6. Rumination

5K 846 114
                                    

Gavin memperlambat laju motornya hingga akhirnya berhenti di depan cewek yang berdiri di samping gerbang SMA 23.
Cewek berambut sepinggang itu terlihat menatap tajam dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"Yuk," ajak Gavin seraya menyodorkan helm.

Bukannya menerima, cewek itu malah menghentakkan kaki dan mencebik kesal.

"Kenapa lama banget sih! Takut tau, sekolah udah sepi!" kesalnya penuh dengan protes.

"Kalo masih banyak orang, bahaya yang ada." Bagaimana pun ini sekolah yang menjadi lawan Gavin kemarin.

"Makannya dong jangan tawuran mulu!"

"Mau pulang nggak?"

Cewek bernama Jola itu mendengkus kemudian menerima helmnya.

"Kak Gavin berhenti tawuran kenapa. Aku tuh ya anak OSIS dari lawan Kak Gavin, berasa jadi pengkhianat ketika Pak Rafi disiplinin anak-anak yang terlibat tawuran. Aku tuh jadi bingung mau julid, tapi kakak sendiri yang jadi partner tawuran mereka. Aku penegak kebenaran loh."

Gavin bergumam seraya menahan motor begitu Jola mulai naik ke atas boncengannya.

"Berhenti lawan sekolah aku dong! Sana nyari ributnya ke sekolah yang lain."

Gavin bergumam lagi. Ia hendak melajukan motornya begitu matanya tidak sengaja melihat sosok seseorang dari dalam sekolah. Perawakannya mirip dengan cewek misterius itu. Gavin menjenjanggkan lehernya tapi sayangnya, sosok itu sudah berjalan ke arah yang terhalang tembok.

Jola menggeplak bahu Gavin. "Kak Gavin jangan ngicer cewek sini! Cewek-cewek di sekolah aku itu terlalu baik buat Kak Gavin."

Gavin menoleh pada Jola. "Kenal dia?"

"Liat aja nggak. Asal nebak ternyata emang bener matanya jelalatan sama cewek." Mata Jola memicing dengan decakkan kecil dari mulut.

"Pokoknya jangan ngincar cewek dari sekolah aku!"

"Ya, ya, ya...." Gavin pun mulai melajukan motornya meninggalkan sekolah itu. Meskipun barusan gagal memastikan, setidaknya cewek misterius itu benar-benar anak dari SMA 23. Atau kita bisa menyebutnya Billa.

oOo

"Aku dan Kak Gavin pulang...," seru Jola dengan penuh ceria, langkahnya melompat-lompat lalu mendadak kikuk begitu menyadari ternyata di ruang tengah ada tamu.

"Eh kirain nggak ada orang," ucap Jola seraya tersenyum. Ada seorang wanita yang sebaya dengan mamanya, juga anak cewek yang sebaya dengan kakaknya.

Jola melirik Gavin yang kini sudah berganti mood. Dia terlihat malas. Sama seperti Jola sih, tamu di depan mereka bukan yang mereka harapkan.

"Wah, Jola makin cantik aja. Tante Fina jadi pangling," ucap wanita itu.

"Hehe ... makasih, Tante." Jola berusaha menciptakan senyuman semanis mungkin.

"Eh Gavin itu wajahnya kenapa?"

"Ah biasa Jeng, anak nakal," jawab Gita, mama Gavin.

"Emang nggak ada bagus-bagusnya sih anak bujang ini," sambungnya sengaja menunjukkan siai jelak putranya.

"Ah, nggak papa Jeng namanya juga anak muda. Gavin tetep keren 'kan Clara?" ucap Fina seraya menyenggol pelan lengan anak gadisnya. Clara terlihat tersenyum dengan binar penuh arti pada Gavin.

Gita dan Jola pun tertawa dengan sangat canggung. Wanita itu memberi sinyal dengan kedipan pada putrinya.

"Oh aku mau ngerjain tugas, ayo Kak Gavin katanya mau bantuin." Jola meraih tangan Gavin.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now