Dia (4) [Complete]

435 54 14
                                    

Dan disinilah dia berada di depan pintu dimensi cahaya. Bagaimana pun caranya, Taufan harus bisa membuat si pemilik dimensi keluar dari sarangnya. Dengan bermodalkan niat untuk meminta maaf, dia mengetuk pintu itu.

Sekali.

Dua kali.

Masih tidak dihiraukan.

Elemental angin itu berganti strategi memanggil pemilik dimensi itu.

"Solar? Solarrrr~ Solarrr—"

"Pergi"

Taufan agaknya senang bahwa si elemental cahaya itu ternyata masih mau berbicara dengannya. Ya, meskipun pintunya masih tertutup dan dia tak dipersilahkan masuk, Taufan tetap positif.

"Ku ingin bicara"

Pintunya masih tak dibuka tapi Taufan percaya kalau si elemental cahaya itu mendengarkannya tepat dibelakang pintu itu.

"Maaf—"

"Aku tak butuh dikasihani"

Ahhhh benar juga berbicara dengan elemental ini sangatlah sulit.

"Hey, kau kan adikku—"

"—jangan berkhayal. Kita ini hanya sekumpulan energi. Kita tak bernyawa, tak memiliki ikatan darah, pastinya bukan saudara"

Seperti biasa ucapannya pedas sepedas chili yang mereka temui di planet Kadruax.

"Kita ini keluarga—"

"—kita ini hanya kuasa yang sewaktu - waktu bisa diambil—"

"Hey, bisa tak dengarkan dulu?!" Muak juga lama - lama si Taufan jika elemental ini tiap dia berbicara langsung di-counter.

Sunyi sebentar dan Taufan merasa bodoh karena menghentikan elemental cahaya untuk berkata lebih. Baru juga ingin menjedukkan kepala ke pintu itu, Taufan mendengarkan suara samar dari lawan bicaranya.

"Kenapa?"

"Hmmmm?"

"Kenapa kalian baik padaku? Aku pernah menyakiti kalian! Kenapa kalian masih menganggapku salah satu dari kalian?! Mengapa aku tidak dibiarkan?! Mengapa tidak kalian jauhi?! —pantaskah orang yang menyakiti kalian diberi kebaikan?"

Sesuatu menggerakkan hati Taufan saat mendengar ucapan itu. Si elemental angin mendorong pintu emas yang cahaya meredup setiap kali pemiliknya mempertanyakan, apakah dia pantas diperlakukan layaknya..... layaknya mereka memperlakukan anggota yang lain?

"Tentu saja kau pantas! Siapa yang bilang tak pantas? Monyet itu? Meh sini kita hadapi dengan fusion baru kita!" Taufan mengucapkan kata - kata itu menggebu - gebu seperti dia akan benar - benar menggunakan tingkat tiganya melempar makhluk itu keluar angkasa.

Gejolak tadi sedikit padam diganti dengan rasa iba. Si elemental angin memeluk sayang tubuh meringkuk si elemental cahaya.

"Tahu matahari?" Taufan mengusap mata perak yang menghitam karena kekurangan tidur itu. "Dia yang paling jahat dan juga yang paling baik. Dia jahat karena UVnya bisa membunuh makhluk hidup.  Dia juga baik karena menjadi unsur terpenting yang membuat manusia hidup"

"Bagi kami kamu penting, layaknya anggota keluarga kita yang lain" mereka juga punya sumbang sir kekacaun yang berefek ke Tuan mereka yang baru.

"Masalah tentang yang dulu, aku— tak— kami memaafkanmu. Toh itu juga bukan salahmu" akhirnya Taufan punya keeempatan untuk mengatakan ini kepadanya yang terbebani pada yang lalu. Sejenak saphire melihat perak menatapnya tak percaya.

"Kalau kau kesepian ada kami. Bermanjalah dengan kami. Kami keluargamu. Kami kakak - kakak mu" Taufan mengusap lembut kepala tak bertopi didepannya itu, merasakan halusnya rambut si elemental cahaya.

"Kami sudah berdamai, Sol. Jadi sekarang waktumu untuk berdamai dengan diri sendiri"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Matahari memang indah tapi tampak tak menawan tanpa planet - planetnya

Complete

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Where stories live. Discover now