"Mas nggak tahu, rupanya kamu udah jadi sultan di Jakarta," pria bernama Gagas Herlambang itu tersenyum menggoda. Bermaksud untuk membuat ketegangan yang tampak di wajah sepupunya slash mantan kekasihnya itu mereda.Sewaktu datang ke kosan Sisil tadi, Gagas sudah merasakan bahwa gadis itu sedang berada dalam kondisi bad mood. Bahkan nyaris mengacuhkan Gagas. Sisil memang ada di hadapannya, akan tetapi pikiran gadis itu seolah melanglang buana tanpa arah. Hingga beberapa saat lamanya tadi, Gagas seperti bicara seorang diri.
"Kamu pulangnya malam banget?"
"Iya nih, Mas. Lembur. "
"Kata Bulik kamu kerja jadi sekretaris?" alisnya menjinjit seperti bertanya atau tidak yakin.
Memang pekerjaan sekretaris tidak seheboh akuntan, konsultan, atau ahli IT yang seringnya melewati malam- malam tanpa tidur. Tapi pekerjaan yang dilakukan Sisil lebih menghebohkan dari pada itu.
Sore tadi, mendadak Reagan mendapatkan kejutan. Malina datang ke kantor bersama Bu Deviana. Membuat Reagan mau nggak mau harus memasang wajah ramah terbaiknnya. Meski hanya Ibu tiri, dan Reagan pun juga nggak begitu akrab dengan perempuan itu, namun karena menghargai jerih payah Deviana yang mau merawat putra pria itu, maka Reagan selalu berusaha untuk bersikap sopan.
Bu Deviana nggak marah tentu saja. Karena ketika ditanya mengapa Reagan nggak datang ke restoran yang telah dipesan Sisil, lelaki itu berkata bahwa dirinya betul-betul lupa. Bu Deviana kemudian maklum, meski seorang CEO, kesibukan Reagan memang luar biasa. Terlebih sebelum dia datang, kondisi perusahaan nggak terlalu bagus. Banyak sistem yang menurutnya harus diperbaiki.
Bu Deviana pun percaya saja. Malah dia menasihati Malina agar bersabar dengan Reagan. "Kamu setelah ini harus lebih sering memperhatikan Reagan. Harus lebih sering nengok ke sini."
Dengan gaya khas anak baik-baik, Malina mengatakan bahwa dirinya siap mengunjungi Reagan kapanpun. Hal itu tak pelak membuat Reagan semakin geram. Satu nama terbetik dalam pikirannya. Dia akan memotong-motong tubuh Sisil jadi tujuh belas bagian!
Sepulangnya kedua tamu, mendadak pria itu jadi semakin uring- uringan nggak jelas. Sampai-sampai Dito menyalahkan Sisil atas kejadian tersebur. Memang Reagan akan selalu begitu. Ketika ibu tirinya atau perempuan kirimannya datang mengunjungi kantor, setelahnya Reagan bakalan tantrum. Hal itu sudah pasti barang tentu akan merembet ke para stafnya. Utamanya Sisil dan Dito.
"Mas ke sini sendiri?" Sisil nggak punya pertanyaan lain untuk diungkapkan saat itu.
Sepulangnya dari kantor, yang dia ingin lakukan hanyalah mandi, menyalakan televisi, menonton sesuatu di sana untuk menghilangkan ketegangan sekaligus kegelisahan juga rasa bersalahnya pada Reagan. Kemarin niatnya dia hanya ingin mengerjai pria itu. Mempercepat proses hubungan Reagan dan perempuan pilihan Bu Deviana. Meski Sisil tahu pasti bahwa Malina bukanlah tipe perempuan yang ingin dikencani Reagan.
Pria itu mungkin saja menyukai perempuan berpenampilan menarik. Sekaligus peraih penghargaan nobel kalau bisa. Dulu Katya punya nggak hanya memiliki anugerah berupa wajah cantik dan kaki jenjang. Tapi wawasan perempuan itu benar-benar luas, karena dia selalu bepergian ke berbagai tempat. Juga karena ternyata mantan pacar bosnya itu punya hobi yang sama dengan Kee, yaitu membaca.
Pikiran Sisil memang seolah- olah masih tertinggal di kantor. Sekarang dia nge-blank. Lagi pula, ia juga sudah lama sekali rasanya nggak bertemu dengan kakak sepupunya itu. Jadi selain canggung karena mereka punya kisah di masa lalu, Sisil pun juga nggak tahu harus mengobrolkan tentang apa.
Bertanya tentang keluarga di Semarang sudah dia lakukan ketika pertama kali Gagas berkunjung ke kosnya beberapa hari yang lalu. Mengobrol tentang keluarga Gagas, takut Sisil sakit hati sendiri ketika mendengar kisah kebahagiaan pasangan itu.

ČTEŠ
Miss Secretary
ChickLitMenjadi sekretaris seorang Reagan Maximillian Aldrich bukan sesuatu yang mudah. Pria itu kadang nggak berbicara dan membuat Sisilia Renata susah menerjemahkan apa maksudnya. Bagi Reagan Maximillian Aldrich, kebutuhannya sudah terpenuhi dengan adany...