Chapter 26

54.7K 4K 92
                                        

Adult Stroller, nama night club yang sedang launching malam itu dipenuhi oleh sebanyak 500 tamu undangan. Kelab tersebut menempati bangunan sebelas lantai. Menempati area paling prestisius di Jakarta Timur.

Selain mengundang Ishtar Olympia, acara itu juga menampilkan beberapa penyanyi terkenal ibu kota. Salah satunya adalah Brigitta Alanna. Suaranya yang powerfull dan serak-serak basah itu sangat memanjakan telinga. Lalu ada DJ yang sedang naik daun belakangan ini, DJ Souza, yang didatangkan langsung dari Singapura.

Segalanya yang ada di pesta itu terasa seperti di alam mimpi bagi Sisil. Dari outfit para tamunya yang nggak biasa.  Dress code untuk acara ini adalah gold, red, and black. Acaranya sendiri bertajuk Gold and Glory.

Sementara itu, sajian yang diberikan juga sungguh memanjakan lidah. Mulai dari canape, sampanye, dan masih banyak lagi. Jumlahnya pun berlimpah dan sepertinya nggak akan pernah ada habisnya. Berbagai minuman beralkohol dari seluruh penjuru dunia pun disediakan. Rokok dan cerutu free flow tanpa batas. Perempuan cantik ada di setiap sudut.

Tepat pukul setengah dua belas, suasana jadi lebih menggila. Sementara DJ Souza beraksi, tubuh-tubuh meliuk di tengah dance floor. Mereka berciuman tanpa peduli siapa yang jadi pasangan. Sementara itu, yang dilakukan Sisil hanyalah mematung di sudut ruangan.

Tadinya ia masih duduk bersama beberapa orang temannya. Termasuk juga Pretty. Sampai ponsel sahabatnya itu terus-menerus bergetar. Rupanya Julian yang menelepon. Pretty menyingkir, meninggalkan Sisil hanya bersama Janice dan Alexa. Nggak berselang lama, kedua teman Sisil itu dihampiri oleh dua orang cowok yang  sebelumnya gagal merayu Sisil.

Sisil sedang scrolling HP- nya, ketika ia merasa kalau ada seseorang yang sedang mengawasinya. Seketika gadis itu menegakkan kepala. Di hadapannya berdiri sosok jangkung itu. Dengan ekspresi kaku seperti biasanya. Yang tetap menyebalkan menurut Sisil.

Gadis itu mengalihkan pandang. Mengapa pria yang sangat ingin dia hindari bisa berada di tempat yang sama dengannya? Setahu Sisil, Reagan nggak terlalu doyan dengan pesta- pesta beginian.

Dengan menggenggam gelas berisi minuman berwarna kuning pucat, pria itu mengawasi Sisil. Tentu saja hal tersebut membuat Sisil menjadi sangat resah. Kalau mau pergi, dirinya juga harus melewati lelaki itu.

"Kamu nggak mau menyapa mantan atasan kamu?"

"Halo, Pak."

"Kamu masih sakit hati sama saya kayaknya. "

"Kenapa Bapak bisa ada di sini?"

"Saya diundang."

Sisil akhirnya hanya bisa mengangguk-angguk bodoh. Tentu saja semua yang berada di tempat ini harus membawa undangan. Ini adalah kelab malam eksklusif. Yang kemungkinan besar akan menyaingi eksistensi tiga bersaudara pemilik Mythology Group.

Sisil akhirnya memberanikan diri untuk bangkit dari tempat duduknya yang mulai panas membara. Membuat bokongnya nggak nyaman. Padahal tadinya ia berniat nongkrong saja di tempat itu hingga acara usai. "Mau ke mana?"

"Bukan urusan Pak Reagan." Tantang Sisil. Entah mengapa saat ini adrenalinnya mengalir begitu deras. Jantungnya berdetak dengan ritme yang sangat menggelisahkan. Begitu kencang. Begitu mengguncang. Hingga rasanya Sisil ingin menggigil.

Dia hanya seorang Reagan Maximilian Aldrich. Dia mantan bos Sisil yang mengesalkan. Pria yang sangat dibencinya. Mengapa di hadapan pria seperti ini dirinya seolah lumpuh? Karena alih-alih melangkah seperti keinginannya, sepasang kaki jenjangnya menolak untuk digerakkan sama sekali.

Sisil berusaha menghindari tatapan tajam menghunus pria itu padanya. Dia nggak ingin membuat dirinya sendiri malu. Cukup sudah dirinya dilecehkan oleh pria yang kini bergerak lebih dekat ke arahnya itu.

Miss SecretaryWhere stories live. Discover now