25. Kanapa?

3.9K 726 53
                                    

Clara pergi dengan amarah yang memuncak. Sadar tidak bisa melakukan apa-apa ketika Gavin semakin erat memeluk Bella yang terisak itu. Gavin bahkan seolah melupakan keberadaannya di sana.

Setelah mendengar suara kendaraan yang berlalu pergi, Bella pun melepaskan diri dari Gavin. Gavin mengusap-usap punggung Bella. Meski cewek itu sudah menghentikan air matanya, dia masih terisak. Soal akting Bella memang tidak perlu dipertanyakan totalitasnya.

"Lo, kenapa ngelakuin ini?" Gavin mengusap-usap air di pipi Bella. Cukup hati-hati ketika menyentuh pipi yang tadi ditampar Clara.

"Ngetes kepinteran Clara, ternyata dia bodoh ya, malah lebih percaya kebohongan gue daripada ucapan lo yang jujur," jelas Bella dengan sedikit tersendat karena pernapasannya yang masih belum kembali normal.

"Karena lo bikin situasinya lebih kompleks. Bikin pengakuan gue seolah buat lindungin lo dan gue emang sepeduli itu sama lo."

"Loh emang bukan ya?" tanya Bella dengan raut yang dibuat polos. Mata yang terbuka lebar membuatnya terlihat menggemaskan.

Gavin merapatkan bibir lalu mengusap wajahnya. Bella yang melihat itu seketika tertawa.

"Nggak lucu."

Bella menarik ritsleting semu di depan bibirnya. Gavin menghela napas. Bisa-bisanya Bella bersikap sesantai itu padahal barusan dirinya benar ikut panik saat dia terisak.

"Pipi lo nggak papa?

Bella seperti tersadarkan oleh pertanyaan itu. Ia pun menyentuh pipinya. "Oh ini, sakit kok." Bella mengusap pipinya dan sedikit meringis.

Gavin meraih bahu Bella kemudian mendorongnya untuk duduk. "Tunggu dulu, gue ambil obat."

Bella segera menahan lengan cowok itu. "Nggak papa kok, nggak ada yang berdarah ini." Bella menarik-narik Gavin agar ikut duduk.

"Meskipun nggak berdarah, bukan berarti harus didiemin."

"Beneran nggak papa." Bella menarik senyuman. Namun, di saat berikutnya dia menunduk dengan tangan yang menyentuh mata kanannya.

"Eh tolong ambilin dong, kayaknya bulu mata gue masuk ke dalem."

Gavin bergeser untuk lebih dekat. Ia meraih dagu Bella dan membuatnya mendongak. Gavin mencoba menyingkirkan tangan Bella, tapi cewek itu menahannya.

"Awas."

"Perih tau."

"Ya makanya awas, biar bisa diambil."

Gavin meraih paksa tangan itu lalu menguncinya ke belakang sekaligus menahan pinggang Bella agar tidak bergerak sementara tangan Gavin mulai membuka kelopak mata Bella.

"Vin, perih!"

"Liat atas."

Bella akhirnya menurut. Gavin mengambil bulu mata yang dimaksud. Namun, bukannya menjauh, Gavin malah terdiam menatap wajah Bella, terlebih pada jejak tangan Clara.

"Udah belum?"

"Udah." Bella menurunkan kembali pandangannya. Kelopak matanya berkedip beberapa kali untuk menghilangkan perih.

"Yang di basement itu ulah Clara."

Bella berpura-pura kaget. "D-dia?"

Gavin mengangguk. "Termasuk yang tadi pagi. Gue nggak ngira dia bakal nekat."

Bella memerhatikan Gavin baik-baik. "Terus kenapa lo malah nyerah?"

"Gimana kalo lo lebih celaka?"

"Ya nggak papa dong. Toh dari awal lo juga cuma manfaatin gue." Ucapan Bella menohok hingga membuat Gavin terdiam. Jika ditelurusi lagi Gavin memang memaksa cewek itu untuk terseret.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now