Dearest (8)

364 46 22
                                    

Entah sejak kapan kakinya itu punya pikiran sendiri atau tangannya yang secara otomatis mencoba meraih sosok itu atau tetesan air yang tak tahunya telah merembes ke pipinya atau gejolak rasa yang tak tertahan yang tak pernah Supra rasakan bercampur menjadi satu dan dia hanya bisa mengatakan satu hal yang tak pernah dia sangka akan keluar dari mulutnya.

"Bu-bunda?"

"Huh"

Langkahnya berhenti dipertengahan memperpendek jarak mereka.

Pria itu mendengus geli (?), tertawa kecil (?), dan Supra tak paham dengan ekspresi yang mulutnya sebut Bunda itu. Dia tampak asing. Baju putih dengan galur emas dan perak. Mungkin itulah mengapa dia menyukai warna putih? Tapi semua ini tak seperti yang di deskripsikan dalam buku yang pernah dia baca tentang kasih sayang mereka yang telah tiada.

"Hey, kenapa kau berhenti? Don't you miss me?"

Perkataan itu terdengar seperti guyonan tapi Supra tahu dibalik itu, pria itu juga sangat, sangat, sangat merindukannya.

Jadi tak masalah kan bagi Supra untuk sejenak menjadi bocah yang ingin dipeluk oleh ibunya?

Tapakan kakinya berubah menjadi lari dan rentangan tangannya kali ini benar - benar menggenggam baju ibunya, tak menghilang seperti apa yang setiap hari dimimpikannya.

Dia memeluknya sangat erat dan orang yang dia peluk melakukan hal yang sama bahkan lebih. Supra tak ingin melepaskan pelukannya tapi Bundanya melakukan itu. Adegan yang  menariknya ke masa lalu.

Pria itu mencium tangannya lalu mencium keningnya setelahnya membelai wajahnya pelan, sampai pada mencium pucuk rambutnya dan entah kenapa gestur itu mengingatkannya pada suatu memori dimana tangannya yang sangat kecil dan chubby kala itu, masih bisa meraih wajahnya.... ah itu memori saat dia masih bayi saat kehangatannya masih Supra rasakan sangat dekat.

"Kau mirip sekali dengan Hali" ibunya itu berkata. Mengusap air mata yang bagaimanapun Supra tahan masih saja terjatuh layaknya air terjun

Untuk kali ini saja tak ada rasa benci dalam dirinya setiap kali nama itu disandingkan dengannya. Dia hanya bisa luluh dalam sentuhan hangatnya.

"Ku tak mau disamakan dengannya"

"Yep, kau punya attitudenya"

Supra pouting mendengar itu.

"Aku ingin disamakan dengan Bunda ketimbang dia"

"Hehhhh? Itukah kenapa kau menggunakan kaca mata padahal matamu baik - baik saja?"

Pria itu terkekeh saat wajah didepannya bersemu merah. Dia membelai kepala Supra sambil bernostalgia.

"Mohon maklumi ayahmu yang kek batu bara dan tolol emosi itu. Dia..... harus bagaimana aku menjelaskan ini padamu? Pokoknya begitulah"

"Kau tak menjelaskan apapun"

"Ya sama halnya dengan apa yang ku rasakan menemukan putra ku disini"
Entah kenapa Supra merasa harus lari sekarang juga, hey pundaknya mulai sakit!!

"Jelaskan. Kenapa kau bisa disini, sayang~" meriang melanda Supra kala dia melihat ekspresi pria bermata perak.

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Where stories live. Discover now