Chapter 29

56K 4.4K 122
                                        

Begitu sampai di kosan, masalah baru sudah menyambut. Tadinya Sisil meminta supaya Reagan menurunkannya di depan gang. Ia akan berjalan sejauh seratus meter untuk mencapai bangunan kosnya. Tapi seperti yang sudah-sudah, Reagan sama sekali nggak merespon permintaan Sisil yang sebetulnya sederhana itu. Pria itu memilih membuat kehebohan dengan memarkirkan mobilnya di depan rumah Tante kos.

Sabtu pagi itu kosan Sisil mendadak heboh. Terlebih Tante kos. Melihat Jaguar seri terbaru terparkir di depan terasnya, masih dalam balutan daster tidur, si Tante langsung meluncur ke luar.

"Wah, ada bule!" serunya heboh. Muka Tante Kos langsung bersinar cerah. Lupa kalau masih pakai daster lusuh. "Mas Chris Hemsworth, ya!" Tante Kos benar-benar minta ampun deh. Bikin malu nggak tanggung-tanggung!

Di sebelah Reagan, Sisil hanya dianggap sebagai angin lalu saja. Tangan si Tante terulur, "Saya Nila,"

Tapi anehnya muka Reagan malah kayak clueless banget. Dia hanya melihat tangan Tante Kos yang yang putih dan montok dan tersemat dua cincin besar di jarinya. Karena uluran tangannya nggak segera disambut, si Tante baru menoleh ke Sisil. "Itu kamu dicariin, Sil." Katanya berubah jutek.

Sebuah Honda Jazz warna putih memasuki halaman kosan. "Ke sana gih. Biar Chris Hemsworth Tante yang urus." Yang setelahnya terdengar adalah teriakan Tante Kos yang membahana, memanggil Wulan. Meminta keponakannya itu untuk membuatkan minuman untuk tamu istimewa mereka.

***

Selagi Sisil dan Gagas duduk mengobrol di gazebo, Reagan mengawasi dari ruang tamu si Tante. Pria itu sebenarnya risi karena dijadikan objek penelitian oleh sekelompok wanita yang sewaktu-waktu bisa menjerit-jerit histeris.

Di ruang tamu tersebut ada Wulan, Pretty, Tante Kos, Pipit, Tyas plus Mbak Piah, ART Tante Kos. Mereka berenam duduk berimpitan di sofa panjang, sementara Reagan terpaku di kursi one seat. Menyilangkan kakinya yang panjang.

Tante kos secara terang-terangan  memperhatikan dada bidang berotot pria itu, yang tampak dari balik kemeja Ermenegildo Zegna-nya. Pretty sendiri mengawasi mata pria itu dan takjub karena warnanya benar-benar biru. Sementara rahang Wulan dan Mbak Piah seolah terkunci. Mereka pasti belum pernah melihat bule seganteng dan sewangi ini. Mana mobilnya bagus banget lagi. Hoki banget memang si Sisil bisa menggandeng bule seganteng ini.

Wulan berasal dari Liwa, Lampung. Sementara Mbak Piah dari Ciledug. Tentu saja barang bagus macam Reagan nggak tersedia di sana. Sementara Tyas yang bekerja di kantor hukum sebagai paralegal sudah sering melihat bule berkeliaran di gedung kantornya. Hanya saja mereka nggak setajir Reagan.

Terdengar seruan dari arah gazebo. Sisil berdiri. Gesturnya tegang. Membuat Reagan waspada, dan akhirnya ia mengangguk sekilas sebelum bergegas menuju tempat Sisil  sedang mengobrol dengan seorang lelaki yang sejak tadi membuat perasaan Reagan nggak enak.

Entah perasaan apa itu. Reagan merasa gusar, begitu melihat wajah tegang Sisil ketika menyambut kedatangan lelaki yang dipanggil Gagas tadi.

Reagan hanya bisa menerka-nerka, bahwa mungkin saja itu adalah pacar Sisil. Memikirkan kemungkinan tersebut, perasaan Reagan mendadak kacau balau. Hatinya berkecamuk oleh rasa tidak suka akan sosok yang sepertinya memperlakukan Sisil dengan sangat posesif.

***

"Kamu baru pulang?" Gagas memburu Sisil dengan pertanyaan, ketika pria itu melihat Sisil masih dalam pakaian yang semalam ia kenakan. "Sebenarnya apa yang kamu kerjain di sini, Sisil? Kenapa aku ngeliat kamu jadi berbeda sekarang?"

"Duduk dulu, Mas." Potong Sisil. Saat ini gadis itu terlalu lelah. Ia nggak ingin masalah baru. Terlebih harus berurusan dengan lelaki yang tampaknya sangat gusar hanya karena mendengar Sisil baru pulang pagi ini. "Mau minum apa?"

Miss SecretaryWhere stories live. Discover now