Chapter 15

54.3K 4.5K 68
                                        

"Nggak kurang gila tuh lo, Sil? Bisa- biasanya ngatain bos sendiri pecinta batangan!" Pretty nggak berhenti menyindir Sisil sambil tergelak- gelak kencang.

Sementara hingga tiba di rumah, sesudah mandi air hangat. Setelah makan semangkuk Indomie rasa ayam bawang dengan potongan cabai rawit, plus sawi, telur dan kornet hingga kenyang, ketegangan itu masih  juga dirasakannya.

Masih terpatri dalam ingatannya bagaimana wajah Reagan ketika mendengar Sisil nyeplos soal bosnya yang gay dan nggak doyan perempuan.

Sepanjang perjalanan ke sekolah Kee, Sisil sampai nggak bisa lagi menggambarkan bagaimana rupa Reagan yang sepertinya nggak sekedar marah. Tapi murka.

Untungnya, sampai jam pulang kantor, si bos nggak lagi menampakkan dirinya di hadapan Sisil. Padahal Sisil sudah ketar- ketir. Takut kalau- kalau besok sudah ada surat pemecatan menunggu di mejanya.

"Lo bisa nggak sih, paling enggak empati gitu kek sama gue! Ini gue lagi stress banget gila!" Sisil menyugar rambutnya. Malam ini dia nongkrong di kamar Pretty yang tumben- tumbenan bisa balik lebih cepet dari biasanya.

Biasanya Pretty baru nongol di atas jam sepuluh malam. Karena keluyuran entah ke mana bareng pacar barunya. Yang nggak lain dan nggak bukan adalah Ijul alias Julian.

"Terus, terus tadi lo diapain dong?" Pretty mengedip- ngedipkan matanya genit. Dasar ganjen!

Ingatan Sisil kembali melayang ke acara jemput Kee tadi siang yang sepertinya mirip main film horor. Sebab suasananya mencekam banget.

Sisil duduk di depan, di samping Dito yang jadi sopir siang itu. Sementara si bos duduk bagaikan Kaisar yang siap mengeluarkan titah untuk melemparkan  Sisil ke jalanan kapan saja. Mobil itu sesenyap kuburan. Bergerak pun Sisil nggak berani. Bernapas dia takut salah.

Dia memang jarang ketemu si bos. Maksudnya intesitas dia ketemu sama bos nggak sesering Dito, tapi sekalinya ketemu ya kayak begitu.  Reagan itu beda sama bos- bos di Golden Epona lainnya. Yang lain sih kalau bawahannya kerja nggak bener baru didamprat. Nah, ini senyum saja kayaknya harus ditukar dengan selembar nyawa.

Salah sedikit dapat tatapan tajam, belum lagi omelannya yang pedas banget macam mie Jebew yang lagi viral itu.

Waktu Kee masuk ke mobil, suasana jauh lebih mencekam lagi. Bocah itu kelihatan banget canggung sama bapaknya sendiri. Terteror, lebih tepatnya.  Sebelum duduk di samping bapaknya, Kee menatap ragu pada Sisil, dan gadis itu hanya mengangguk. Kemudian barulah Kee mau menempatkan bokong di samping Reagan yang bahkan sama sekali nggak menoleh ke arah anaknya itu.

Kalau gitu ngapain pakai acara jemput- jemputan segala kalau pada akhirnya nggak saling ngomong juga. Sisil melihat dari rear view mirror. Di situ dia melihat bahwa muka Keegan itu sampai tegang banget. Hilang sudah sosok Kee yang bawel dan jutek. Bocah itu jadi seperti kembali berusia lima dan ia menatap Reagan seperti melihat orang asing.

Suasana di mobil itu sendiri sudah persis kamp konsentrasi. Di mana orang-orang  menunggu dalam kecemasan untuk menanti  dimusnahkan.

***

Pretty yang sedikit banyak tahu tentang kisah Sisil di kantor nggak berhenti cekikikan. Baginya, nasib Sisil itu memang kelihatannya apes, tapi kalau gadis itu bercerita, penderitaannya jadi terdengar lucu di telinga Pretty.

"Puas banget ketawanya!" kecam Sisil tajam. "Dasar nggak setia kawan lo. Teman lagi susah malah diketawain!"

"Susah apaan? Itu lucu tahu." Pretty terbungkuk- bungkuk. Perutnya sakit, karena nggak berhenti tertawa. "Tapi lo sih yang hati- hati aja. Sebab di dunia yang lain, omongan lo soal gay dan penyuka batangan itu bisa jadi isyarat bahwa lo nantangin dia buat ngebuktiin ke elo kalau dia itu straight. Jantan." Pretty berbicara dekat sekali ke lubang telinga Sisil, sehingga membuat gadis itu bergidik.

Miss SecretaryTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon