S2 Apologize

4.5K 432 94
                                    

"Maafkan aku, John.."

Jaemin tidak berani melihat Alpha di depannya. Jaemin tahu bahwa Alpha di hadapannya tampak kecewa dengan pilihan Jaemin untuk kembali bersama Jeno setelah apa yang Jeno perbuat pada Haechan.

"Tidak apa, Jaem. Kita... Kita masih bisa berteman baik bukan?"

Jaemin seketika mendongak, menatap iris Johnny yang terlihat sendu.

"Maksudku, kau bisa bercerita apapun padaku. Tenang saja, aku akan tetap menjadi pendengar nomor satumu. Sebagai teman."

"Tentu saja.. tentu saja John.. terimakasih."

Johnny memeluk tubuh Jaemin yang jauh lebih kecil darinya. Menepuk lembut punggungnya, yeah mungkin ini pelukan terakhir yang bisa Johnny berikan.

--

"Kau gila ya, Na?? Bisa-bisanya kembali pada Elder sinting bajingan gila itu??"

"Yang kau sebut dengan Elder sinting bajingan gila itu tetap saja Mateku, Njun.."

"Tapi, Na.. pikir dong dengan otakmu yang memang kelewat kecil itu. Aku tidak yakin Jeno bisa berubah! Apalagi setelah kematian Jaehyun. Dia pasti dendam.."

"Jaga ucapanmu, biji kecambah! Aku yakin Jeno pasti berubah. Dan 1 hal lagi, Jeno bilang kalau Jaehyun Hyung  tidak mati!"

Haechan yang sedari tadi hanya menyimak percakapan dua orang sahabatnya itu seketika mendelik mendengar bahwa Jaehyun masih hidup. Ada rasa takut tapi anehnya ada rasa lega mengetahui kenyataan itu.

"Benarkah Na? Jaehyun Hyung masih hidup?"

"Ya Haechan. Jeno bercerita padaku berapa menderitanya Jaehyun sebulan belakangan. Jaehyun koma selama beberapa bulan setelah bentrokan waktu itu. Ia baru sadar sebulan yang lalu...."

"Dan... Saat Jaehyun Hyung sadar.. Jeno bilang ... Jaehyun Hyung sangat kesakitan dan terus menangis karena kehilangan mate-nya. Sampai sekarang kondisi tubuhnya belum membaik. Jaehyun Hyung terus meminum ramuan pereda nyeri dari tetua, namun itu tidak cukup membantu... Jeno menyaksikan semuanya, Njun... Chan.."

Haechan dan Renjun terdiam membayangkan rasa sakit yang akan dihadapi jika seseorang kehilangan mate-nya. Elder yang kuat seperti itu pun ternyata bisa menjadi sangat menderita.

"Jeno.. Jeno menjadi takut dirinya akan mengalami hal yang sama. Jadi Jeno memutuskan untuk mencoba kembali bersamaku. Mate ditentukan oleh Moon Goddess bukan? Jadi baik Jeno maupun aku memang sudah seharusnya bersama. Aku tahu sikap Jeno padamu sangat keterlaluan... Tapi Chan... Apakah ada kemungkinan kau mau memaafkannya?"

Haechan terdiam. Beberapa kilasan balik perlakuan kedua Elder itu seakan berputar seperti kaset rusak dalam ingatannya. Tidak ingin memaafkan, tidak sudi. Tapi Jaemin, sahabatnya tidak salah apa-apa. Jaemin berhak bahagia. Walaupun itu bersama Jeno.

Lama terdiam, Haechan pun akhirnya menjawab,

"Na, apapun yang membuatmu bahagia, aku mendukungmu. Hanya saja, selalu ceritakan padaku jika kau menghadapi suatu masalah ya.."

Renjun memutar matanya malas, melihat Haechan dan Jaemin yang berpelukan. Tangan Jaemin menarik Renjun untuk ikut dalam pelukannya.

"Dasar otak kecil!" Dengus Renjun dalam pelukan Jaemin.

"Diamlah, biji kecambah!"

Haechan tertawa dalam pelukan kedua sahabatnya.

--

Dua orang pemuda yang berada di rooftop kampus saling berhadapan. Tatapan mereka dalam menyelami pikiran masing-masing. Salah satu pemuda itu mengernyit melihat pemuda lainnya.

SIGMA [END]Where stories live. Discover now