48. Sederhana

3.5K 539 96
                                    

Gavin pun menjatuhkan dirinya. Bella sekarang ada dalam pangkuannya. Tubuh Gavin gemetar, tangannya menepuk-nepuk pipi Bella dengan penuh cemas.

"Bell." Suara Gavin ikut bergetar. Dadanya bergemuruh hebat. Segala ketakutannya kini berkumpul menjadi satu.

"Bell, bangun ...." Gavin sedikit mengguncang tubuhnya. Tapi mata Bella tetap tertutup dengan tubuh yang terlunglai lemas.

Gavin memeluk tubuh Bella lebih erat, ia hendak berdiri untuk mencari pertolongan, tapi kedatangan Zara yang tiba-tiba, bahkan dia setengah menjatuhkan dirinya, membuat niat Gavin terhenti.

"Vin, Billa kenapa?" tanya Zara dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dengan cepat air mata itu diproduksi dan menjatuhi kedua pipinya.

"GAVIN, BILLA KENAPA?!" erang Zara yang mulai terisak-isak hebat.

Gavin menggeleng. "Dia bilang tidur dan ...." Gavin tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Erangan Zara seketika berhenti. Ia berkedip beberapa kali lalu menatap Gavin. "Maksudnya Billa bilang mau tidur?"

Gavin mengangguk. Zara menganga. Ia yang semula berjongkok menjatuhkan diri dan lesehan pada tanah saja. Seolah baru saja melepaskan beban yang amat besar.

"Lo ngapain bikin view yang dramatis coba!" pekik Zara seraya menggeplak lengan Gavin. Sangat keras, tapi Gavin tidak mempedulikannya. Ia lebih memandang dengan tatapan tidak mengerti.

"Lo tau gue barusan ketakutan setengah mati!" Zara menangkup wajahnya dan mulai menangis lagi. Tangisannya bahkan jauh lebih kencang dari sebelumnya.

Gavin semakin dibuat bingung. "Apa maksudnya? Bella--"

"TIDUR!" sela Zara dengan nada yang galak. Matanya mendelik tajam.

"Dia bener-bener lagi tidur!" lanjutnya lagi karena Gavin masih memasang raut cemasnya.

Gavin menunduk. Melihat mata yang tertutup dengan tenang itu. Gavin mulai memeriksa leher Bella. Tak puas di sana, Gavin juga memeriksa pergelangan tangan Bella. Denyut nadinya bagus. Artinya, Bella benar-benar hanya tidur?

Kenapa bisa? Maksudnya di situasi yang seperti ini?

"Kepekaan Billa sama rasa sakit dan lelah itu kurang banget. Billa nggak bisa rasain di mana titik maksimum toleransi tubuhnya. Jadi meskipun manusia normal lainnya ngambil istirahat, Billa masih terus bergerak. Baru pas energinya benar-benar habis dia bakal langsung tidur tanpa aba-aba. Ini juga pernah kejadian setelah Billa bantai salah satu geng motor," jelas Zara, yang kemudian menatap semakin sinis pada Gavin.

"Gue makin nggak suka sama lo karena udah bikin gue takut setengah mati!"

Gavin mengabaikan pancaran kebencian itu. Ia menunduk dan merengkuh tubuh Bella lebih erat. "Jadi, cuma tidur ya." Gavin bergumam lalu menyunggingkan senyuman. Hatinya merasakan kelegaan yang amat luar biasa.

"Jangan ambil kesempatan!" Zara memekik berang.  Zara hendak merebut tubuh Bella, tapi Gavin memeluknya lebih erat dan menjauhkan dari jangkauan wanita itu.

"Yang lain gimana?" tanya Gavin. Mereka berada di sisi gedung yang berlawanan dengan pintu masuk.

"Untungnya ada anak Billa yang baru dateng. Jadi orang-orang yang nahan pintu diatasi sama mereka. Ya meskipun telat pun kita pasti tetap selamat, berkat ...." Zara menatap Gavin masih dengan tidak sukanya.

"Karena ini ide Billa, jadi ini tetep berkat Billa."

Gavin terkekeh. "Terserah."

Gavin menunduk, menatap wajah yang tertidur dengan tenang itu. Banyak noda darah, Gavin perlahan mengusap membersihkannya.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now