32. Photobox

3.4K 616 89
                                    

"Hai, kenapa? Ada yang bisa dibantu?" Cewek berambut pendek itu tersenyum. Dia memasang wajah ramah meski barusan mereka hampir bertabrakan. Gerak-geriknya memang agak ceroboh.

Tidak salah lagi. Dari wajah, suara, dia adalah cewek yang di halte itu.

"Ah enggak, boleh kenalan nggak?" tanya Gavin dengan agak gugup. Pertanyaannya mungkin akan dikira aneh, tapi Gavin benar-benar harus mendekati cewek itu.

"Oh, boleh." Cewek mengulurkan tangannya tanpa ragu. "Jeya."

"Gavin." Gavin itu hendak menjabat tangan Jeya, tapi tangan cewek sudah lebih dulu ditarik seseorang.

"Eh, Nesh," ucap Jeya dengan sedikit kaget melihat pelakunya.

"Kamu jangan berkeliaran, kamu itu panitia."

Cowok yang tiba-tiba datang itu melirik Gavin dengan sinis. Karena sesama cowok, Gavin tahu kalau itu adalah bentuk insting cowok saat miliknya diganggu. Namun, Gavin di sini bukan untuk hal yang seperti itu.

"Loh bukannya aku dibebasin?"

"Enggak, jangan berkeliaran, apalagi banyak ngobrol sama orang." Perkataan cowok itu semakin sinis. Tangan dia semakin menggenggam Jeya posesif.

Gavin melihat tangannya yang masih terulur. Gavin mengalah, meski ini salah paham, Gavin tidak ingin membuat keributan di acara adiknya.

"Ya udah, gue duluan ya." Gavin tersenyum canggung lalu pergi dari sana. Kembali ke tempat di mana tadi Bella menyuruhnya menunggu.

Gavin menghela napas. Ini bukan akhir, nanti akan
Gavin cari tahu lagi. Panitia yang berambut pendek, Jola pasti bisa membantunya.

"Kenapa?" tanya Bella yang sudah kembali.

"Kenapa apa?" tanya balik Gavin yang kebingungan.

Bella mengetuk-ngetuk pipi Gavin dengan telunjuknya. "Muka lo kayak bad mood."

"Nggak kok."

"Oh iya, tadi ada anak yang bagi-bagiin ini. Mau?" tanya Bella seraya menunjukkan satu lembar stiker.  Bella langsung memotek gambar beruang lalu menempelkan pada pipi Gavin bahkan sebelum cowok itu memberikan jawaban.

"Aneh, Bell. Nanti gue diketawain."

"Aneh apanya? Orang toxic jangan didengerin. Masa cowok nggak boleh lucu-lucuan." Bella menggerutu seraya memasang stiker-stiker kecil pada wajahnya.

Gavin pun akhirnya mengikuti. Memotek stiker bergambar hati lalu ditempel di bawah mata. Bella mengacungkan jempol sebagai pujian.

"Eh Photobox, yuk?"

"Emang ada?"

"Ada dong, apa sih yang nggak bisa dilakuin sekolah gue."

"Dih."

Bella tertawa. "Di lo ada kartunya, masa nggak ngeuh."

Belum sempat Gavin mengeluarkan kalimat persetujuan, Bella sudah lebih dulu menggenggam tangannya lalu membawa pergi.

Gavin melihat tautan itu. Entah mengapa perasaan Gavin lebih membaik. Bahkan sekarang ia mulai menyunggingkan senyuman.

"Kita mau," ucap Bella seraya menunjukkan kartunya pada panitia penjaga.

"Boleh Kak, silahkan ke sini." Cewek itu mengangkat tangan, menyuruh antrian itu menunggu. Sempat ada yang protes, tapi akhirnya hanya diam karena mereka hanya pengunjung biasa.

"Silahkan ke Kak Aldo, Kak."

Aldo yang tak lain teman sekelas Bella menyibakkan pintu masuk. "Siapa, Bell?"

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now