S2 Denial ⚠️

6.6K 441 70
                                    

Jeno menoleh pada tetua Jisoo. Berharap tetua Jisoo memiliki argumen yang dapat menentang pernyataan tetua Sandara. Namun, tetua Jisoo hanya terdiam. Saat itu, tetua Jisoo hanya terpikir bahwa sesungguhnya Jaehyun dan Jeno memiliki tempatnya sendiri di hati Haechan. Dan, bagaimana jika itu bukan dalam arti yang baik? Melainkan sebaliknya?

Sama halnya seperti hati Haechan yang mengingat Mark, hati dan jiwa Haechan pun tetap mengingat Jaehyun dan Jeno. Namun sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Sehingga walaupun semua ingatan pahit mengenai kedua Elder tersebut terlupakan, tubuhnya akan mengingat semua.

Jeno menggeleng pelan, tetap denial. Beralih pada Haechan yang senantiasa menyembunyikan dirinya dibalik tubuh Mark. Tatapan mata Haechan menyiratkan bingung dan takut bersamaan. Bingung kenapa dan apa sebenarnya yang membuat tubuh Haechan bereaksi takut pada mereka berdua.

"Tetua Jisoo, kau tidak ingin membantahnya?" Jaehyun menatap tetua yang paling dihormatinya itu.

Jeno berjalan pelan menghampiri Haechan, Haechan melihat dan mengeratkan genggamannya pada kaus Mark. Mark menepuk pelan lengan Haechan menenangkan. Menjadi tameng antara Jeno yang kini berada di hadapannya dan Haechan yang ada dibalik tubuhnya.

"Haechan, kau sungguh tidak mengingatku? Kumohon padamu Haechan..."

Jeno mengulurkan lengannya ingin menggapai Haechan, namun Mark menepisnya, netra Haechan melihat pandangan sang Alpha yang tersirat kepedihan. Sedikit terpaku pada kedua manik mata yang tampak sedih.

"Haechanku... Sigma-ku.. aku sangat mencintaimu.. bagaimana mungkin kau tidak merasakannya? Kau membenciku? Tidak ingat sedikitpun? Aku Jeno, Elder-mu Haechan..."

Bibir Haechan terkatup rapat. Dadanya berdenyut nyeri melihat dan mendengar ucapan Jeno. Elder-nya? Tapi Alpha-nya, mate-nya adalah Mark. Ikatan Haechan dengan Mark sangat kuat dan Haechan bisa merasakannya. Namun entah kenapa, Haechan juga merasa turut nyeri melihat Jeno yang putus asa.

Lengan Haechan tanpa disadari terangkat menuju sisi leher kanannya yang dihiasi tanda marking. Haechan memandang Jeno, bertanya dengan suara merdunya.

"Elder Je... Jeno, apa... kau yang menandaiku disini?" Ucap Haechan sambil memegangi bekas marking di leher kanannya. Entah mengapa Haechan hanya sekedar tahu.

"Haechan .. kau ingat?? Sebenarnya kau mengingatku kan?"

Jeno mulai merangsek maju ingin meraih Haechan, namun Mark masih tetap bersikeras tidak mengijinkan Jeno menyentuh Haechan.

"Bajingan Mark, jangan menghalangiku!"

"Kau yang menyingkir sialan! Jangan pernah sentuh Omegaku lagi!"

Berbeda dengan Jeno yang bersitegang dengan Mark, Jaehyun hanya terdiam menatap Haechan yang masih tampak ketakutan di balik tubuh Mark. Haechan yang merasa diperhatikan, mengalihkan pandangannya pada Jaehyun.

Sejauh apapun Haechan berusaha mengingat, sedalam itu pula memorinya terkubur jauh ke dasar. Netra Amethyst Jaehyun yang menatap Haechan intens perlahan membuat netra hitam Haechan berubah menjadi kuning Topaz. Jaehyun tersenyum pada Haechan, dan Haechan hanya menunduk.


Respon hatinya pada kedua Elder itu sama. Berdenyut nyeri dan sesak.

"Cukup Jeno!! Menjauh untuk saat ini. Apa kau tidak melihat Haechan yang ketakutan pada kau dan Jaehyun?"

Mark membawa Haechan dalam rengkuhan saat merasakan rematan jemari Haechan yang menguat dan netra Haechan yang sudah berubah menjadi kuning Topaz. Mark tahu bahwa Jaehyun berhasil memancing Omega dari dalam diri Haechan, apalagi sedikit banyak Jaehyun telah menandai Haechan.

SIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang