Date

6.6K 603 16
                                    

Hari ini Mark mengajak Haechan berkencan. Rasa bersalah Mark tampaknya belum hilang sejak semalam. Karena itu Mark berinisiatif mengajak Haechan pergi ke taman bermain. Haechan senang karena ini terasa seperti kencan pertama mereka di tempat publik. Mark tersenyum melihat tingkah Haechan yang terlihat lucu dimatanya, Haechan sangat bersemangat menaiki semua wahana yang ada, sedangkan Mark sudah menyerah. Ia tidak terlalu suka dipontang-panting wahana, hanya membuat perutnya mual saja.

"Mark, ayo beli ice cream!"

"Mark, ada arumanis!"

"Mark, aku mau topokki ya? Ya?"

"Mark ayo naik komidi putar!"

"Mark, bianglala Mark! Ayolaaahhhh"

Dan Mark pun menyerah, ia mengikuti Haechan memasuki bianglala. Lagipula bianglala itu tidak akan membuat perut Mark mual. Hari semakin sore, matahari mulai menyembunyikan dirinya mengakibatkan lembayung senja terpantul di langit.

"Wah,.. indah sekali. Lihat Mark, langitnya menakjubkan!" Haechan menarik-narik lengan Mark, gondola mereka sekarang semakin naik menuju puncak lingkaran teratas dari bianglala tersebut.

"Mark, ish.. kenapa kau tidak menjawab ku.. apa kau le.."

Suara Haechan terputus karena bibir Mark membungkam bibir Haechan. Haechan terkejut karena serangan tiba-tiba dari Mark, namun perlahan Haechan memejamkan matanya. Ia menikmati ciuman dari Mark. Haechan suka. Mark yang lembut, Mark yang penyayang dan penuh kasih terhadap Haechan. Lengan Mark memeluk pinggang ramping Haechan, Haechan beringsut maju dan duduk di pangkuan Mark tanpa melepaskan pagutan mereka.

Gondola semakin naik menuju puncak, oranye langit senja memantul masuk ke dalam gondola tempat Haechan dan Mark saling melumat. Tangan Haechan merangkul leher Mark kemudia menepuk dada Mark pelan menandakan bahwa ia butuh mengirup oksigen.

Mark dengan tidak rela melepaskan ciumannya dari bibir manis Haechan, oh lihat wajah Omega manisnya yang sangat merona dibawah pantulan langit senja, sorot mata yang sayu seakan meminta lebih kepada Alpha-nya. Gondola yang mereka naiki sudah berada di puncak, Mark membelai pipi tembam Haechan dan jemari Haechan naik dari dada Mark menuju leher Mark, Haechan menarik tengkuk Mark perlahan untuk kemudian kembali mempertemukan belah bibir mereka berdua. Mark menarik pinggang Haechan yang berada di pangkuannya membuat Haechan duduk memposisikan tubuhnya berhadapan dengan tubuh Mark dibawahnya.

Mereka saling mencium, melumat, menghisap dan lidah mereka satu sama lain saling tertaut dengan mata keduanya terpejam menikmati segala sensasi yang dirasakan dari pagutan mereka. Dahi Mark dan Haechan saling menempel ketika keduanya menghentikan ciuman mereka untuk kembali menarik nafas. Oh, rasanya Haechan tidak ingin berhenti. Haechan kemudian mendusalkan wajahnya ke ceruk leher Mark, menghirup aroma itu dengan rakus dan kemudian menjilat leher Mark perlahan.

"Arghh, Haechan-ah.."

Mark menggeram pelan merasakan jilatan Haechan di lehernya, gerakannya terasa sangat amatir tapi anehnya Mark suka. Mark memiringkan kepalanya memberikan akses kepada Haechan untuk terus bermain di lehernya. Haechan mengecup, menjilat leher Mark.. sesaat kemudian Mark dapat merasakan gigi-gigi Haechan di lehernya. Apakah Haechan menggigit Mark? Lucu sekali .. itu mirip seperti marking yang dilakukan Alpha kepada Omega-nya. Mark terkekeh pelan kemudian menarik wajah Haechan menghadapnya.

"Kau puas menggigit leherku, manis?"

Haechan merona mendengar panggilan yang Mark berikan. Netra keemasannya melihat tanda yang dia ciptakan dileher Mark saat menghisap dan menggigitnya tadi.

"Eumm.. iya.. aku puas." Haechan tersenyum, "tapi Mark.."

"Apa? Hmm?" Mark menatap netra Haechan dengan iris hijau zamrud ya lekat.

SIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang