Untung hari ini libur.Sisil mendesah. Menggeliat sedikit dengan penuh senyum di wajahnya. Selain mencuci baju, hari rencananya dia hendak berbelanja untuk keperluan bulanannya. Sebangsa menyetok sabun, shampo, Indomie, telur, kornet, sosis, beras, dan lain sebagainya.
Kalau tidak capek, Sisil memang suka masak sendiri. Dia penggila makanan pedas. Kerap dia dan Pretty memasak nasi goreng gila yang kelewat pedas. Dimakan sambil nonton drama Korea bertema horor dan komedi romantis. Wuih, rasanya seperti hidup di surga.
Nggak jarang juga dia sampai harus rebutan sambal geprek sisa dari Go Food ayam geprek sampai harus berantam cuma perkara sepele; lagi-lagi sambal.
Selain itu, Sisil juga sangat menyukai makanan berkuah. Misalnya soto, bakso, seblak, dan asem-asem. Selama di Jakarta, dia memuja tiga jenis soto. Soto Ambengan, soto Kudus dan tentu saja soto Betawi.
Jadi, mungkin hari ini berbekal mister Google, dia mau coba bikin soto Ambengan. Lumayan hemat duit karena ini sudah mau akhir bulan.
Hendak ia lanjutkan mimpi indahnya pagi itu, sebelum Pretty merusak segalanya dengan gedoran di pintu kamarnya yang membabi buta.
Sisil sudah berupaya meredam suara- suara berisik itu dengan memasukkan kepalanya ke bawah bantal. Menutupi telinganya sedapat mungkin. Dalam hati dia terus merapal mantra. "Gue nggak dengar suara Pretty... Gue nggak dengar suara Pretty... Gue nggak dengar suara Pretty... Gue nggak dengar suara Pretty...
Tapi siapa sih yang mampu membuat cewek itu menyerah kalau sudah punya mau? Padahal palingan dia getol gangguin Sisil cuma mau minjem baju buat mejeng bareng teman- temannya.
Sementara Sisil sendiri sangat butuh jam ekstra tidurnya, yang tidak ia dapatkan pada hari- hari biasanya.
"Siiiilllll!" suara itu bagaikan mimpi buruk dari neraka. "Kalau lo tetap nggak mau bukain pintunya nih ya, gue bom sekarang juga!" teriak Pretty bersemangat.
Bersemangat untuk menyiksa tidur pagi suci Sisil, mungkin sudah jadi misi buat Pretty. Sisil jadi sebal. Minta ampun banget punya teman modelan begini.
Dia akhirnya menyerah. Turun dari ranjang dengan gontai. Mirip zombi dengan rambut acakadut. Ia buka pintu kamar dan menampakkan ekspresi paling malas sedunia. "Apa sih pagi- pagi gini udah berisik banget. Dalam hidup gue yang singkat ini, gue butuh yang namanya ekstra tidur. Dan lo baru saja ngerusaknya!"
Pretty seperti biasa, menjelingkan matanya ke atas. "Tuh, ada tamu. Gue kalau nggak diminta Tante Kos, ogah juga bangunin lo yang tidurnya kayak kebo gitu!" dengusnya.
Alis Sisil naik sebelah. "Tamu?" tanyanya heran, "siapa?"
Pretty mengangkat bahu. "Auk. Buruan deh cuci muka. Biar tuh jigong ilang. Biar penampilan lo agak berbudaya gitu."
Pretty yang pagi itu sudah kelihatan kece dalam setelan olah raga warna shocking pink ngeloyor begitu saja. Biasanya sih hari gini dia suka ngecenging berondong di CFD.
Pacar cewek itu nggak pernah jelas bentuknya. Kalau bukan terlalu muda ya terlalu nyentrik. Biasanya sih anak band. Kendati Pretty suka membawa so called sahabatnya ke kosan, tapi kalau Sisil bertanya apakah Julian alias Ijul adalah pacarnya, pasti Pretty langsung mencak-mencak. Macam induk ayam yang kehilangan anaknya.
***
Jujur saja Sisil rasanya agak terkejut mendapati pria itu duduk di ruang tamu Tante Kos. Tubuh tegap, dada bidang, dalam balutan jaket hitam dan paras di atas rata- rata membuat para penghuni kos, terutama yang cewek- cewek pada mondar- mandir di depan ruang tamu Tante Kos yang selebar lapangan tenis itu.

ESTÁS LEYENDO
Miss Secretary
Chick-LitMenjadi sekretaris seorang Reagan Maximillian Aldrich bukan sesuatu yang mudah. Pria itu kadang nggak berbicara dan membuat Sisilia Renata susah menerjemahkan apa maksudnya. Bagi Reagan Maximillian Aldrich, kebutuhannya sudah terpenuhi dengan adany...