"Why we stop here, Sisil?"
Nada suara otoriter itu membuat Sisil memutar bola matanya gemas. "Your daddy want's me to buy some flowers..."
Lo bakalan dapat ibu tiri! Yang seperti nenek sihir! Seperti Maleficient! Tahu rasa lo! Dijadiin sup!
Sisil menahan dirinya supaya nggak melontarkan kata- kata sadis itu pada Kee. Belum reda kekesalannya pada si Bapak, sekarang dirinya harus menghadapi kloningannya yang nggak kalah bikin pusing ini. Sudah banyak maunya, banyak tanya pula!
Dulu, nenek Sisil selalu mendongeng soal anak nakal yang punya ibu tiri. Saat ayah kandung si anak sedang bepergian, si anak nakal berbuat sesuatu yang membikin si ibu tiri kesal. Setelahnya anak itu dijadikan sup. Ketika ayahnya pulang, si ibu tiri menyajikan sup itu dan menemukan jari kelingking milik anaknya.
Seram bukan?
Ya, awalnya Sisil juga percaya sama dongeng tersebut. Sampai akhirnya ayahnya pulang dan mengumumkan bahwa beliau akan menikahi Tante Widya.
Tante Widya seharusnya juga bukan orang asing lagi bagi Sisil. Sebab perempuan itu adalah adik kandung ibunya Sisil. Sementara Ibunya Sisil sendiri meninggal ketika gadis itu masih berusia dua tahun.
Karena kesibukannya bekerja di PLN, maka ayah Sisilpun nggak punya banyak waktu untuk mengurusi bayi yang masih merah itu. Ayahnya harus berangkat kerja pukul tujuh dan pulang pukul lima sore. Begitu pulang pun beliau merasa lelah dan penat karena pekerjaan dan pikirannya. Alhasil, Sisil kerap dititipkan di rumah neneknya.
Saat itulah ayahnya jadi mengenal Tante Widya dengan baik. Tante yang sekarang jadi ibu Sisil itu begitu sabar dan telaten merawat dan menghadapi Sisil. Sehingga tergugah hati ayah Edna. Beliau akhirnya jatuh cinta dan melamar Tante Widya.
Dua tahun kemudian, lahirlah Tara adik Sisil. Jarak antara dirinya dengan sang adik kurang lebih enam tahunan. Awalnya memang Sisil jadi sempat terpengaruh oleh cerita-cerita neneknya, sehingga membuat gadis itu kebingungan tentang bagaimana caranya menghadapi Tante Widya sebagai ibu tiri.
Namun, karena Tante Widya sendiri adalah seorang pendidik, beliau menjelaskan dengan telaten. "Ibunya Sisil tetap Ibu Wina. Sisil boleh panggil Tante apa saja." Papar Tante Widya kala itu.
Ayah Sisil akhirnya memberikan saran agar memanggil Tante Widya dengan sebutan Mama. Dan Ayahnya juga mengatakan agar Sisil nggak perlu takut. Sebab Mama selama ini berlaku sabar pada Sisil.
Jadi setelah itu Sisil menyimpulkan bahwa nggak semua ibu tiri itu jahat. Tergantung seberuntung apa kita. Kalau beruntung ya bisa dapat yang baik banget seperti Tante Widya alias mamanya Sisil. Tetapi yang nggak beruntung pasti dapatnya yang kayak nenek sihir.
Sisil membeli bunga lily, bunga aster, daisy, dan peony. "Tolong dirangkai ya, terus ini kartu ucapannya," Sisil sudah menulis tiga baris kalimat yang membuat wanita manapun yang membacanya bakalan klepek- klepek.
Sebenarnya dia agak bingung. Yang dilakukannya ini sepertinya malah membuat para perempuan itu menempel ke bosnya. Bukan malah menjauhkan mereka seperti yang diinstruksikan oleh Pak Bos. Akan tetapi apa salahnya? Kata Bu Deviana kan Pak Reagan harus cepat-cepat dapat jodoh. Jadi ini yah, katakanlah upaya Sisil dalam membantu bosnya supaya jangan jadi duda lapuk!
Sudut- sudut bibir Sisil terangkat membentuk busur senyuman iseng. Dia puas sekali.
Biar saja. Biar tahu rasa deh. Siapa tahu job desc jadi istrinya Reagan Aldrich itu sepaket sama antar- jemput Kee. Bersihin rumahnya, servis mobil, cuci mobil, ambil laundry....
Sisil tertawa dalam hati. "Sorry nih ya, Pak. Saya nggak bermaksud jahat lho..."
***"
Jam di mejanya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Segala sesuatu yang telah diinstruksikan Dito padanya sudah diselesaikan oleh Sisil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Secretary
ChickLitMenjadi sekretaris seorang Reagan Maximillian Aldrich bukan sesuatu yang mudah. Pria itu kadang nggak berbicara dan membuat Sisilia Renata susah menerjemahkan apa maksudnya. Bagi Reagan Maximillian Aldrich, kebutuhannya sudah terpenuhi dengan adany...