"Sebenarnya, lo punya hubungan apa sama Pak Gatra? Kok belakangan gue lihat kalian jadi akrab banget?" Nadya langsung menodongnya dengan pertanyaan bernada curiga, begitu Sisil mendudukkan dirinya di atas kursi kantin lantai satu siang itu.Siang ini bosnya pergi ke luar untuk makan siang bareng Malina. Akhirnya . Sisil merasa begitu lega. Karena mungkin saja misinya untuk membantu Bu Deviana mendapatkan calon ibu bagi Kee sepertinya akan tercapai dengan mudah.
Jadi, siang ini Sisil bebas tugas untuk berkeliaran membeli makan buat bosnya. Sebagai gantinya, dia bisa memanjakan diri dengan semangkuk soto ayam di kantin. Mengapa harus selalu soto ayam? Karena selain harganya murah, dapatnya juga banyak. Bisa bikin perut Sisil kenyang sampai jam pulang kantor nanti.
Seporsi soto ayam dengan nasi harganya 20 ribu rupiah saja. Sudah include telur rebus setengah, dan teh tawar atau air putih. Suwiran ayamnya juga sangat royal. Sangat menguntungkan bagi orang yang lagi berhemat macam Sisil saat ini.
"Akrab gimana sih? Perasaan biasa aja. " Sisil berkilah, sembari menyeruput es teh tawar dari sedotan. Dia melancarkan jurus acuh tak acuh supaya Nadya kesal dan nggak menodongnya lagi.
Aneh juga hidup ini. Padahal Sisil berusaha supaya nggak jadi orang yang kepo. Mau tahu saja urusan orang lain. Tapi anehnya dia berteman dengan Nadya yang nggak cuma kepo, tapi juga julid.
Akan tetapi, menjadi kepo sekali saja, Sisil ingin merasakannya. "Jumat lalu gue sempat lihat lo balik sama Ko Willy. Kalian jalan bareng sekarang?"
Nadya melengos. Sisil masih bisa menangkap semburat kemerahan yang menyebar di wajah cantik gadis itu.
Willy Andreas bekerja di bagian riset pasar. Lelaki itu cukup menarik. Wajahnya agak mirip dengan aktor-aktor Hong Kong, Aaron Kwok sewaktu masih muda. Dengan rambut lebat yang terlihat begitu lemas dan halus, yang selalu jatuh ke dahinya. Willy memang cukup dekat dengan Rifat. Ibaratnya mereka satu tongkrongan. Jadi langkah Nadya yang sekarang bergerak mendekati Willy juga patut dicurigai. Entah dia betulan tertarik pada lelaki itu, atau hanya sekedar jadi batu loncatan supaya jalan Nadya mendekati Rifat jadi lebih gampang.
Sebenarnya nggak adil juga kalau Sisil atau orang lain menaruh curiga sampai sedalam itu pada Nadya. Gadis itu memang tipikal orang yang mudah bergaul. Wajar kalau dia gampang kenal dan akrab dengan orang baru.
Soal yang dibilang Nadya barusan memang benar sih. Pak Gatra belakangan cukup sering mengajaknya makan siang bareng atau kadang malah makan malam. Dalam rangka apa lagi kalau bukan tanya- tanya tentang Laras yang masih mengambil cuti?
Dan karena belakangan Sisil juga punya segudang masalah yang menunggu untuk segera diselesaikan, dia jadi melupakan Laras yang sudah dua mingguan lebih belum balik ke kantor lagi.
Laras yang jarang mengambil jatah cuti memang masih punya jatah selama 24 hari . Sisil tahu, Laras sedang pulang kampung ke Wates Kulonprogo, tapi saking berjubelnya pikiran dalam kepala, dia sama sekali lupa kalau dirinya harus menelepon sahabatnya itu untuk mencari tahu kabarnya saat ini.
"Btw, memang terjadi sesuatu sama Pak Gatra dan Laras kan..." Mata Nadya yang tajam itu mulai menyelidik. Sisil yang tengah menyeruput es jeruknya hanya memasang tampang beloon. Wajah polos yang tidak tahu apa- apa. Hal itu tentu saja bikin Nadya menatap sebal padanya.
"Lo pasti tahu sesuatu dong?"
"Tahu? Gue tahu apa memangnya?"
"Belakangan lo agak mengalami semacam... kemunduran gitu ya?" kedua alisnya menukik tajam, disertai kerutan di dahi. "Atau lo sengaja menutupi sumber baunya?" mata Nadya sekarang sudah jelas-jelas menuduhnya. Gadis itu tersenyum sinis. "Asal lo tahu, yang namanya bangkai, gimanapun lo nutupinya, pasti bakalan nyebar baunya. Jadi menurut gue percuma juga lo sembunyiin faktanya dari semua orang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Secretary
ChickLitMenjadi sekretaris seorang Reagan Maximillian Aldrich bukan sesuatu yang mudah. Pria itu kadang nggak berbicara dan membuat Sisilia Renata susah menerjemahkan apa maksudnya. Bagi Reagan Maximillian Aldrich, kebutuhannya sudah terpenuhi dengan adany...