18. Teman Billa

3.9K 749 91
                                    

Ribet membawa jinjingan, akhirnya Bella memasukan semua barang pada ransel lalu menggendongnya. Zara mengajak Rena membeli es krim, sementara Bella memilih menunggu di salah satu bangku.

"Copet! Tolong!"

Bella menoleh dan mendapati seorang wanita yang terlihat setengah menangis melihat tasnya yang dibawa lari preman.

Bella mengangkat bahu acuh kemudian meraih ponselnya. Dia menyalakan timer lalu kembali menatap ke depan dan bersenandung kecil. Jemarinya mengetuk-ngetuk mengikuti irama.

Tepat setelah Bella mematikan timernya yang berbunyi, Zara menghadirinya dengan napas terengah.

"Hehe ... gagal," ucapnya seraya menunjukkan cengiran.

"Jadwal sibuk banget, jadi nggak sempet olahraga, nggak kekejar," jelasnya membeberkan alasan.

Bella menghela napas kecil lalu bangkit. "Ke mana?"

"Gang yang ada spanduk merah itu."

Bella berjalan melewati wanita kecopetan yang menangis semakin kencang. Bella berjalan biasa, hanya saja langkahnya terayun lebih cepat.

Matanya membidik mulut gang yang tadi Zara sebutkan, tapi kakinya berbelok memasuki gang sebelumnya. Bella berkedip, saat matanya terbuka sorotnya berubah.

Bella berubah berlari. Ia meloncat, meraih ujung benteng lalu dengan mudah berdiri di atasnya. Bella mengedarkan pandangan. Sayangnya rumah-rumah yang terlalu berdekatan membuat Bella tidak bisa memerhatikan setiap gangnya.

Bella beralih menaiki atap rumah, meloncat ke rumah selanjutnya hingga ia berhasil berdiri pada atap rumah dengan dua lantai. Angin di atas membuat rambutnya berkibar. Bella memejamkan mata dan mulai menajamkan pendengaran.

Segala macam suara kini masuk ke dalam telinga Bella, entah orang-orang yang berbincang hingga langkah kaki. Setiap langkah kaki manusia punya iramanya, Bella mencoba memilah langkah si pencopet itu.

Mata Bella kembali terbuka, ia memegangi telinga kirinya yang berdenging nyeri. Mungkin karena sudah lama tidak digunakan jadinya begini.
Bella berbalik ke arah utara, ia memakai mata elangnya dan akhirnya menemukan si pencopet itu.

Tanpa membuang waktu, Bella pun meloncat pada atap di sampingnya. Dari satu rumah ke rumah lain hingga dirinya pun mendaratkan kaki pada sebuah gang yang cukup kotor dan sepi. Copet itu benar-benar hafal struktur daerah sini.

Raut Bella sudah kembali normal. Dia bahkan terlihat santai menyandarkan punggung pada dinding gang. Kaki kirinya mengetuk-ngetuk seolah tengah menikmati musik.

"Tiga, dua, satu."

Dari arah kiri muncul si pencopet itu. Dia terlihat kaget karena menemukan orang. Meskipun begitu dengan cepat dirinya mengendalikan diri. Bersikap tenang lalu berjalan seolah orang normal.

Pencopet itu hampir melewati Bella, ketika kedua tangannya tiba-tiba dikunci ke belalamg lalu tubuhnya ditekan pada tembok. Gerakannya sangat cepat hingga dia benar-benar tidak bisa sekedar mengeluarkan refleks.

"Kalo mau mabok, jangan dari ngambil hak orang, bego." Bella menekan lebih kuat hingga pencopet itu meringis karena pipinya yang semakin tertusuk butir pasir dari tembok yang tidak rata.

"Lepasin anjing!" umpat pencopet itu berusaha meronta.

"Mulut lo, gue gerusin ke aspal lama-lama."

"Lepasin!"

Bella meraih jari kelingking pencopet itu lalu melipatnya ke arah belakang hingga membuat pencopet itu menjerit kesakitan.

"Bacot doang, disentil dikit mewek."

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now