Scent ⚠️

9.7K 675 22
                                    

Haechan memasuki Dream Cafe, tempat ia janji temu bersama Jaemin. Haechan melihat ke sekeliling cafe tersebut dan tidak menemukan Jaemin. Belum datang, pikir Haechan sambil melirik arlojinya. Haechan menuju ke kasir untuk memesan minuman terlebih dahulu. Ia akan memesankan juga untuk Jaemin, Haechan tahu minuman yang pasti akan dipesan sahabatnya itu. Setelah membayar, Haechan mencari tempat duduk dan memutuskan untuk duduk di ujung cafe, di ujung cafe itu hanya terdapat sebuah meja dengan 4 kursi. Rasanya cocok saja untuk pasangan yang sedang dimabuk cinta atau untuk sahabat yang akan ber-ghibah tanpa takut terdengar pengunjung lainnya dikarenakan posisi meja tersebut yang memang menyempil sendiri di ujung. Dan kondisi Haechan Jaemin adalah opsi yang kedua.

Minuman yang Haechan pesan datang bertepatan dengan Jaemin yang memasuki cafe, Haechan dengan senyuman mataharinya melambaikan tangan pada Jaemin.

"Na, di si...ni.." Haechan kehilangan sedikit senyumannya saat melihat Jaemin tidak datang sendiri. Ish, sahabatnya itu datang bersama Jeno! Pacarnya. Apa-apaan? Jadi nanti Haechan akan jadi obat nyamuk begitu? Padahal Haechan ingin banyak bercerita tentang Mark pada Jaemin. Pupus sudah.

"Channie! Wah kau sudah memesankan ku minuman? Thank you Chan!" Jaemin duduk didepan Haechan, dan Jeno kemudian duduk disamping Jaemin.

"Hai, Haechan.." Jeno tersenyum ramah pada Haechan yang dilihatnya sedang cemberut dengan bibir yang merengut maju. Gemas.

"Um.., ya hai Jeno Hyung.." Haechan balas tersenyum.

"Chan, kau marah ya karena aku mengajak Jeno?" Jaemin begini begini cukup hafal perubahan wajah Haechan. Haechan sedang merajuk.

"Eh, apa aku mengganggu acara kalian? Kalau begitu aku bisa pergi kok, Na.." Jeno menepuk-nepuk tangan kekasihnya yang bergelayut di lengannya.

Haechan gelagapan,

"Oh tidak kok Hyung! Tidak mengganggu sama sekali. Ya, kau mengganggu acara ghibahku! Aku malah senang karena semakin ramai tentu semakin asyik kan? Iya kan Na?"

Jaemin nyengir kuda,

"Jeno tadi tiba-tiba datang ke apartemenku Chan, pagi-pagi padahal ya ampun dia sudah ada di depan pintuku! Dan saat aku bilang mau pergi denganmu, Alpha satu ini malah merengek ingin ikut katanya tidak mau ditinggal sendirian di apart ku!"

"Astaga, romantis sekali kalian berdua.. aku jadi iri.." Haechan bergumam pelan karena teringat Mark. Cepatlah besok, cepatlah besok.

"Iri Chan? Kau mau juga?" Tanya Jeno sambil masih mempertahankan senyuman ramahnya pada Haechan. Mau? Mau apa? Ambigu sekali membuat dahi Haechan merengut. Melihat kerutan di dahi Haechan, Jeno menjentikkan jarinya di dahi Haechan, membuat tidak hanya Haechan tapi Jaemin juga terkejut.

"Apa yang kau pikirkan? Maksudku kamu mau juga ya beromantis ria bersama mate-mu tentu saja. Siapa namanya? Aku sering melihat kalian di kampus menempel seperti perangko."

Entah kenapa, Haechan merasa tersindir. Jaemin yang sadar akan suasana yang menjadi canggung segera mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, sudah.. Jen kau mau pesan apa? Biar aku pesankan. Ice americano, mau?" Tawar Jaemin dan diberikan anggukan oleh Jeno. Jaemin menuju kasir dan meninggalkan Jeno dan Haechan berdua.

"Haechan-ah, aromamu harum sekali, seingatku pertama kali aku bertemu denganmu, aromamu tidak seharum ini.." Jeno menautkan jari jemarinya di atas meja dan meletakkan dagunya di atas jemarinya.

"Benarkah? Hmm aku, aku sudah mengalami heat pertamaku dan kurasa yah karena itu mungkin pheromoneku menjadi lebih baik." Haechan jadi berpikir, dulu waktu pertama bertemu Jeno, pasti ia bau sekali sampai Jeno ingat aromanya berbeda.

SIGMA [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن