20. Tanda

4.3K 797 73
                                    

"Sampai ketemu lagi Billa, love you."

Bella hanya mendesis dan memasang raut jijik pada Zara yang melakukan kiss bye dan lambaian tangan super heboh. Bella tidak pernah terbiasa dengan sifat nyelenehnya, apalagi ketika semakin dewasa malah semakin menjadi.

"Dadah ...."

Bella merasa lega begitu mobil Zara akhirnya pergi.  Ia pun memasuki pekarangan rumahnya. Wajahnya sedikit menunduk lesu. Bukan lesu karena tubuhnya yang capek, tapi lesu karena pikirannya. Perjalanan hari ini, cukup merumitkan.

Bella melepas topinya. Ia juga menarik ikat rambut hingga kini rambutnya tergerai dengan mengembang seperti singa. Bella merasakan kulit kepalanya yang lengket karena keringat. Entah sekecut apa kini baunya.

"Manusia-manusia sialan, kenapa sih mereka harus bikin gue kayak gini."

Bella memejamkan mata, mengurut pelipisnya. Perdebatan dalam kepalannya membuat Bella ingin memukul kepala itu.

"Nah, itu Bella udah datang."

Bella yang berada di ambang pintu itu seketika mendongak. Matanya melebar begitu melihat ternyata ada Gavin yang berkumpul dengan keluarganya. Di tengah meja ada kotak pizza yang terbuka.

Ngapain dia di sini?

Bella mengirim pesan lewat tatapan pada Venni. Wanita itu langsung membuat OK dengan jari yang menandakan bahwa semua aman terkendali. Awas saja jika mereka berbicara macam-macam yang bisa merugikan identitasnya.

"Mama kaget waktu Gavin dateng, kirain kamu jalan sama dia."

"'Kan udah dibilang aku pergi sama Feryn."

Bella memang butuh empati Gavin buat lepas, tapi bukan sampai ditengokin seperti ini juga. Tindakan Gavin ini justru hanya akan membuat keluarganya yang punya jalan pikiran sesat semakin kesenangan.

Bella berdecak kecil. "Aku mandi dulu."

"Jangan lama-lama, kasian Gavin udah nungguin dari tadi."

oOo

Bella keluar dengan rambut masih setengah basah. Ia hanya memakai skincare dan membiarkan memarnya terlihat.

Sebelumnya berpenampilan tidak paripurna di depan orang adalah haram. Hanya saja karena ini Gavin yang mana Bella harus terlihat menyedihkan, Bella pun menentang egonya.
Apalagi setelah kepergok habis jalan dari luar. Untuk ukuran cewek lemah, mendapatkan serangan dari preman akan membuat dia ragu-ragu untuk keluar rumah dan trauma.

Argh, kenapa begitu banyak kesalahan yang Bella lakukan hari ini.

"Loh? Yang lain ke mana?" tanya Bella begitu melihat hanya ada Gavin di ruang tamu.

"Baru aja keluar, katanya mau nengok tetangga yang baru pulang dari kampung."

Freak banget anjir keluarga gue. Kalo bikin alesan yang keren dikit ngapa.

Bella pun duduk di samping Gavin. Semua sudah mereka rencanakan, termasuk dengan menyimpan makanan-makanan yang Gavin bawa pada atas sofa lain hingga yang tersisa untuk duduk hanya di samping cowok itu.

"Masih memar ya?"

"Udah nggak terlalu parah kok."

"Eu, boleh gue liat?"

Bella menghadapkan tubuhnya pada Gavin. Cowok itu memerhatikan dengan baik. Tangannya terulur untuk menepikan rambut Bella yang menghalangi.

"Gue udah tanya-tanya obat buat ilangin warna memarnya, tapi kebetulan tadi di apoteknya lagi kosong. Mungkin besok gue cari ke tempat lain."

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now