27. Sakit (2)

4.2K 701 51
                                    

Bella memandang Gavin yang berjalan mendekat padanya. Cowok itu menarik bangku rias kemudian duduk di samping kiri ranjang Bella. Wajahnya memandang dengan lembut.

"Mana yang sakit?"

Bella berpikir keras. Ia harus mengonfirmasi bahwa kalimat yang dikatakan mamanya tadi itu salah. Tenang, kemampuan aktingnya masih bisa diandalkan. Bella akan bilang kalau Venni terobsesi pada Gavin, jadi wanita itu mengada-ada agar Gavin khawatir.

"Gue nggak papa kok, Mama cuma--"

"Ngelihat pola hidup lo selama ini, nggak mungkin lo baik-baik aja. Gue malah bakal heran kalo lo sama sekali nggak kena maag, kecuali lo Hulk yang tahan banting," sela Gavin dengan raut tegas. Sejauh ini ego Bella lumayan tinggi, jadi dia pasti gengsi menunjukkan rasa sakitnya hingga berpura-pura baik-baik saja. Menurut pandangan Gavin.

Karena di lain sisi Bella malah merasa tertohok. Ucapan Gavin dirinya tangkap dengan makna lain. Bella tersudutkan, jika dia bersikeras bahwa dirinya tidak apa-apa, yang ada Gavin malah akan curiga. Sial, haruskah Bella mengambil peran sebagai 'serapuh-rapuhnya' itu? Gila saja.

"Mana yang sakit?" Gavin mengulang kembali pertanyaannya.

Bella memejamkan mata, ia meringis menghadapi peran yang harus dirinya lakoni sekarang. "Perut."

"Sakit banget ya?" Gavin menunjukkan raut cemas.

Bella mengangguk. Padahal dirinya meringis karena harus berperan lemah, tapi Gavin malah salah paham bahwa itu bentuk kesakitan Bella.

"Ke rumah sakit sekarang aja gimana?"

Bella menggeleng lemah. "Kata dokternya nanti. Lo mending ke sekolah, bentar lagi masuk, lo bisa kesiangan." Bella tersenyum kecil dengan sedikit bergetar sementara matanya sedikit dia sayukan.

"Nggak penting," jawab Gavin dengan raut bodo amat. Dia bahkan mengambil tangan Bella kemudian menggenggamnya

"Lo mau bolos?" Bella tahu orang seperti Gavin memang tak terlalu memikirkan sekolah, tapi tidak mengira bahwa kebolosan dia pandang seremeh itu.

"Katanya kalo sakit lambung harus dipijit-pijit antara jempol dan telunjuknya. Gue belum buktiin, tapi kalo lo ngerasa lebih baik, berarti itu bener," papar Gavin seraya mulai melakukan apa yang ia jelaskan itu. Sekaligus menutup celah Bella untuk membahas sekolah lagi

Gue nggak sakit. Bella memejamkan kelopak mata agar tidak ketahuan jika dirinya memutar bola mata kesal.

Untuk kesekian kalinya, hal itu menjadi beda makna di mata Gavin. Gavin menatap penuh kasihan. Sementara tangan kirinya memijat tangan Bella, tangan kanannya bergerak pada kening Bella.


Bella kaget. "Nga-ngapain?"

"Panas, pusing ya?" tanya cowok itu dan mulai mengusap-usap kening Bella dengan sedikit mengurutnya.

"Lo nggak per--"

"Bawa tidur aja, nanti kalo buburnya udah ada gue bangunin."

Bella pun memejamkan matanya. Bukan untuk menuruti, tapi dia terlalu bertanya-tanya, harus ya Gavin se-care ini? Ke mana Gavin yang ketika Bella goda sering bilang apa sih? itu. Sekarang dia malah tidak canggung memegang-megang Bella begini.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now