S2 Forget ⚠️

6.1K 366 61
                                    

"Kemana saja sih.. sudah 2 hari Jeno tidak menghubungiku..."

Jaemin berusaha menelepon Jeno, namun daritadi hanya tersambung pada pesan kotak suara. Jaemin menghela nafasnya kemudian menekan nomor lain.

"Halo, Njun..."

Setelah berbincang dengan Renjun, Jaemin memutuskan berkunjung ke mansion Red Moon. Jaemin menyusuri hutan ditemani oleh Johnny. Renjun memberitahu Johnny bahwa Jaemin akan kesana, jadi Johnny menunggu Jaemin di luar kawasan hutan, tempat biasanya mobil atau kendaraan pa aanggot terparkir. Membiarkan seorang Omega menyusuri hutan sendirian bukan ide yang baik.

"Bagaimana kabarmu John? Rasanya... Lama sekali tidak berbincang denganmu."

"Aku baik, Jaem. Kau sendiri bagaimana? Aku sedikit sibuk karena Haechan dan Mark tidak ada. Kau tahu sendiri.."

Jaemin mengangguk paham.

"Aku akan mengunjungi Haechan setelah ini, kau mau ikut? Lagipula aku ingin bertemu Jeno.."

"Kurasa itu tidak akan bisa.."

Jaemin yang masih berjalan menuju mansion Red Moon yang mulai terlihat, mengernyit heran dengan jawaban Johnny.

"Maksudmu, John?"

Johnny membuang nafasnya perlahan, kemudian menoleh pada Jaemin.

"Kedua Elder Grey Moon tidak memperbolehkan kami bertemu Haechan."

Jaemin sedikit terkejut. Namun dengan cepat mengontrol emosi dan ekspresinya.

"Tapi.. kenapa?"

"Itu yang sedang kuselidiki. Beberapa hari belakangan kami tidak diijinkan bertemu Haechan. Bahkan kami membawa Minhyung, namun Elder sialan itu tetap melarang kami. Mereka bilang Haechan sedang sakit. Tapi aku tahu itu semua hanya akal-akalan mereka saja. Firasatku sangat buruk."

Jaemin mengerjapkan matanya, menenangkan hatinya yang juga memiliki firasat buruk sama seperti Johnny.

Apakah sebenarnya yang Jeno rencanakan? Mempermainkannya? Lagi?

---

Haechan terbangun. Matanya berat sekali. Perih menerpa bagian bawah tubuhnya dan pegal terasa amat sangat. Netranya melihat segelas susu di nakas kasurnya. Meraihnya lalu meminumnya habis.

Haechan seperti melupakan sesuatu. Tapi, apa ya? Rasanya ada sesuatu yang sangat penting dilupakannya. Saat Haechan memegangi kepalanya yang penting, pintu kamarnya terbuka. Haechan menatap Alpha di hadapannya sedikit bingung.

"Haechan.. ini aku, Jeno. Elder-mu sayang."

Jeno. Jeno... Jenoo... Elder-nya?

Sekelibat memori seakan berputar di matanya, persetubuhan hingga tawa ramah Jeno.

Elder-nya. Pria ini Eldernya.

Haechan kemudian merentangkan lengannya meminta pelukan pada Jeno. Jeno tersenyum dan memeluk tubuh mungil manisnya. Membiarkan Haechan mendusalkan kepalanya di ceruk leher Jeno. Menghirup aromanya dalam.

"Turunlah makan bersamaku, Haechan."

"Iya, Hyung.."

Jeno mencium singkat bibir hati Haechan. Menggenggam jemarinya mengajak Haechan turun untuk makan.

Kalian cukup gila, Jason.

Just shut up, Zero.

--

"Haechan kemarilah.."

Jeno menepuk pahanya meminta Haechan duduk di pangkuannya. Haechan menurut, kemudian Jeno menyuapi Haechan, terkadang menjilat sisa makanan yang ada di sudut bibir Haechan. Jaehyun memperhatikan keduanya dari pintu kamarnya.

SIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang