5. Dia Kembali

5.1K 847 36
                                    

Entah untuk yang keberapa kalinya Bella menarik napas. Menghembuskan perlahan lalu memulai langkah kembali. Tiga langkah ia berhenti. Menarik napas lagi dan terus berulang begitu.

Meskipun sudah berusaha sekeras mungkin untuk slay, entah mengapa Bella tidak puas dengan cara berjalannya sekarang. Seperti terlalu kasar.

"Lo kenapa sih Bell?"

"Hah?" Bella menoleh pada Feryn dengan alis terangkat.

Feryn menghela napas. Tadi ia melihat Bella ada di depan teras kelas 10-2 sedangkan dirinya masih ada di parkiran. Sekarang saat Feryn sudah menyusul, cewek itu masih ada di depan kelas 10-2.

"Lo kenapa sih? Aneh banget jalan lo."

"Nah iya 'kan bener. Jalan gue kayak kasar banget gitu," timpal Bella yang melenceng jauh dari yang Feryn maksudkan.

"Kasar dari hongkong? Gue bahkan ngira lo lagi cosplay siput saking lembutnya itu kaki gerak."

"Ini itu kasar. Kaki gue dari tadi salah mulu. Kayak begajulan banget nggak sih ini gue jalannya."

Feryn memutar bola mata. "Bukan kaki lo yang salah, tapi otak lo. Mindset lo kacau. Lo nggak seburuk itu Bell. You're the most perfect girl I've ever seen!"

Bella mengerjap. Feryn pun mendengkus lalu menarik tangan cewek itu ke arah kelas mereka. Bella mungkin tidak akan pernah mengerti apa yang dirinya maksudkan.

"Ryn!"

Feryn menulikan pendengaran. Kalau dibiarkan bisa-bisa Bella akan sampai di kelas setelah jam pertama beres.

"Pagi, Feryn," sapa Jeya begitu Feryn melewati bangku cewek itu.

"Pagi, Je," balas Feryn seraya melambai kecil pada cewek yang tengah Rista kepang rambutnya.

"Je, nanti dadah-dadahnya, jangan gerak dulu," protes Rista. Padahal Jeya sudah misuh-misuh tidak ingin dikepang.

Yang Feryn tahu Jeya, Rista, dan Bella berteman sejak kecil. Sebuah pepatah pernah berkata, jika kita bereman dengan penjual parfum, maka kita pun akan wangi parfum. Itu nyata, karena baik dari ketiganya tidak ada yang normal. Satu polos kebangetan, satu kalo gemas nggak ketulungan, satu lagi obses pada kecantikan.

"Ryn, lo kenapa grasak-grusuk sih, kalo gue keringetan gimana?"

Feryn menatap Bella bengong. Untuk keringatan pun sekarang Bella takut?

Pindah kelas aja nggak sih?

oOo

"Vin, lo mau ke mana?" tanya Tirta begitu Gavin malah berjalan keluar di saat bel masuk baru saja berbunyi.

"Gue bolos ya, bilangin sama Bu Nandu."

"Yang namanya bolos kagak bilang-bilang ege."

Gavin hanya mengedik tidak peduli lalu pergi keluar. Seperti niatanya, ia pun berjalan ke belakang lalu melompati tembok. Dia memang anak yang malas dalam pelajaran, tapi soal tawuran dia maju paling depan.

Mengingat soal tawuran, kepala Gavin masih penuh tentang soal cewek misterius kemarin. Tidak berhenti sedikit pun. Jika terus didiamkan rasanya kepalannya mau meledak. Jadi ia memutuskan untuk mencari tahu tentang dia, ia harus mendapatkan info tentang dia sejelas-jelasnya.

"Lah udah bolos aja nih bocah, takut dijewer guru ya karena kemarin tawuran." Sambut pria dengan tangan cemong oli karena baru saja selesai mengotak-atik mesin motor.

"Bang Jo, lo paling paham soal informasi 'kan?" tanya Gavin seraya duduk pada tumpukan ban bekas.

"Butuh apa?" tanya pria itu dengan senyum meremehkan.

Pacaran [TAMAT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن