S2 Dusk

3.5K 476 75
                                    

Sejak Haechan kehilangan memorinya, waktu terasa berjalan begitu cepat. Tiga bulan pertama Haechan mengurung diri dan masih mencoba mengingat sesuatu, tapi selalu gagal. Hingga berbulan-bulan selanjutnya Haechan sudah menyerah, walaupun setiap malamnya Haechan masih merasakan denyut nyeri di dada yang sakitnya luar biasa.

Menderita sekali jika kau terluka dan menangisi sesuatu yang bahkan kau tidak tau apa sebabnya. Haechan penasaran seburuk apa masa lalunya sampai dirinya memutuskan untuk melupakannya.

"Haechan, kau menyebalkan sekali. Meninggalkanku tidak tahu apa-apa tapi menyisakan sakit yang teramat sangat. Huuks..sss.. ini selalu sakit tiap malam Haechan.." Gumamnya pada diri sendiri sambil menepuk pelan dadanya.

Haechan juga tidak bodoh. Ia tau bekas luka sayatan apa yang ada di perut bagian bawahnya. Haechan juga tahu tanda marking yang ada dikedua sisi lehernya.

Haechan benar-benar jarang keluar flat, kecuali untuk membeli bahan makanan di Minimart dekat flatnya. Bingung karena tidak merasa mengenal siapapun. Merasa dirinya begitu kosong dan hampa.

Hingga akhirnya Haechan memutuskan untuk mencari pekerjaan. Setidaknya agar Haechan bisa makan. Sebenarnya Haechan memiliki uang yang cukup banyak ditemukan tersimpan rapi di nakas samping ranjangnya saat ia terbangun tanpa mengingat apapun. Namun tetap saja uang itu akan habis jika Haechan tidak bekerja bukan?

Lagipula ini sudah hampir setahun lebih dan selama itu Haechan tidak melakukan apapun. Hanya diam di flat, makan seadanya. Terkadang tidak makan sama sekali, memandangi langit di siang hari dan bertanya pada bulan di malam hari.

Haechan bohong. Lupa itu bukan obat. Lupa itu penyakit. Menggerogoti Haechan yang pikirannya tidak ingat apapun, namun hati dan jiwanya masih mengingat jelas. Sayangnya yang diingat hati dan jiwa Haechan saat ini hanya rasa pedih, nyeri dan sakit.

"Haahhhhh.... Sshhhh... Aggghhh...."

Haechan bergelung dalam selimut tipisnya, tubuhnya membusur seperti kucing sedang tidur. Tapi sayangnya Haechan bukan sedang tertidur. Haechan sedang meringis kesakitan. Dadanya kembali nyeri, seakan tertusuk duri tajam. Haechan meremat dadanya sendiri, mulutnya terbuka tanpa suara saking nyeri dan jantungnya berdegup berisik.

Rutinitas yang selalu dilalui Haechan setiap malamnya.

Dan, ya..

Haechan,

Jauh lebih menderita.

---

"Dad... Daddyyhhh..."

Yang dipanggil menoleh, melihat makhluk tampan di hadapannya. Mark tertawa kecil, selalu merasa seperti menatap dirinya sendiri di masa kecil. Semirip itu. Hanya warna mata bawaan mereka yang membedakan keduanya selain umur tentunya. Zamrud dan Safir.

"Dyyhhh!!'

Mark sadar dari lamunannya, "Oh Minhyung! What's wrong?"

"Hyuckkie! Ceballll!"

Bibir tipis Minhyung mengerucut lucu sambil menghentakkan kaki dan melipat tangannya. Songong sekali. Mark tertawa tanpa suara .

"Donghyuck? Kenapa dengan Donghyuck? Bukankah kalian tadi sedang bermain bersama? You guys fighting?"

"Noo, ddyyh... Hyuckkie kithh me!"

Alis Mark bertaut? Apa kata anaknya tadi? Cadel-nya masih sangat kental.

"Repeat, boy.. say it slowly.."

"Hyuckkie.. kitthhhh meeee daddyhhh!"

"What? Donghyuck kiss you? Dimana boy?"

SIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang