35. Menggemaskan

4.4K 705 76
                                    

"Bella pas kecil?"

Gavin mengangguk. Venni merapatkan telapak tangannya dengan raut yang berubah penuh semangat.

Venni menarik napas dalam, bersiap menceritakan suatu hal secara panjang lebar. "Bella itu lahir dengan kondisi fisik beda. Bukan kuat, Bella punya batas lelah yang jauh daripada manusia umumnya. Jadi kekuatan yang dia punya sekarang, itu murni hasil kerja keras dia sendiri yang berlatih tanpa kenal lelah."

Gavin mengangguk-angguk, menyerap penuh informasi yang Venni beberkan. Venni sudah memberikan kepercayaan. Tak ada yang lebih berharga dari itu.

"Bella suka nolong orang. Nggak cuma anak jalanan, tapi perempuan yang memang mereka itu butuh bantuan." Venni sedikit memiringkan wajahnya. "Kamu pernah dengar istilah Anak Billa?"

"Belum, Tan." Dari segala cerita Komang, Gavin tidak mendengar itu. Gavin hanya tahu istilah teman Billa, apa Anak Billa juga punya kekuatan khusus? Bukan hanya sekedar arti dari kata. Karena jelas tidak mungkin 'kan Bella mempunyai seorang anak.

"Itu sebutan buat semua perempuan yang pernah Bella ajar. Bella nggak pernah nerima murid, tapi dia sendiri yang nunjuk siapa yang mau dia ajar. Yang ini juga nggak berfokus ke anak yang kurang mampu. Maupun orang miskin atau kaya, Bella liat dari sisi jika orang itu butuh Bella ajari agar bisa menjaga dirinya sendiri."

"Gavin nggak ngira Bella bisa punya organisasi kayak gitu."

Bella menaklukan semua preman, melumpuhkan geng motor meresahkan dan sekarang punya kumpulan yang bahkan tidak diketahui publik. Yang lain tunduk karena pernah Bella kalahkan, lalu apa kabar orang yang dia latih sendiri. Kekuatan mereka pasti tidak main-main.

"Dibilang organisasi pun kayaknya kurang tepat deh. Karena bisa aja sesama Anak Billa pun nggak saling mengenal. Billa ngangkat anak di waktu dan tempat nggak nentu, dia nangani sendiri secara privat."

"Berarti Bella benar-benar tulus bantu mereka ya."

Venni mengangguk-angguk. "Tante pikir Bella cuma ngajarin soal bela diri doang. Tapi suatu hari Tante nemuin banyak struk di tas Bella. Pembayaran air, listrik, belanja kebutuhan pokok, bahkan kwitansi sekolah. Hal-hal yang nggak wajar buat diurus anak yang bahkan baru masuk SMP kayak dia. Tapi dia lakuin semua itu. Bella benar-benar bertanggung jawab secara penuh atas mereka."

Gavin tidak tahu harus apa. Rasa kagumnya melejit tinggi hingga sudah tidak bisa diukur mana ujungnya.

"Bella ikut lomba sana-sini. Bella punya setumpuk sertifikat penghargaan, tapi nggak satu pun mendali yang dia simpan di rumah."

"Bella jual?" Gavin pernah mendengar pensiunan atlet yang melelang mendalinya, jadi mendali memang bisa dijual.

"Kalau soal mendidik, sepertinya Tante kalah telak dari Bella. Anak didikannya udah banyak yang sukses. Entah jadi pramugari, pengusaha, mereka yang nggak punya apa-apa sekarang bisa berdiri sendiri." Venni menunduk. Sudut-sudut matanya terlihat berair penuh haru.

"Tapi Tante orang tua terhebat, karena punya anak seperti Bella. Bella sampai seperti itu pasti karena dukungan dari Tante"

Venni menggeleng. Menyeka air yang hampir jatuh di sudut matanya. "Mau Tante ceritain hal lucu?"

"Apa itu?"

Venni menatap nyalang ke depan. Sudut bibir ya sedikit tertarik jenaka. "Bella pernah diculik waktu masih kecil. Mungkin saat anak sebayanya bahkan belum ngerti fungsi uang. Kami semua panik, bingung harus nyari ke mana, hingga sebuah telepon masuk ke hp papanya. Tapi bukannya minta tebusan, penculik itu malah mohon-mohon biar Bella segera dibawa pulang."

"Bella pukulin mereka?"

"Kedengaran nggak masuk akal ya?" Tawa Venni renyah terdengar.

*Tante juga nggak tau karena nggak pernah ketemu sama penculiknya. Mereka hanya nyebutin lokasi yang ketika didatangi hanya ada Bella dengan saku penuh uang dan makanan satu kantong besar. Saat Tante tanya apa yang terjadi. Billa yang bahkan belum lancar bicara bilang ..."

Pacaran [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant