"Apa ini?" Reagan hampir saja mengeluarkan geraman, ketika melihat Dito berdiri kaku, dan serba salah di depan meja Reagan.
Di atas meja kerja Reagan, terhampar foto-foto perempuan berambut biru navy berpotongan pixie. "Bukannya aku sudah bilang, aku tidak tertarik."
"Saya tahu, Pak. Tapi ini permintaan Bu Deviana."
Reagan mendesah. Ibunya mulai lagi menyodor-nyodorkan perempuan padanya, semenjak hubungannya dengan Sisil mulai tidak menampakkan kejelasan.
Reagan meraup wajahnya. Ia luput mengawasi Ibunya yang kembali bergerak cepat, begitu tahu bahwa Sisil tidak pernah muncul, atau disebut-sebut lagi oleh anak tirinya itu. Bahkan Kee seperti sudah melupakan sosok mantan sekretaris ayahnya itu, karena bocah itu sudah mulai jarang menanyakan keberadaan Sisil . Bukan seperti awal-awal perginya Sisil yang membuat Kee kerap mogok bicara atau sampai mogok makan.
Deviana merasa ini adalah waktu yang tepat. Karena sepertinya, Reagan sangat terpukul atas kepergian Sisil. Perempuan baru akan sangat mudah untuk masuk di saat-saat seperti ini. Yah, begitulah menurut pemikiran sederhana Deviana Senoadji.
Padahal faktanya, Reagan masih belum melupakan Sisil sama sekali. Dia hanya melanjutkan hidupnya. Kedua, pilihan perempuan Ibu tirinya tidak ada yang membuat Reagan cocok. Mereka terlalu palsu.
"Yang ini cucunya Arthalia Widjaja, Pak. Ada dua. Yang satu Marika Eveline Sandjaja, fashion designer, sementara satunya lagi adalah Nicola Patricia Sandjaja, model dan aktris, yang pernah Pak Reagan tolak dua bulan lalu."
Foto gadis itu terpampang di atas meja kerjanya. Berpenampilan maskulin, dan lebih mirip dengan lelaki yang biasanya dipacari oleh adik tirinya. Tampaknya ibu tirinya sudah mulai putus asa. Sehingga terkesan asal-asalan mencomot perempuan. Mentang-mentang Reagan tidak lagi terlihat ingin serius dengan Sisil, lantas Deviana seperti mendapatkan angin.
"Marika Eveline Sandjaja ini sebenarnya sudah punya kekasih. Tapi sepertinya keluarga Sandjaja nggak menyetujui pilihannya. "
Beritahu Dito, yang otomatis membuat dahi Reagan berlipat."Lantas mengapa dia disodorkan padaku?"
"Sepertinya keluarganya sudah putus asa. Sebab, sepengetahuan saya, dia ... euh, dia tidak menyukai lawan jenis. Dan konon ... kekasihnya seorang model internasional bernama Malaika." Dito memejamkan matanya.
Thanks to bakat intelejen Nadya, yang dengan getolnya mencari informasi tentang dua pewaris Sandjaja. Gadis itu punya ketelatenan setara mata-mata. Meskipun dia agak kesulitan untuk melacak Marika, karena ternyata perempuan itu tidak memiliki akun media sosial, kecuali yang dikelola secara resmi oleh perusahaan fashion yang sudah dijalankan selama tujuh tahun terakhir ini.
Reagan menarik dua sudut bibirnya menjadi satu garis lurus. Menyiratkan bahwa dirinya tidak tertarik.
"Sementara yang Patricia, dia lebih liar dari ...."
"Dayana?"
Dito menggaruk-garuk bagian belakang telinganya. Merasa terlalu bingung untuk menghadapi situasi saat ini. "Begitulah."
Reagan beralih mengamati sekretarisnya itu sekarang. Dito tampak tegar, meski matanya menyiratkan ingin segera mengatasi situasi yang menegangkan ini.
"Ada lagi?"
"Asisten pribadi Bu Arthalia Sandjaja mengirimkan undangan fashion show yang akan diadakan akhir minggu ini."
Reagan masih belum memperlihatkan reaksinya. Matanya menerawang ke arah luar jendela dengan pemandangan langit berawan. "Mas Carrick sepertinya berpartisipasi dalam peragaan busana tersebut."

YOU ARE READING
Miss Secretary
ChickLitMenjadi sekretaris seorang Reagan Maximillian Aldrich bukan sesuatu yang mudah. Pria itu kadang nggak berbicara dan membuat Sisilia Renata susah menerjemahkan apa maksudnya. Bagi Reagan Maximillian Aldrich, kebutuhannya sudah terpenuhi dengan adany...