, hanya saudaranya dan beberapa temannya. Halilintar menyembunyikan fakta ini dari semua orang, menyembunyikan identitas anaknya untuk melindunginya dari musuhnya. Halilintar tak akan mengulangi kesalahan yang sama, membiarkan orang terkasihinya menjadi target.

Halilintar juga tak akan percaya sesuatu yang tak masuk akal seperti anaknya itu tak bangun akan terjadi. Dia itu anak Solar. Orang yang paling unpredictable dalam kamus Halilintar, yang nggak bisa dimasukkan dalam kategori orang normal. Yang punya berbagai cara, berbagai rencananya untuk membuatnya kesal sekaligus fond. Halilintar tak percaya Supra akan takluk pada sesuatu yang human.

Halilintar tak mau percaya.

Dia in denial.

Dia tak ingin seluruh dunianya menjadi gelap saat hanya ada sang bulan yang menemani dikala mataharinya berhenti bersinar.

Untuk sekejap saja Halilintar melepaskan pedangnya, sekaligus melepaskan topeng yang sering dia gunakan dan sering di lihat orang.

Dia bertekuk lutut dan untuk pertama kalinya selama 17 tahun ditinggal olehnya, Halilintar berani mengucapkan namanya lagi.

"Kumohon..."

"Kumohon... jangan ambil Supra dariku juga" Halilintar menggenggam erat tangan Supra. Mencium tangan yang lebih kecil darinya.

"Solar... kumohonjangan bawa Supra dulu. Bawa dia kemari, Solar. Tuntun dia kembali padaku"

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang