Marcus ⚠️

13.1K 834 8
                                    

Sejak Mark mating bersama Haechan, sikap Mark menjadi lebih protektif kepada Haechan. Setiap pagi Mark akan menjemput Haechan ke kampus, mengantarkan Haechan sampai ke kelas dan mengantarkan Haechan pulang ke flatnya. Haechan tinggal sendiri karena kedua orangtuanya sudah meninggal, dulu ia tinggal bersama neneknya, namun neneknya pun sekarang sudah meninggal. Beruntung sang nenek mewariskan tabungannya yang cukup lumayan untuk Haechan berkuliah dan bertahan hidup. Sebenarnya Haechan sudah melamar ke beberapa coffee shop atau Minimart di dekat flatnya namun masih belum ada panggilan.

Oke, asal kalian tahu, sejak Haechan mendapatkan Heat nya aroma tubuh Haechan berubah menjadi sangat harum. Bukan hanya sekedar harum , namun juga memabukkan bagi siapa pun yang menciumnya. Oh apalagi bagi Alpha. That's why Mark being over protective to Haechan. Berbanding terbalik dengan dulu, sekarang para Alpha banyak yang tertarik pada Haechan. Well, sejak dulu memang paras Haechan itu manis, menggemaskan dengan bibir hati yang penuh, pipinya yang chubby dan matanya yang sayu. Selain itu tubuhnya juga berisi di bagian-bagian yang tepat. Hanya saja dahulu para Alpha tidak tahan dengan 'bau' tubuh Haechan. Tapi sekarang? Entah sudah berapa Alpha yang diam-diam di hajar oleh Mark karena ketahuan menggoda bahkan berani menyentuh Haechan.

"Eung, Mark.. kurasa kamu tidak perlu mengantarku pulang hari ini. Aku masih harus ke perpustakaan untuk mencari bahan tugasku."

Mark menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum, "Tidak apa-apa Haechan. Aku akan menunggumu. Santai saja."

Mark mengucapkannya sambil mengecup ringan bibir Haechan, membuat si empunya merona. Haechan masih belum terbiasa dengan skinship yang dilakukan Mark, apalagi jika dilakukan di tempat publik.

Haechan akhirnya membiarkan Mark menemaninya ke perpustakaan. Beruntung, sore itu perpustakaan cukup lenggang. Haechan berkeliling untuk mencari buku yang diinginkannya dengan Mark yang berjalan mengekori Haechan dibelakangnya. Perpustakaan kampus itu cukup luas dengan lemari-lemari kayu yang membentuk lorong seperti maze yang menjulang tinggi. Haechan masih fokus mencari buku hingga ke bagian lemari ujung perpustakaan, nah! Itu dia buku yang Haechan cari. Saat Haechan menggapai gapai tangannya untuk mengambil buku yang letaknya memang cukup tinggi , tiba-tiba tangan Mark terulur dan mengambil buku tersebut dengan mudah. Tubuh Mark memang lebih tinggi dari Haechan. Haechan hanya sebatas bahu Mark. Seketika Haechan refleks membalikkan tubuhnya untuk mengucapkan terimakasih, namun ternyata Mark berdiri dengan posisi yang sangat dekat dari Haechan.

"Teri-makasih, M..Mark.." Haechan terbata-bata mengucapkan terimakasihnya karena sungguh demi Moon Goddess, wajah Mark hanya beberapa senti saja dari Haechan. Haechan yakin wajahnya pasti sudah semerah tomat. Di kepalanya sekelibat terlintas adegan ciuman yang mereka lakukan seminggu yang lalu saat mereka mating.

Mark masih setia memandangi Haechan yang tampak menciut di depannya. Sebelah tangannya memegangi lemari buku yang menjulang tersebut dan sebelah tangannya lagi terangkat kemudian memegang dagu Haechan, menariknya untuk mendongak, dan Mark kembali melihat iris keemasan Haechan. Ia melumat bibir Haechan dengan lembut. Haechan terkesiap, buku di pegangannya terjatuh begitu saja. Tangannya beralih menahan dada Mark karena ciumannya semakin dalam dan menuntut. Haechan mendorong ringan tubuh Mark namun tidak berguna karena Mark justru semakin intens menciumnya. Mark menggigit kecil bibir bawah Haechan sehingga Haechan melenguh pelan dan kemudian Mark melesakkan lidahnya ke dalam mulut Haechan. Haechan resah, tidak dipungkiri Haechan terhanyut dalam ciuman yang Mark berikan. Ditambah pheromone Mark yang memabukkan itu semakin terasa pekat disekeliling Haechan. Gila! Untung saja perpustakaan sedang sepi sore ini!


-


Tubuh Haechan terhentak perlahan di pangkuan Mark. Well, as your wish .. Mark menyetubuhi Haechan di perpustakaan dengan Mark yang menggendong tubuh Haechan, Haechan melingkarkan kaki jenjangnya di pinggang Mark. Punggung Haechan bersandar di dinding yang menjadi pembatas lemari kayu yang menjulang tinggi tersebut. Mereka tidak membuka pakaian, Mark hanya menurunkan sedikit celananya dan Haechan pun begitu, namun bedanya celana Haechan terlepas seluruhnya.

SIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang