11. Keluarga

4.3K 767 47
                                    

"Ini." Jola meletakkan selembar kertas pada atas lantai. Tepatnya pada hadapan Gavin yang mana posisi mereka sekarang adalah duduk bersila dengan posisi saling berhadapan.

"Ini." Jola melanjutkan dengan menyimpan kertas lainnya hingga total ada 6 kertas yang berjajar di sana.

Kertas yang berisi foto juga biodata lengkap termasuk sosial media. Jola memang cukup terniat dengan menjadikannya portofolio.

"Ini semua nama Billa di sekolah aku," jelas Jola seraya menatap kakaknya itu. Ada senyum percaya diri ketika dia menunjukkan hasil kerjanya.

"Kok pendek-pendek semua?" tanya Gavin setelah membaca tinggi badan dari masing-masing biodata itu.

"Yang kakak cari sebenernya tiang listrik ya?" ucap Jola dengan raut berubah kesal.

"Sekolah kamu isinya boncel-boncel ya?"

Jola meniup poninya. "Kakak sebenernya nyari Billa apa nyari cewek tinggi sih? Enak aja ngatain boncel. Ya itu kebetulan aja yang namanya ada Billa tingginya pada standar."

"Tapi Billa tingginya sekitar 170-an."

"Yaudah cari aja sendiri!" Jola melipat tangannya di depan dada dengan bibir mengerucut.

"Dek...," panggil Gavin dengan nada yang cukup lembut.

Jola berdecak karena dia tidak bisa menolak bujukan kakaknya itu.

"Kakak yakin kalo Billa yang kakak cari itu dari sekolah aku? Masalahnya aku nyari-nyari pun nggak ada. Ini aku sampe mempertaruhkan diri sendiri loh dengan nyuri data-data di OSIS. Aku bisa dicap pembelot loh."

"Billa sekolah di sana," ucap Gavin tetap yakin dengan pemikirannya.

Jola menghela napas lelah. Ia pun memilih membaringkan tubuhnya.

"Aku seneng sih Kakak tertarik sama cewek, tapi kalo semisterius ini aneh juga. Jangan-jangan dia bukan manusia, gimana coba?"

"Dia nyata." Gavin menarik tangan Jola, menyuruh cewek itu untuk kembali duduk.

"Ayo cari lagi."

"Aku udah cari sampe ke akar-akar Kak Gavin. Udah nggak ada lagi nama yang ada embel-embel Billanya." Jola kemudian menggeram kesal.

"Yaudah cari Bella."

Kening Jola sedikit berkerut. "Bella bukannya nama pacar pura-pura Kakak?"

"Iya. Ayo cariin."

Meskipun sempat menghela napas, Jola tetap melakukan apa yang Gavin perintahkan. Dia pun mulai kembali membuka laptopnya.

"Gini banget punya sekolah gede, nama Bella ada dua. Bella Kakak yang mana nih?" Jola menyerongkan laptopnya ke arah Gavin.

"Jangan cari dari B, namanya Mabella Wulandari."

Jola mengetikkan nama itu lalu sebuah data pun terpampang di layarnya.

"Eh ini kakel yang kata Gika kalo ada prom pasti bakal jadi Queen-nya." Jola tidak terlalu memerhatikan saat di cafe waktu itu. Maklum masih tremor karena terus diberondongi pertanyaan oleh Clara.

"Whoaaa ... ternyata Kak Bella temen sekelasnya Kak Jeya," ucap Jola yang berubah antusias. Auranya mendadak menjadi penuh sinar. Gavin sudah tidak aneh, karena kalau sudah menyangkut cewek yang bernama Jeya, Jola langsung semangat 45. Gavin sampai sekarang belum mendapatkan jawaban kenapa Jola begitu mengidolakan cewek itu.

"Eh tapu jni data Kak Bella buat apa?"

"Bukan buat apa-apa. Pengen tau aja," jawab Gavin seraya memandangi foto Bella. Karena ini data sekolah, fotonya pun hanya foto formal biasa. Meskipun begitu Gavin akui jika Bella punya aura yang berbeda soal visual. Begini, maksudnya ... oke lebih baik Gavin tidak usah menjelaskan saja, daripada terlihat gagu lagi.

Pacaran [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang