30. Tidak Ingin

3.8K 622 36
                                    

Bella pulang malam itu juga. Paginya Bella berangkat sekolah seperti biasa. Gavin yang menjemputnya beberapa kali menegaskan apakah Bella baik-baik saja seraya memeriksa suhu tubuh Bella. Bella pun tak perlu terlihat seperti orang yang pura-pura tegar, karena mamanya sudah mengatakan suhu tubuh Bella normal. Bella baik-baik saja. Jasi tidak perlu khawatir.

Dari desas-desus yang Bella dengar, hari ini pelajaran tidak akan terlalu efektif karena anak-anak OSIS dan MPK mulai mempersiapkan acara ulang tahun sekolah yang akan diselenggarakan besok pagi. Bella melihat beberapa orang di depan mengangkut barang-barang seperti keperluan panggung.
Belum lagi kelasnya dijuluki kelas Einstein karena paling banyak aktif di OSIS dan MPK, tak heran sekarang isinya hanya beberapa orang saja. Semakin membuat guru punya alasan untuk tidak mengajar.

"Gas."

"Bell."

Tidak ada kelanjutan lagi. Bagas dengan dunianya dan Bella yang merasa kurang mood memilih membaringkan kepalanya pada meja, jemarinya mengetuk-ngetuk layar ponsel jenuh

"Tau gini, mending nggak sekolah."

Tiba-tiba ponsel itu menyala menampilkan pop up pesan masuk.

Zara:

Dia nyari Billa!

Tak ada ekspresi khusus yang kini Bella pasang, padahal Zara di seberang sana pasti mengetikkan pesan itu dengan tangan yang bergetar panik.

Oke.

Bella memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ini bukan masalah, tujuan awalnya memang untuk membereskan ini. Oke, setidaknya ada hal yang harus dilakukan, Bella tak perlu menjalani hari dengan diam seperti kemarin lagi.

"Ryn, hari ini nggak bakal belajar 'kan?"

"Nggak, gurunya pasti cuma ngasih tugas atau nyatet materi."

"Artinya nggak papa kalo gue keluar?"

"Ke kantin?"

Bella menggeleng. "Menyelamatkan dunia."

Feryn memberengut. "Dih, nggak jelas."

Bella hanya terkekeh kecil lalu melangkah pergi dari sana. Seperti yang diperkirakan, koridor ramai orang-orang. Terkhusus anak cowok, banyak yang mencoba mengambil perhatian dengan menyapa Bella. Namun, semua itu tentu hanya berakhir sepihak.

Bella berjalan ke arah belakang sekolah. Tempat sepi yang bagi para pelanggar aturan punya cerita sendiri. Bella tidak melompat tembok sebagaimana yang lain lakukan, ia berjalan ke sisi kiri, menyibak sulur-sulur dari tanaman rambat dan menemukan pintu kecil yang berkarat.

Tak banyak yang tahu soal ini. Selain tumbuhan yang menutupi lebat, mereka yang terburu-buru tidak akan berpikir cerdas.

Alangkah kagetnya Bella, begitu ia menyibak daun rambat dari sisi luar, sosok Gavin malah berada di hadapannya. Cowok itu pun berekpresi kaget yang sama.

"Lo ngapain di sini?" tanya Bella. Gavin jelas musuh  dari penyamun sekolahnya. Kenapa di sini? Malah di tempat yang kemungkinan besar mereka bertemu.

"Mau ngasih ini. Kata Jola ini aman buat lambung tapi nggak bikin gendut."

Bella melirik kantong yang Gavin bawa. "Adek lo pasti kemakan iklan." Bella menggeleng kecil lalu menatap pada wajah Gavin lagi.

"Jadi cara lo masuk ke sekolah gue itu lewat belakang kayak gini?"

Gavin mengangguk yang membuat Bella mendesis, nyali dia di luar kapasitas. "Beneran ya lo itu."

Bella meraih tangan Gavin lalu membawanya pergi begitu mendengar suara ribut anak lain yang ingin kabur sepertinya.

Pacaran [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang