"Lo ngusir Chris Hemsworth begitu saja?" Pretty menggeleng-geleng nggak percaya. Melongo melihat begitu mudahnya Sisil menghalau dua cowok dewasa, mapan dan good looking sekaligus. "Sudah rabun kali lo, ya?"
"Ya kalau lo mau, ambil deh. Lo kan penganut poliandri tuh. Cocok deh. Dia kan playboy."
"Lo semalam sama Chris jadinya?"
"Namanya Reagan, Dodol! Kenapa jadi Chris, sih?"
"Habis matanya biru banget sih. Ganteng banget kayak di rok Ragnarok gitu. Tante Kos saja kesengsem sama dia."
Sisil mendengus. Ia lupa, bahwa terkadang Pretty bisa nggak masuk akal banget. Setelah berhasil memaksa Reagan pergi dari kosnya dengan berbagai ancaman, Sisil batal menjalankan rencananya. Yaitu mandi air hangat, menukar pakaiannya dengan daster rumahan yang adem dan nyaman, pinjam motor Pipit buat ngibrit sebentar ke warteg. Kemudian makan sambil nonton ulang The Glory, berharap serial yang dibintangi Song Hye Kyo itu bisa mengeluarkan emosinya dan memaki-maki Reagan sepuas hati!
Alih-alih mandi, dia malah terkapar di atas kasur. Lelah secara emosi dan fisik. Bertanya-tanya mengapa dirinya harus menghadapi masalah sepelik ini. Segila ini.
Apakah dosa-dosa masa lalunya belum diampuni Tuhan? Mengapa sekarang ini rasanya Sisil seperti dihimpit kesulitan dan ia merasa kalau nggak punya jalan keluar?
Sisil betul-betul merasa hopeless kali ini. "Sil," Pretty menyenggol pundak Sisil. "Sebenarnya ada apa sih? Kok kayaknya lo menderita banget gitu. Si bos lo bikin ulah apa? Kalian udah khilaf semalam ya?"
Sisil mendengus. Mendorong pundak Pretty balik. "Ngawur! Lo pikir gue semalaman nggak balik itu karena khilaf? Otak lo kapan sih beresnya?"
"Nah, otak lo tuh yang enggak beres. " Tukas Pretty tanpa ampun. "Gue semalaman nyariin elo sama Virnie. Well, gue emang balik duluan dijemput Ijul. Tapi habis itu Virnie jam tigaan nelepon. Katanya nggak nemuin elo di mana-mana. Eh, taunya lo lagi digondol sama Bapak Bos."
Hening. Sisil malas merespon. Otak Pretty memang keseringan eror. Seharusnya Sisil nggak perlu heran lagi kalau sahabatnya itu mulai ngelantur begini. Bawaan orok mungkin.
"Enak nggak punya dia?"
"Apaan?"
"Itunya..."
"Ih, apan itunya?!" Sisil melotot tajam. "Jijik amat sih lo ngomong gitu ke gue. " Sisil nggak terima.
"Jangan muna gitu deh. Gue juga nggak minta kok! Cuma katanya punya bule itu gede, kan? Gue pernah nonton di Sex and The City itu lho. Si Samantha punya teman kencan yang itunya gede banget. Malah saking gedenya, si Sam yang udah pro aja----"
"Setop! Setop!" Sisil menutupi kedua kuping dengan telapak tangannya. " You know what? Too much information! " geram Sisil. Pretty melongo. "Memangnya meski dia seganteng itu, trus gue mau gitu, melorotin celana dalam buat dia!"
Pretty terenyak syok. Belum pernah Sisil bicara sefrontal ini. Biasanya Sisil itu paling kalem. Kalau sampai ada yang bikin dia kehilangan kesabaran, berarti orang itu memang berada dalam daftar paling puncak orang yang nggak disukai gadis itu.
"Apa?!" bentak Sisil.
Pretty menggeleng cepat-cepat. Takut kalau bulu-bulu di sekujur tubuhnya pada berdiri melihat pelototan mata Sisil yang sebetulnya nggak seram sama sekali. Karena mata Sisil itu cenderung sipit, jadi mau melotot selebar apa pun juga sebenarnya nggak ada bedanya sama orang-orang pada umumnya. Kecuali dia punya mata seperti legenda antagonis Indonesia seperti Lelly Sagita, Yana Zein, atau Meriam Bellina.

YOU ARE READING
Miss Secretary
ChickLitMenjadi sekretaris seorang Reagan Maximillian Aldrich bukan sesuatu yang mudah. Pria itu kadang nggak berbicara dan membuat Sisilia Renata susah menerjemahkan apa maksudnya. Bagi Reagan Maximillian Aldrich, kebutuhannya sudah terpenuhi dengan adany...