Chapter 18

52K 4.6K 90
                                        

"Udah deh, baeknya lo resign aja. Makan hati banget gue perhatiin lama- lama juga. " Pretty terus menggerutu sembari tangannya menggeratak, membuka lemari tempat Sisil menyimpan camilan.

"Lo enak banget tinggal ngomong gitu doang, "Sisil menyergah. Malam itu, mereka masih nongkrong di tempat Sisil. Hanya Pretty dan Sisil saja sih, sementara Mona dan Virnie lanjut party di tempat yang lebih pribadi bareng Mike dan yang lainnya.

Pretty sih kelihatannya memang kacau, tapi gadis itu setia sama Ijul yang sudah dikenalnya sejak dua tahun lalu. Sejak dulu Pretty selalu berkata bahwa Ijul hanya teman. Namun sejak pertama kali melihat mereka berdua, Sisil sudah yakin memang ada rasa di antara mereka berdua. Dan baru satu bulan ini keyakinan Sisil itu terbukti. Pretty dan Ijul akhirnya benar- benar jadian.

"Gue terikat kontrak setahun lagi. Lo bayangin dong berapa harus gue bayar kalau sampai resign dari kantor. Padahal gue butuh banget duit buat bayar biaya kuliah Tara. Hampir aja  nunggak. "

Pretty kembali ke karpet di depan televisi yang menayangkan drama Korea dari Netflix. Ia berhasil menemukan stoples berisi keripik kentang bumbu balado yang Sisil beli kiloan dari toko online. Selain itu, sebenarnya masih ada basreng dan pastel imut, tapi Sisil yang hafal betul tabiat sahabatnya itu menyembunyikan dua lainnya di tempat terpisah. Yang aman dari jangkauan tangan usil sahabatnya itu.

"Minta ganti bos nggak bisa gitu?"

Sisil menoleh. Memperhatikan Pretty yang asyik mengunyah. Sahabatnya itu memang terbiasa ngomong seenak perut, tapi entah mengapa, celetukannya kali ini menimbulkan efek di benak Sisil.  Roda- roda di kepala Sisil mulai berputar.

Usul Pretty memang terkadang kacau. Tapi yang ini boleh juga dicoba. Mungkin Sisil bisa pindah ke Pak Gatra, karena sepertinya nggak ada tanda-tanda Laras  bakal balik ke Jakarta dalam waktu dekat.

"Woi... Bengong aja! Kenapa? Lagi mikirin apa?" Tangan Pretty yang meskipun kurus tapi punya kekuatan tenaga dalam setara dengan milik Gundala Putra Petir itu segera membuat pundak Sisil ngilu karena digaplok.

"Apaan sih? Makan,  makan aja sana. Nggak usah pakai gangguin gue segala." Sungut Sisil mengerling keki. Yang dibalas dengan juluran lidah Pretty.

"Lo sih waktu itu kenapa nggak mau tetap di Kertabhumi Grup? Jelas-jelas bosnya lebih enak."

Sebagai jawaban, Sisil hanya mengangkat bahu. Dia dapat lowongan di GE dari teman makan siangnya waktu masih jadi sekretaris managing director di Kertabhumi Grup. Perusahaan properti dan developer besar yang terletak nggak jauh dari Chronicles Building.

Alasan Sisil nggak betah bekerja di sana adalah karena atasannya yang kelewat ramah. Pak Bhirowo selalu berusaha untuk mengajak Sisil pergi setelah jam kantor. Mengingat hal tersebut, Sisil merasa bahwa bosnya yang sekarang biarpun sangar, tapi sama sekali belum pernah mencoba untuk melecehkannya.

"Lo denger ya, sesusah apa pun hidup yang gue jalanin, gue nggak bakalan mau menjerumuskan diri ke hal- hal begitu. Bukan menyelesaikan masalah, nambah masalah iya."

"Berarti," Pretty mengedip- ngedipkan matanya ke arah Sisil. Mengabaikan tatapan maut Lee Junho di layar televisi.

Nggak semua penghuni kos berlangganan Netflix. Sisil sendiri merasa bahwa hiburan ini lebih murah ketimbang nonton bioskop atau nongkrong di kafe. "Berarti apa?"

"Lo nggak percaya sama hubungan romantis antara atasan dan bawahan? Antara bos dan sekretarisnya?"

Sisil menggeleng mantap. "Gue nggak memandang diri sendiri sebagai obyek ya, " tukas Sisil mantap.

Tangannya masuk ke dalam stoples berisi keripik kentang yang berada dalam pelukan Pretty, membuat gadis itu cemberut karena jatahnya berkurang. "Lagi pula hal-hal kayak gitu nggak mungkin terjadi di dunia nyata." Sisil memasukkan keripik ke mulut, mengunyah dengan santai.

Miss SecretaryWhere stories live. Discover now