41. Terungkap

3.9K 707 101
                                    

Bella mengumpat tanpa suara. Ia berbalik lalu melihat sekitar dua puluh orang berjalan ke arahnya. Bella melirik pada Gavin bertanya, cowok itu pun menggeleng tidak tahu.

Bella menjatuhkan pisau yang berlumuran darahnya itu. Ia berteriak lalu menghampiri mereka yang bersiap menyerang. Gavin pun tak terelakan. Perkelahian 2 banding 20 itu terjadi, dengan 20 orang asing itu yang membawa senjata tajam. Dilihat bagaimana pun ini sangat timpang, tapi Gavin dan Bella terlihat mampu melawan mereka yang keroyokan itu.

Konsep bertarung Gavin dan Bella tentu dengan menghilangkan dulu senjata mereka, lalu menyerang. Bella menggunakan kaki untuk menepis dan Gavin menggunakan kekuatan tangannya. Mereka menjadi dua kelompok dengan Bella dan Gavin sebagai center. Mereka juga yang paling sibuk menepis serangan dari sekelilingnya.

Gavin sedikit oleng begitu kepalanya dihantam benda keras. Hantamannya cukup kuat hingga membuat Gavin merasa pening hebat juga penglihatan yang beberapa saat menjadi gelap.

Gavin menggeleng-geleng mencoba menyadarkan dirinya. Dia tidak boleh lemah, Gavin harus membantu Bella. Terlebih jika dia lengah, dia mungkin justru akan menjadi beban buat cewek itu.

Gavin meloncat lalu menerjang orang yang hendak menikam Bella dari arah belakang. Gavin menepis tangannya hingga pisaunya terlempar jauh. Tak memberi kesempatan, Gavin pun langsung menghujami pukulan pada orang itu hingga terkapar.

Hanya sekitar seperempat dari orang-orang itu yang masih terlihat mampu berdiri dan menyerang. Sisanya terkapar dan meringis kesakitan. Gavin melihat Bella yang masih berdiri dengan kokoh. Belum ada yang berhasil memberi serangan padanya. Kekuatan Bella benar-benar bukan untuk dibandingkan dengan siapa pun.

Gavin merasa sebuah cairan masuk ke dalam matanya dan membuat pandangannya buram. Saat mengusap, rupanya itu darah dari luka di kepalanya.

Gavin mengerang saat merasakan punggungnya disayat. Karena pandangannya terhalang, Gavin jadi tidak terlalu fokus.

"Brengsek!" Bella memekik.

Ia langsung menerjang orang yang melukai Gavin itu. Ia menduduki dadanya lalu memukuli wajahnya tanpa ampun. Kencangnya pukulan yang Bella berikan membuat orang itu berdarah bahkan beberapa menciprat wajah Bella. Rahang Bella mengetat ia mengangkat tinggi tangannya, bersiap memberikan pukulan terkuat meski orang itu sudah tidak sadarkan diri.

"Bell." Gavin menahan kepalan tangan Bella.

Bella menoleh dengan amarah yang masih tergambar jelas di wajahnya.

"Mereka pergi, setelah denger kembang api itu."

Bella pun melihat sekeliling. Benar yang dikatakan Gavin, semua orang itu pergi meski dengan tertatih-tatih.

Bella menepis tangan Gavin kemudian bangkit berdiri. Ia berjalan menjauh dengan napas yang terengah-engah. Bukan karena capek, tapi emosi pada orang yang menjadi satu-satunya yang tertinggal itu.

Polanya terbaca, yang diincar itu dirinya, jadi kenapa harus melukai Gavin!

Ponsel Bella tiba-tiba berbunyi. Telepon dari nomor yang tidak tersimpan.

"Hallo Billa sayang. Kita 'kan udah lama nggak ketemu. Papa tuh khawatir sama kemampuan kamu, jadi Papa sedikit kirim tes kecil. Ternyata kamu masih luar biasa."

Bella melihat sekitar lalu menemukan mobil yang pastinya milik Alfian. Tangan Bella mengepal kuat.

"Gavin juga oke. Bocoran aja, yang Papa kirim itu profesional kalau kamu mau tau. Gavin kayaknya bisa masuk di kelas dua. Kelas satu juga bisa sih, meski nggak bakal menang kalo lawannya kamu."

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now