14. Banyak Sisi

4K 763 61
                                    

Motor Gavin berhenti di depan pagar bercat putih. Bella cepat turun dan menyerahkan helmnya pada cowok itu.

"Makasih."

Gavin mengangguk kemudian menjenjangkan leher untuk melihat keadaan rumah Bella. Sekarang sudah tengah malam, orang tua Bella pasti sudah sangat khawatir.

"Ortu lo...."

"Mereka nggak papa kok, gue tadi udah kirim chat," ucap Bella yang tentunya hanya kebohongan. Jangankan pulang tengah malam, berhari-hari tidak pulang pun mereka tidak akan melapor polisi.

"Eu, lo nggak balik?" tanya Bella ketika Gavin tak kunjung menyalakan kembali motornya.

"Tunggu lo masuk dulu."

"Tadi gue ngomongnya pergi sama Feryn, kalo keluarga gue liat lo, itu bakal jadi masalah. Jadi sebaiknya lo pergi aja sekarang."

Gavin melihat sekitar. Sangat sepi yang tentunya berbahaya jika Bella ditinggal sendirian. "Kalo ortu lo ketiduran dan lama bukain kuncinya gimana? Gue tunggu di sini seenggaknya sampe ortu lo keluar. Nanti gue pura-pura jadi ojol."

Bella berdecak kecil. "Ada ojol motornya sekeren ini? Udah deh lo mending pergi sekarang aja. Kawasan di sini aman kok."

"Nggak. Gue tungguin."

Bella menatap Gavin dalam. "Vin, lo tau 'kan gue lagi ada problem sama Abang gue. Dia sebenernya sensitif banget kalo gue deket cowok. Gue nggak pengen nambah masalah sama dia. Jadi, lo cepet pergi aja ya?"

Gavin menghela napas. "Oke, langsung hubungi kalo ada sesuatu atau ortu lo lama bukain kunci."

Bella menarik senyuman manis. "Mendalami banget ya jadi pacar pura-puranya."

Gavin berdeham. "Apa sih."

"Awas baper beneran loh, Vin."

"Nggak!" jawab Gavin dengan spontan.

"Ya bagus sih kalo enggak, soalnya susah hati guenya udah nyantol di Bagas."

"Kepedean banget," ucap Gavin seraya memutar bola mata.

Bella hanya tertawa kecil lalu mengangkat tangan dan melambai.

Gavin melirik Bella. Matanya terpaku pada raut cerah yang cewek itu pancarkan. Gavin turut bersyukur kesedihan cewek itu sudah pergi.

"Udah sana, pegel tangan gue."

Gavin mengerjap lalu dengan berat hati mulai melajukan motornya. Dari kaca spion ia melihat Bella yang masih setia melambai sebelum hilang karena jalan yang berbelok.

Sementara itu di lain sisi, Bella yang sudah tidak melihat bayangan Gavin pun mulai menurunkan tangannya. Senyumnya lenyap, raut riangnya berganti 180 derajat.

"Urusan lo apa sih? Buat apa nyari gue?"

Bella sudah memutar otak dari tadi, tapi dirinya tidak menemukan benang tentang Gavin baik dari jajaran musuhnya, pun dari jajaran kawan. Pertemuan pertama mereka jelas pada saat tawuran. Dan Bella tidak bisa menerima alasan dangkal seperti itu. Pasti ada hal lain.

Bella menghela napas, akan ia selidiki nanti. Sekarang Bella harus kembali menentang jiwa lemah lembutnya.

Bella menatap pagar di depannya. Dengan enggan Bella memanjatnya. Karena tidak akan ada yang membuka kunci sampai pagi menjelma.

oOo

"BILLA!"

Bella menjauhkan ponselnya begitu orang di seberang sana berucap dengan kencang, padahal dirinya tidak menghidupkan loudspeaker, tapi suaranya mampu menyakiti gendang telinga.

Pacaran [TAMAT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu