8. Sandera

4.4K 827 56
                                    

Mudah saja jika Bella ingin melarikan diri--kalau dirinya tidak memikirkan Bagas yang dibawa pergi. Yang membuat Bella sedikit bertanya-tanya, hanya mereka berdua dari SMA 23 yang dibawa. Padahal yang tadi saling hajar malah tak peduli satu sama lain dan kabur berhamburan mengamankan diri masing-masing. Sekilas pun, harusnya mereka sadar bahwa Bella dan Bagas bukan bagian dari acara tawuran itu.

Setelah dibawa lari dengan brutal, mereka berhenti pun pada sebuah lahan kosong yang tidak terawat. Banyak rumput liat bahkan alang-alang tinggi yang bisa menyamarkan keberadaan mereka saat duduk. Yandra melepaskan pegangan pada Bagas, membuat cowok yang kehilangan tenaga karena dibawa lari itu seketika ambruk.

"Bagas!" Bella tentunya berseru panik. Ia lantas berjongkok dan berusaha membantu Bagas bangun.
Ia sedikit menepuk-nepuki daun kering yang menempel saat cowok itu berhasil terduduk.

Kalian apa-apaan sih bangsat!

Kalimat yang sangat ingin Bella ucapkan sayangnya harus ia tahan karena misinya untuk kembali pada Bella calon Puteri Indonesia, dan yang paling penting ada Bagas di sini. Dia tidak boleh melihat sisi buruk Bella.

"Maksudnya apa bawa kita ke sini? Ini kejahatan tau," ucap Bella pada dua cowok dari sekolah lawan itu. Mereka sudah terlalu over untuk tawuran yang Bella anggap sebagai permainan kecil.

Gavin berjongkok. Ia sedikit menarik lengan Bella agar cewek itu menghadap ke arahnya.

Bella menepiskan tangannya. "Lepasin kita, kalian tuh salah nangkap orang."

Gavin tak menggubris ucapan Bella, ia justru menatap Bella dengan begitu fokus, menusuk dalam pada netra cewek itu.

"Siapa lo sebenarnya?" tanyanya dengan nada yang menyudutkan.

Bella merasa jantungnya terbentur sesuatu hingga menimbulkan bunyi yang keras. Untuk beberapa saat dia terpaku.
Apa cowok ini mengingat tentang tawuran sebelumnya? Tapi Bella sudah menghilangkan semua barang bukti. Ia sudah membakar tas dan sepatunya yang saat itu dirinya pakai. Bella bahkan membuat poni, selain untuk jaga-jaga takut riasan Jeya pada lukanya luntur, ini tentunya untuk membuat dirinya seperti orang berbeda.

"Nggak penting, sekarang lepasin gue sama temen gue."

"Nggak usah ngelak, gue bisa ngenalin lo, kita pernah bertemu sebelumnya." Gavin terus menatap Bella tanpa gentar sedikit pun.

"Lo bawa gue cuma buat nanya itu? Hey, temen gue luka. Dia harus buru-buru diobatin."

"Siapa lo sebenernya?" ucap Gavin dengan intonasi yang ditekankan.

Bella menatap manik Gavin. "Sorry kalo waktu itu gue pergi gitu aja. Makasih buat seblaknya."

"Seblak?"

"Iya seblaknya, gue belum bilang makasih, makanya lo bawa gue ke sini 'kan?"

Gavin mengerjap. Seperti baru terbentur fakta bahwa spekulasinya ternyata salah.

Diam-diam Bella menghela napas, syukurlah cowok di depannya belum punya yakin yang kuat. Sketsa dia masih kasar, hingga mudah bagi Bella untuk mengalihkannya.

"Lo cewek seblak malam itu?" Gavin masih belum bisa menerima, tapi ia berusaha memastikan.

Bella mengangguk. "Nama lo Gavin, 'kan?" tanya Bella dengan raut polos.

Gavin terlihat mendesah kecewa. Ia mengusap wajahnya kasar. Meskipun begitu, dia tidak terlihat menyerah begitu saja.

"Nama lo siapa?"

"Itu nggak penting. Yang penting sekarang lepasin temen gue."

Gavin mencondongkan wajahnya pada Bella dengan mata yang menyipit. Sial, cowok itu terlalu gesit mencari celah. Dia tidak menerima dialihkan seperti itu.

Pacaran [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora