43. Konsekuensi

4.1K 623 42
                                    

Suasana hati Gavin terlanjur rusak karena Clara. Dia urung pergi ke sekolah dan lebih memilih menjalankan motornya tanpa tujuan. Jika tahu di mana sekarang Bella berada, mungkin Gavin akan langsung menemuinya. Bodo amat dicap tidak tahu malu, rasa khawatirnya pada Bella tak kunjung berhenti.

Apa Gavin cari tahu soal pramugari itu ya? Bella pernah diantar ke sekolah oleh dia, kemungkinan besar Bella pasti tinggal dengan dia selama melarikan diri ini.

Gavin menepi, dia segera merogoh ponsel lalu menghubungi seseorang. "Bang, boleh cariin info seseorang?"

"Siapa namanya?"

"Kalo pake plat mobilnya aja bisa?"

"Lebih gampang sih. Tapi sorry nih, gue nggak bisa sekarang. Lagi bantuin Kak Fida  pindahan toko barunya."

"Shareloc, gue yang bantuin kakak lo, lo yang cari info," ucap Gavin dengan tegas.

"Nggak bisa diajak sabar emang." Orang di seberang sana terdengar menghela napas. "Yaudah sini."

Gavin memutuskan sambungan teleponnya. Ia menunggu beberapa saat. Begitu pesan baru masuk, dia segera memacu motornya kembali.

oOo

Saat tiba, ternyata sudah banyak orang di sana. Barang-barang masih banyak di halaman depan, baru saja diturunkan dari pick up. Yang terlihat aneh, tidak ada tukang angkut barang yang ada di sana, Gavin melihat ada sekitar 4 cowok yang memakai seragam sekolah sepertinya, lalu Fandy

"Bang."

Gavin mendekat ke arah Fandy, melakukan tos dengan kenalannya itu. Fandy dua tahun lebih tua darinya.

"Cepet juga lo ternyata."

"Kebetulan lokasinya nggak terlalu jauh." Gavin kemudian melirik anak-anak SMA itu penasaran. "Siapa?" tanyanya dengan suara yang agak dipelankan.

"Pacar kakak gue. Entah kesurupan apa ngegebet bocah SMA gitu," papar Fandy dengan raut terlihat kesal.

Gavin tertawa. "Ya seenggaknya dia bisa bawa bala bantuan, lumayan nggak perlu bayar tukang."

Fandy tetap terlihat tidak suka. Ia melipir untuk menjalankan pekerjaannya, sementara Gavin mulai mengangkut-angkut barang di sana. 

Gavin tidak sengaja bersinggungan dengan salah satu dari mereka saat melewati mulut pintu. Orang yang punya wajah khas kaukasoid itu menunduk dan tersenyum ramah sebelum melanjutkan langkah ke arah dalam. Melihat bagaimana Fida menyambut di dalam, dipastikan dia pacar yang tadi Fandy maksud.

Gavin menyimpan kardus yang dia bawa dekat dengan barang lain, lalu mengangkut barang yang lainnya lagi.

Setengah jam kemudian, semuanya pun selesai. Sisa-sisa printilan kecil untuk dipasang, tapi Fida menyuruh untuk beristirahat dulu. Dia menyiapkan minuman juga beberapa cemilan.

"Vin, ikut gue." Fandy mengambil satu piring lalu membawanya menjauh dari kumpulan itu. Tak benar-benar jauh, hanya saja bisa menjaga pembicaraan agar tidak terdengar yang lain.

"Calon kakak ipar lo baik juga," ucap Gavin agak usil. Setelah sedikit berbincang, nama pacar kakaknya itu Levin

Fandy berdecak. "Jangan bahas dia, gue bahkan lagi rencanain gimana biar mereka putus."

"Loh kenapa? Dia ramah, bahkan sampe bawa pasukan buat bantuin kakak lo."

"Asal-usulnya aneh." Wajah Fandy semakin suram.

"Karena dia orang luar negeri."

"Bukan gitu," sela Fandy dengan ketus. "Bukan gue anti sama orang luar. Tapi sebelum dia dibawa ke Indo sama pengusaha besar, di luar sana dia budak."

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now