Dearest (3)

575 54 25
                                        

Supra tahu, manusia didepannya ini, pendonor darah serta raganya itu bukan sembarang manusia. Dia akui, makhluk penyuka hitam dan merah itu bisa mengalahkan musuhnya dalam sekali serang, tapi tak pernah terpikirkan oleh Supra dalam jangkauan kategori sekuat apa ayahnya itu termasuk.

Tebasan vertikal berjarak 30 cm darinya itu membelah lawan menjadi dua, menyipratkan darah serta daging bercampur organ pada wajahnya. Jika saja bukan karena mata semerah yang dia miliki itu, Supra berpikir malaikat maut datang dan ajalnya sudah dekat.

Kali ini, krah bajunya ditarik oleh tangan terselimuti darah, meneriaki sesuatu pada sepupunya yang lain lalu kembali menebas.

"Cepat bergerak! Jangan menjadi beban!"

"Siapa juga yang menyuruhmu kemari?! Aku tak butuh bantuanmu!"

"Lalu apa?! Kau mau mati disini?!"

"Pedulimu apa?! Kalaupun aku mati, kau juga tak akan peduli, kan?!"

Sejenak Supra melihat gejolak pada mata semerah darah yang mengalir pada pelipisnya. Tarikan pada krah bajunya lebih gusar, dan kini dia bertatap langsung dengan mata ruby, sangat dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas orang yang seharusnya menjadi panutannya dalam hidup.

"Aku telah berjanji pada ibumu bahwa aku akan melindungimu!"

Bocah itu merasa medan perang saat ini sangat sunyi dan hanya ucapan lelaki didepannya itu yang berdengung dikepalanya.

Dia tak terima. Bukan ini yang dia inginkan dari sosok didepannya.

Bukan pengakuan atas sosok yang tak ada selama hidupnya yang muncul dari mulut itu.

Kenapa pula manusia satu ini selalu delusi dengan seseorang yang sudah tak ada?!

"Aku tak butuh perlindunganmu!"

Sesuatu terputus, mungkin itu urat kesabaran ayahnya yang putus menghadapi dirinya atau ekspresi penyesalan yang hinggap sebelum tertutup oleh amarah yang lebih besar lagi disertai kemeranaan, dan mungkin jika saja situasinya tidak seperti ini Supra akan sejenak berpikir, mengapa mereka seperti ini?. Ya itu yang dipikirkannya sebelum semua rotasi pemikirannya membeku pada ucapan orang itu.

"Hanya kau yang aku punya darinya!"

Itu pengakuannya padanya bahwa hidupnya itu masih mempunyai arti untuknya.

Sedikit kebahagiaan merambat, Supra membuka mulutnya. Kata yang ingin terucap tak bersuara, diganti oleh cairan merah yang membercak mengenai wajah didepannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kurang tiga chapter lagi Nee buka request 😆

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora