S2 Sincerely, Haechan

3.5K 446 55
                                    

Haechan duduk memandang keluar dari jendela flatnya. Flat yang ditempati Haechan tidak besar, hanya memiliki satu kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi.

Haechan tidak pernah keluar dari flatnya. Semua bahan makanan sudah tersedia untuk sebulan kedepan. Tetua Jisoo yang menyediakannya. Memudahkan Haechan jika ingin memasak sesuatu dan menguntungkan Haechan karena tidak perlu repot-repot belanja. Lagipula Haechan tidak diberi banyak uang. Jadi terima saja.

Sudah hampir 2 bulan Haechan mengurung dirinya sendiri dalam flat kecil tersebut. Kulit tubuhnya yang tan menjadi agak pucat karena tidak pernah terpapar sinar matahari. Tubuhnya semakin kurus, pipi tembamnya menjadi tirus, hanya saja perutnya yang semakin besar.

"Minhyung, aku merindukanmu.. anakku.."

"Apa kau baik? Kau pasti sudah melupakanku, iya kan? Minyung, ... jika kau merindukanku suatu hari nanti.. bermain saja di hutan ya? Seperti itulah aromaku, asal kau tahu saja.. aku tidak pernah benar-benar meninggalkanmu.. aku meninggalkan yang terbaik dari diriku untukmu..."

"Waktuku bersamamu benar-benar hanya sekejap Minhyung... Maafkan aku ya? Ya?"


"Dan Mark... Aku... Sangat sakit.... Dadaku seringkali nyeri seakan dicabik-cabik. Hampir setiap malam aku merasakannya... Kau tidak apa-apa kan?"

"Aku.... juga bersalah padamu, Mark... Aku tidak pantas lagi disisimu. Aku titip Minhyung nanti ya? Hiks.. aku masih sangat mencintaimu, Alpha-ku."



"Bayiku di perut..  maaf karena aku sempat membencimu..  sekarang aku tidak lagi benci. Tapi aku juga belum bisa mencintaimu... Mungkin tidak akan bisa, karena segera setelah kau menghirup nafas pertamamu dan membuka mata nanti... Yang pertama kali kau lihat bukan aku .."

"Tapi tenang saja aegi, aku akan menjagamu selama kau ada di perutku.. hidup dengan baik bersama kedua ayahmu nanti ya.... kau nanti pasti bingung karena wajah keduanya mirip sekali... Mereka sangat menginginkanmu, jadi... kau pasti tidak akan kekurangan cinta.. meski aku tidak bersamamu..."



Haechan selalu menghabiskan waktu sore nya dengan bermonolog sambil menatap langit dari jendela. Berharap angin akan menghantarkan pesannya pada orang terkasihnya. Haechan kembali melewatkan waktu makannya, namun tidak lupa meminum susu hamil. Bayinya lebih penting, pikirnya.

Haechan yang sedang meminum susu hamilnya, melihat cermin tanpa sengaja. Terpaku sesaat melihat wajah yang terpantul disana. Jelek sekali. Mark tidak akan suka lagi padanya. Tapi tidak apa.

Malam ini Haechan tidak bisa menahannya. Biasanya Haechan bisa tahan, tapi sepertinya malam ini harus menyerah. Haechan harus makan sundubu jiggae! Tidak bisa tidak! Keinginannya sangat kuat.

Haechan mengambil hoddie hitam oversize-nya, menggunakan masker putih, topi kemudian menutup topinya dengan tudung hoddie-nya. Tidak akan dikenali. Fisik Haechan sekarang berubah selama 2 bulan ini. Bukan dalam arti yang baik.

Haechan berjalan pelan sekali di sisi jalan, ia menuju sebuah jalanan yang menjual banyak sekali street food. Nah, itu dia! Dulu Haechan pernah makan disana, enak sekali dan yang paling penting murah.

"Sundubu jiggae-nya 1 ahjumma.."

"Makan disini?"

Haechan mengangguk. Tidak lama kemudian, semangkuk sundubu jiggae tersaji di hadapannya. Wangi sekali. Haechan menyesap kuah merah yang terasa panas dan pedas dari gochujang. Merasakan lembutnya tofu menyapa lidahnya.

Berapa lama Haechan tidak menikmati kegiatan makan-nya? Saat sundubu jiggae itu sudah berkurang setengahnya, Haechan sedikit tersentak. Hidungnya menghirup aroma yang rasanya sudah lama tidak tercium. Edelweis dan Orchid. Itu Jaemin. Baru datang dan duduk tepat di belakangnya.

SIGMA [END]Where stories live. Discover now