S2 Why Mark?

3.9K 404 58
                                    

"Kau harus menjelaskan padaku terlebih dahulu, tetua. Aku tidak percaya padamu setelah apa yang kau lakukan padaku."

"Aku akan memberitahumu. Nanti. Sekarang pergi dulu dari sini, oke?"

Haechan bimbang. Sebenarnya ia tidak mau, Haechan cukup tahu betapa teganya tetua Jisoo selama ini padanya. Hanya demi menjadikannya wadah bagi benih dari Jaehyun dan Jeno. Tapi sejujurnya Haechan juga bingung mau kemana. Ia tidak punya orangtua, pun teman. Jaemin dan Taeyong, hanya mereka yang cukup dekat dengan Haechan di tempat kuliahnya dahulu.

"Cepatlah, atau kau mau ditemukan? Kau tahu? Teman-temanmu sedang mencarimu sekarang."

Netra Haechan menatap tetua Jisoo, menolehkan pandangannya sesaat ke hutan yang kini menyimpan aromanya sangat kuat. Kembali melihat ke arah tetua Jisoo, mengangguk pelan dan mengikuti langkah kaki sang tetua menuju sebuah mobil.

--


"Ini flat siapa?"

"Aku menyewanya untukmu. Tinggallah sementara di sini. Kubantu kau membersihkan luka di kakimu."

"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Cukup jelaskan maksudmu seakan menolongku.."

Tetua Jisoo tampak mengedarkan pandangannya kesana kemari, menghela nafasnya dan menatap Haechan.

"Haechan, tahu tidak? Setengah hidupku kuhabiskan di Grey Moon demi membantu Jay dan Jason memenuhi takdir mereka. Memiliki keturunan dengan darah campuran terkuat. Saat pertama kali aku melihat ramalan mengenai munculnya Sigma, aku langsung tahu bahwa kau adalah jawaban takdir mereka Haechan..."

"Aku tahu kau .. membenci janin di perutmu. Kau ingin anak itu mati bukan? Karena janin itu Mark menghindarimu. Aku benar?"

Mata Haechan memanas mengingat Mark meninggalkan dirinya begitu saja. Tapi tidak apa, Haechan selalu berusaha menguatkan dirinya dengan menyalahkan diri sendiri yang sedang mengandung. Tidak boleh menyalahkan Mark! Mark tidak salah! Respon Mark itu wajar.

"Melihat reaksimu setelah Mark pergi yang selalu nampak kesakitan dan histeris, aku tau bahwa kau bisa saja nekad untuk membunuh janinmu sendiri. Dia tidak berdosa dan memang harus dilahirkan dari rahimmu, Haechan..."

"Jangan besar kepala, aku disini membantu janin di perutmu. Sebenarnya. Aku akan menjagamu tetap dalam jangkauan pandanganku sehingga kau tidak akan melakukan hal yang bisa membahayakan bayimu sendiri. Kau tidak menginginkannya bukan? Jangan khawatir, tahanlah selama kurang lebih 4 bulan ini. Setelahnya aku akan mengambil bayi itu, membawanya ke mansion Grey Moon. Dan kau bebas. Aku bisa pastikan baik Jaehyun maupun Jeno tidak akan mengganggumu lagi. Bagaimana?"

[Yang mikir kenapa hamilnya cuma 4.5 bulanan, baca lagi chapter Mission ya✌️]

Haechan mencelos. Setidak berharganya-kah dirinya? Bahkan setelah digunakan sedemikian rupa pun, Haechan tetap berakhir tidak diinginkan. Mark sudah pasti tidak akan menerimanya kembali, dan kedua Elder kembar itupun hanya mementingkan keturunan yang ada dalam perut Haechan.

Haechan tersedu, hatinya bagai diiris tipis-tipis dengan pisau yang sangat tajam. Tetua Jisoo memandang Haechan dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia iba namun tidak bisa iba di saat yang sama.

"Ba..baiklah.. aku setuju.. tapi.. kumohon... setelah ini semua berakhir, aku punya satu permintaan padamu, tetua..."

"Apa permintaanmu, Haechan?"

"Tolong,.. hapus semua ingatanku."


Tetua Jisoo terhenyak kaget. Sesakit itukah luka Haechan hingga ia memilih untuk melupakan semuanya? Anak-anaknya? Tetua Jisoo menatap nanar pada seorang Sigma yang terisak dengan kaki yang penuh luka.

SIGMA [END]Where stories live. Discover now