A-MW. 03

88K 4.8K 102
                                    

Arga bergegas lari kekamar Alix setelah mendapat kabar dari maid jika Adeeva dan Alix sedang tidur siang. Pria itu sudah tidak sabar bertemu keduanya, pasti Alix dan Adeeva akan sangat senang.

Jantung pria tampan itu berdetak cepat setelah sampai didepan pintu kamar Alix yang tertutup. Semoga saja Adeeva dan Alix mau memaafkannya. Arga berjanji, setelah ini dia akan menjadi suami dan Papi yang baik untuk Adeeva dan Alix. Arga juga akan menbatalkan gugatan cerai yang sempat tadi dia ucapkan pada Adeeva.

Ceklek.

Dengan langkah pelan Arga masuk kedalam kamar Alix. Diranjang sudah ada Alix dan Adeeva yang tertidur saling berpelukan, mata keduanya terlihat bengkak karena terlalu banyak menangis. Lagi-lagi Arga merasakan sesak dihatinya.

"M-maaf," lirih Arga, tangan pria itu mengelus rambut Alix lembut.

Arga duduk disisi ranjang dekat Alix, tangan pria itu terulur mengelus rambut serta pipi Alix. "Maafin Papi sayang."

Arga bersandar dikepala ranjang sembari memejamkan matanya, dia akan tidur sembari menunggu Alix dan Adeeva terbangun. Tangan pria itu masih betah mengelus rambut Alix.

Beberapa jam kemudia, hari sudah mulai gelap. Arga yang sudah sangat cukup tertidur bangun dengan perlahan. Pria itu menoleh kearah anak serta istrinya yang masih memejamkan matanya.

"Jam berapa sekarang?" Gumamnya. Arga menatap jam dinding kamar. Pria tampan itu membulatkan matanya lantaran sudah pukul tujuh malam.

"Sudah malam? Kenapa Adeeva dan Alix belum bangun?" Bingung Arga.

"Mungkin mereka kelelahan," Arga berusaha untuk berfikir positif.

Pria itu beranjak berdiri, ia memutuskan untuk pergi kedapur.

Setelah sampai didapur di melihat dua maid tengah memasak untuk makan malam.

"Tuan, ada yang bisa kami bantu?" Ucap salah satu maid itu yang tersadar akan kehadiran tuannya.

"Bikin makanan yang disukai Alix dan Eva! Saya akan pergi ke kamar, nanti kalau sudah selesai kalian panggil kami!" Ucap Arga dengan tegas.

Meski bingung para maid mengangguk. "B-baik tuan!"

Jelas saja bingung, tidak biasanya Tuan mereka bersikap peduli pada Adeeva dan Alix. Pria itu tidak akan repot-repot memerintah para maid menyiapkan makanan, apalagi menyiapkan makanan kesukaan Adeeva dan Alix.

"Semoga ini awal baik untuk Tuan, nyonya dan tuan kecil," ujar Maid bernama Arin.

"Aamiin," balas temannya.

______

Sudah sejam lamanya, Adeeva dan Alix tak kunjung bangun.

"Alix, bangun sayang," Arga mengusap rambut Alix lembut.

Arga meremas rambutnya kasar, rasa takut dan khawatir yang dia rasakan saat ini. Arga baru menyadarinya sekarang,  jika Adeeva dan Alix tidak bernapas.

"Tidak!" Arga menggelengkan kepalanya lalu memeluk tubuh Alix yang sudah kaku dengan wajah pucat pasi.

Arga menangis histeris. Ada apa ini? Ada apa dengan anak dan istrinya. "Alix, bangun! Ini papi," Arga mengguncang tubuh Alix. Sayangnya Alix tidak merespon apapun membuat Arga kalang kabut.

Lalu pria itu beralih kearah istrinya. "Eva, bangun! Jangan seperti ini! A-aku janji akan belajar mencintaimu!"

Arga meremas dadanya yang terasa nyeri.

"Enggak!"

"Mereka pasti tidur! Ya, Alix dan Eva hanya tidur!"  Arga mengantur napasnya perlahan lalu tak lama dia kembali histeris.

"ALIX!"

"Tuan," Panggil Arin dengan napas memburu dan tubuh bergetar akibat ketakutan medengar teriakan histeris Arga.

Arga hanya diam tidak membalas Arin.

"Tuan, saya menemukan ini," ucap Arin mengangkat benda yang dia temukan.

Arga mendongak menatap benda yang Arin tunjukan. Arga memicingkan matanya lalu tak lama mata Arga membesar saat benda yang dipegang Arin.

"Racun?"

"Saya menemukan ini didapur tuan. Saat nyonya masak saya tidak sengaja melihat Nyonya Adeeva memasukan ini kedalam makanan-nya dan tuan Alix. Saya melihatnya dari jarak jauh, saya fikir itu hanya vitamin," jelas Arin lalu matanya tidak sengaja melirik kearah Adeevan dan Alix.

'Nyonya Adeeva dan tuan kecil pasti sudah sangat lelah ya? Meski ini cara yang sangat salah, tapi saya harap Nyonya Adeeva dan tuan kecil bisa bahagia.' Batin Arin yang tanpa sadar menangis.

Sedangkan Arga hanya terdiam dengan tatapan kosongnya. Tak lama pria itu tertawa lalu menatap Arin. "Kau benar, yang kau pegang hanya vitamin! Mana mungkin itu racun," kekehnya.

"Yasudah, kau pergi!"

"Tapi tuan--"

"Pergi Arin!" Tegas Arga.

Arin pun memutuskan untuk pergi, tapi dia pergi menemui para maid lain dan juga para penjaga untuk menjelaskan kejadian tadi.

"Sebaiknya kita langsung kekamar tuan kecil. Bagaimanapun Nyonya Adeevan dan tuan kecil harus segera dikuburkan," ujar maid lainnya.

"Setuju!"

Lalu mereka berbondong-bondong kekamar  Alix.

Setelah sampai dikamar Alix, mereka dikejutkan dengan pemadangan didepannya. Kaca pecah berserakan dengan darah yang mengalir kemana-mana.

"TUAN!"

Arga yang masih setengah sadar terkekeh miris sembari menatap Alix dan Adeeva. "M-maaf!"

Arga memutuskan mengakhiri hidupnya dengan cara menusukan kaca yang sudah dirinya pecahkan keperutnya dan urat nadinya. Lebih baik dia mati daripada harus merasakan rasa sakit penyesalan.
_______________

Aku up.
Seperti biasa kalau suka Vote dan komen🥳

ARGANTARA|•| MENGULANG WAKTU (SELESAI)Where stories live. Discover now