Chapter 6

63.1K 4.5K 64
                                        


Kayak kerjaan Sisil kurang banyak saja.

Masalahnya, Reagan itu memang tipe orang yang anti- sosial. Dia cuma mau ngomong sama Dito, sama Sisil, dan pada sesama anggota Board of Director.

Memang Sisil yang ketiban apesnya, dapat bos macam Reagan begitu. Ditambah anaknya. Sekarang ditambah ibunya pula! Dulunya sih, awal- awal bekerja di Golden Epona, Sisil adalah sekretaris untuk Pak Gumilang, yang nota bene adalah sepupu Bu Deviana.

Pak Gumilang menjabat sebagai CEO, pensiun sewaktu Sisil baru satu tahun bekerja di perusahaan kargo dan ekspedisi itu. Sebenarnya, Reagan baru masuk ke Golden Epona setahun yang lalu. Sebelumnya, pria itu bekerja di perusahaan kargo di Norwegia dan Kanada. Dipanggil pulang karena Pak James merasa dua anaknya dari Bu Deviana tidak bisa diharapkan untuk jadi penerus kerajaan bisnis yang kadung dibangun dengan susah payah oleh James.

Keegan sendiri sudah lama ikut kakeknya tinggal di Indonesia sejak usianya tiga tahun. Begitu mendengar mantan menantunya meninggal dunia, atas desakan Deviana, James segera mengurus kepindahan hak asuh atas cucu sematawayangnya itu.

Ibu Kee, Lydia Hart adalah wartawan perang yang meninggal ketika melakukan liputan di Afghanistan. Akan tetapi sejak berpisah dengan Reagan, Lydia sengaja menitipkan Kee pada ibunya yang orang Hispanik.

Dulunya, Pak Gumilang sangat mudah diatasi. Sisil hanya mengerjakan tugas yang semestinya dilakukan oleh sekretaris pada umumnya. Pekerjaan normal. Bergaji standar. Tapi Sisil sabar melakukannya.

Sisil belum  pernah mendapatkan tugas tambahan sampai sebanyak saat  ini. Satu hal yang membuatnya sedikit lega; Reagan bukanlah tipe pria mata keranjang. Jadi Sisil tak perlu mengkhawatirkan keselamatannya.

***

Gadis itu masuk ke unit apartmen milik Reagan yang berada di lantai enam belas. Sambil menggerutu dia memasukkan kartu akses yang dipegangnya hingga pintu terbuka dengan bunyi klik samar.

Begitu menginjakkan kakinya di dalam apartemen tersebut, kesan dingin nan maskulin langsung menyambutnya. Sisil tak punya banyak waktu untuk mengamati interior apartemen mewah dengan tiga kamar tersebut.

Langsung saja ia menuju ke kamar utama. Membuka pintunya, berusaha untuk tidak menoleh pada ranjang King Size yang bertahta dengan gagah di tengah - tengah ruangan. Langkahnya mantap menuju walk in closet milik atasannya itu.

Deretan rak gantung dan lemari kaca raksasa yang menjulang ke langit- langit menjadi pemandangan yang Sisil jumpai begitu menggeser pintu. Aroma wangi yang menyenangkan langsung menyerbu indera penciumannya.

Ia bengong sesaat, ketika matanya menangkap pemandangan menakjubkan tersebut. Walkin closet tersebut  mirip seperti butik kelas atas yang biasanya ada di mal- mal premium seperti Grand Indonesia.

Di sebuah lemari kaca geser yang menempel ke dinding,  memperlihatkan barisan setelan Reagan. Tampak merek-merek ekslusif terpampang di sana sekalipun warnanya terbilang monoton. Reagan hanya mengenakan beberapa merek. Seperti Tom Ford, Brioni, Armani dan Ermenegildo Zegna.

Puas mengagumi isi walkin closet milik Reagan, Sisil kemudian kembali menggeser pintu ruangan tersebut hingga benar- benar tertutup rapat.

Yang membuat semuanya mudah bagi Sisil, bosnya itu punya setelan jas yang rata- rata berwarna hitam. Dan semuanya dibalut dengan plastik laundry bening. Sebenarnya, meskipun asal comot, tidak bakalan ada bedannya kalau dia salah mengambil merek lain.

Tapi karena terbiasa melakukan tugas ini, dan tahu bosnya terkadang bisa sangat teliti alias bawel, Sisil memastikan  setelan hitam yang dibawanya adalah dari Tom Ford. Ia juga berusaha mati-matian agar benda itu tidak menyentuh lantai ataupun kusut. Tubuhnya yang semampai plus hak sepatu tujuh sentinya banyak membantu misinya kali ini.

Miss SecretaryWhere stories live. Discover now