Dia (1)

558 62 25
                                    

Seseorang membantu Nee untuk mengenal sebuah platform baru Maka sebagai rasa terimakasih Nee membuat chapter ini atas requestnya

Enjoy

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yang Taufan tahu mengenai elemen bernama Solar itu, saat dia bertemu [secara paksa] diruangan tak berfurnitur [dia baru mengenal arti dari kata itu saat mendapatkan kendaraan melayang atau yang sering Tuannya panggil Hoverboard] didalam dimensi milik Tuan Solar.

Ya, bukan Tuannya Taufan yang cantik dan rupawan. Serta bijak dan baik hati.

Melainkan Tuannya Solar yang jelek dan beringas. Serta tamak dan kikir.

Taufan hanya tahu satu hal saat bertemu pertama kali dengannya dan hidup sehari bersamanya, bahwa elemen cahaya yang seharusnya memendarkan kehangatan dan memberikan rasa aman kepada apa yang seharusnya dia lindungi itu menatapnya kosong.

Bagai patung yang sedemikian rupa diciptakan semirip mereka yang hidup tapi ini kebalikannya.

Mata silver kosong menatapnya, berekspektasi bahwa dia bisa memusnahkannya, melenyapkannya sesegera mungkin untuk mengakhiri penderitaan yang sampai sekarang Taufan tak paham.

Apalah daya Taufan yang tak bisa melakukan apapun, terlalu panik dengan keadaannya yang sekarang. Dia dipaksa menjadi sesuatu yang bukan dirinya ditangan Tuannya Solar. Berakhir tersadar bahwa memiliki Tuan layaknya Kuputeri adalah sebuah privilege [hak istimewanya sangat simpel. Terbang bebas menembus langit khas udara Windara. Ketambahan lagi mendapatkan Boboiboy, serasa seperti VIP, bisa terbang di langit berbagai planet]

Bertambahnya elemen yang jatuh ditangan Tuannya Solar yang serakah hanya membuat mata silver itu makin terbebani.

Mungkin merasa dirinya sebagai eksistensi kekuatan murni? diperalat menjadi sesuatu yang memakan, menghancurkan, membinasakan makhluk hidup bukanlah apa yang dia inginkan.

Kebencian merebak kala itu. Mereka membencinya karena telah menarik mereka dari Tuan yang mereka panggil rumah. Taufan makin merasa kasihan. Merasa bahwa sebenarnya semua ini bukanlah salah si elemental cahaya melainkan Tuannya.

Sejak kapan dia mulai peduli?

Apa karena Taufan tak pernah melihat senyum merekah pada wajah yang mati rasa itu? Atau karena sekuat apapun elemen itu memasang wajah datarnya ada kalanya dia mendengar isakan pelan keluar dari mulut yang dia kira membisu itu?

Semakin Taufan menaruh perhatian padanya makin pudar pula cahayanya meski energi atau kekuatan yang dapat meluluh lantahkan negri itu dapat digunakan semaksimal mungkin, keindahannya meredup.

Seperti diujung eksistensial.

Hingga akhirnya dia tak menemuinya sama sekali, meninggalkan mereka dalam kesunyian yang menenangkan.

Disaat semuanya terpuruk dalam kepedihan masing - masing didalam dimensi bertuankan makhluk serakah, Taufan masih memikirkannya.

Dimana dia?

Kemana dia pergi?

Baru saat mereka berganti Tuan, Taufan bisa bertemu dengannya lagi.

Dengan wajah yang baru tapi identitas yang masih sama.

Taufan sedikit berharap bahwa dengan berganti kepemilikan elemen itu akan sedikit terlihat bahagia.

Nyatanya.

Mata itu masih hampa. Makin terpuruk bahwa eksistensinya masih ada.

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Where stories live. Discover now