15. Malming

3.9K 749 68
                                    

Gavin merebahkan tubuhnya pada kasur. Sebelah tangannya terlipat dijadikan sebagai bantal sementara pandangannya nyalang pada langit-langit.

Gavin sudah akan menginterogasi cewek di halte itu, tapi tiba-tiba Jola menelpon dan berkata jika ada ular di rumah. Gavin pun terburu-buru pulang. Karena bagaimana pun ingat, keluarga lebih penting.

Cewek tadi jelas mengatakan teman Billa. Nama Billa memang banyak, tapi preman yang tiba-tiba melipir karena kalimat sesederhana itu membuat Gavin yakin seratus persen bahwa Billa yang dimaksud adalah Billa yang dirinya cari.

"Meskipun nggak ada yang tahu dia di mana, Billa masih punya pengaruh se-luar biasa itu." Gavin berdecak-decak

"Ke mana ya gue harus nyarinya?"

Ketika pikiran Gavin tengah mengelana, tiba-tiba Jola membuka pintu kamarnya dengan gerakan yang rusuh. Pintunya bahkan berbunyi nyaring ketika dia menutupnya lagi. Jola terlihat heboh dengan wajah yang panik.

"Ularnya ada lagi?"

Jola menggeleng. "Ini lebih berbahaya daripada ular," terangnya dengan mata yang terbuka lebar.

Gavin mengernyit.

"Kak Clara dateng!" ucap cewek itu seraya menghentakkan kakinya. Kesal karena Gavin tidak cepat tanggap.

"Kak Gavin cepetan bangun terus buru-buru pergi, aku yakin Kak Clara pasti ngajak malmingan nonton atau apalah itu, atau paling nggak dia bakal di sini sampe nanti, pokoknya jangan terjadi."

Gavin mendengkus kecil. Oh, tentang Clara.

"Kak ih buruan!" Jola menarik tangan Gavin untuk cepat bangkit dari ranjangnya.

"Kamu 'kan bisa bilang Kakak sakit dan nggak bisa diganggu."

"Ih itu justru makin masalah! Kak Clara pasti sok perhatian, mau dia rawatin semaleman? Mama jelas nggak bakal bisa nolak apalagi ngusir."

"Vin ...."

Jola memejamkan mata begitu suara Clara terdengar diikuti ketukan pintu, seolah baru saja mendengar sapaan malaikat kematian. Jola mencebik lalu memberi tatapan protes karena tadi Gavin tidak mau bergerak cepat. Sekarang jelas Gavin tidak bisa melarikan diri, karena jendela kaca kamarnya dipasang permanen.

"Oh! Kak Bella!" Jola mengacungkan telunjuk pertanda mendapat ide. Ia segera meraih ponsel Gavin mencari nomor Bella lalu kemudian menelponnya.

"Ayo akting!" Jola memberikan ponsel itu pada Gavin sementara dirinya segera berlari ke arah kamar mandi dan bersembunyi di sana.

Gavin menghela napas seraya menatap layar ponselnya yang masih bertuliskan berdering. Ia menempelkannya pada telinga lalu berjalan ke arah pintu yang masih setia diketuk-ketuk itu.

"Hai, Vin," sapa Clara yang menampilkan senyuman lebar. Seperti kata Jola outfit Clara rapi, sudah sangat siap untuk jalan. Dia ya, kenapa tidak menyerah juga, padahal Gavin tak pernah memberi respon sama sekali.

"Kenapa?" tanya Bella dari seberang sana.

Gavin terdiam sejenak. Suara Bella terdengar berbeda. Maksudnya bukan berganti orang, tapi suaranya tidak seperti saat bicara langsung, suara Bella di telepon terdengar sangat lembut. Lebih ... eu ... maksudnya ... kalian ngerti 'kan?

"Aku mau bilang kalo mungkin bakal agak telat jemput kamu. Barusan ada ular di rumah, jadi aku usir dulu. Aku baru mau siap-siap nggak papa 'kan?" ucap Gavin yang cukup luwes membuat skenario instannya.

Senyum cerah Clara tentu saja langsung luntur ketika mendengar itu . Gavin pun semakin menambahnya dengan memasang gestur cuek seolah ia hanya fokus pada teleponnya.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now