A-MW. 23

38.5K 2.1K 70
                                    

Gibran merasakan kehangatan emosi memuncak dalam dadanya, namun ia menggenggam tangannya dengan erat, menutupnya dalam kepalan kuat. Rasa kekecewaan yang membara membuatnya berbisik, "Sial, Arga memang sial," meluap dalam hati.

"Kakek, apakah Kakek tahu di mana Ayah Zira berada?" Zira bertanya dengan mata yang memancarkan kepedihan.

"Dia itu buka--"

"Mah!" Tegur Gibran.

Asri melempar pandangan tajam ke arah suaminya. "Apakah Papa ingin dia terus salah paham?" kesalnya. Asri tidak ingin kehadiran anak ini merusak hubungan antara Arga dan Adeeva, terlebih setelah hubungan mereka berdua membaik.

"Inget, dia masih anak kecil. Bicaralah dengan lembut. Bila kita bicara dengan keras, dia bisa semakin memberontak," ujar Gibran.

Setelah mendengar penjelasan dari Zira, rasa marah dan kecewa mengisi hati Gibran dan Asri, meski sebelumnya Arga sudah menjelaskannya terlebih dahulu. Ternyata hubungan Arga dan Monica sudah sejauh itu.

"Dengar ini Zira! Orang yang kamu panggil Ayah bukan Ayah kamu!" Ucap Asri. Bibir wanita itu gatal untuk tidak berbicara demikian.

"Saya tau kamu masih kecil, itu sebabnya saya memberitahu kamu lebih dulu agar kedepannya tidak salah paham. Sekarang kamu pulang lalu tanyakan pada ibumu tentang Ayah kamu!" Ucap Asri.

Bocah lima tahun itu menggeleng keras. "Ayah ya Ayah aku!"

"Aku bilang apa Mah?" Gibran berucap sembari menatap sang istri yang terlihat kesal.

"Usir saja, pastikan jika anak ini tidak datang lagi kesini!" Ujar Asri lalu beranjak berdiri untuk memanggil satpam rumahnya.

Gibran meminta salah satu bawahannya untuk mengantarkan Zira pulang kerumahnya. Setelah Arga pulang Gibran akan meminta anaknya untuk menegaskan hubungan antaranya dengan Monica kepada Zira.

"Emang sinting si Monic, nyuruh anaknya untuk datang kesini dan mengacaukan semuanya," ujar Asri yang masih kesal dengan kejadian tadi.

Dilain tempat Arga pun sama kesalnya dengan apa yang dia dengar dari salah satu bawahannya. Pasti setelah pulang dari sini dia akan mendengar omelan Asri dan juga Gibran.

"Kenapa?" Tanya Adeeva, lalu memeluk pria itu dari belakang.

Keduanya berada dibalkon untuk menikmati angin malam kota bandung.

"Zira datang kerumah," jawab Arga jujur.

Arga memutar tubuhnya menghadap kearah Adeeva saat tidak mendapat balasan dari wanita itu. Dilihatnya wajah Adeeva yang terlihat marah.

"Maaf," lirih Arga.

"Aku benci Monic sama anaknya, Mas!" Jujurnya, mata Adeeva sudah memerah.

Arga membawa tubuh Adeeva kedalam pelukannya saat tubuh wanita cantik itu bergetar akibat menangis.

"Maafin aku Eva, ini semua salah aku."

Adeeva membalas pelukan Arga dengan erat. Sejak dulu, tak peduli seberapa besar rasa sakit yang Arga timbulkan, Adeeva tak mampu membenci karena cintanya yang begitu kuat. Tapi rasanya dia sudah lelah.

"Dari dulu aku selalu maafin kamu, Ar... Sudalah, lebih baik kita makan malam, Ayah sama Bunda nungguin kita," Adeeva melepaskan pelukannya lalu mengusap sisa-sisa air matanya.

"Eva," panggil Arga dengan lirih.

"Hm?" Adeeva mendongak menatap wajah Arga.

"Jangan tinggalin aku, jika aku melakukan keselahan lagi tolong tegur dan ingatkan aku," ucapnya dengan mimik wajah serius.

Entah kenapa Arga menjadi takut jika sewaktu-waktu Adeeva dan Alix meninggalkannya.

Adeeva tersenyum lalu menggenggam tangan suaminya. "Enggak akan, aku mana mungkin ninggalin kamu! Aku cinta sama kamu Ar, lebih dari apapun!" Balasnya.

"Justru aku lebih takut kamu lebih memilih Monic dan Zira. Terlebih hubungan kalian sudah sejau--" Adeeva memberhentikan ucapannya saat Arga menggeleng memintanya untuk berhenti.

"Jangan diteruskan, itu akan membuat kamu sakit," ucapnya.

"Yang jelas kamu harus ingat, aku enggak akan kembali pada mereka! Dan hubungan aku dengan Monic tidak seperti yang kamu bayangkan," lanjutnya.

"Kamu pasti sering melakukan itu kan dengan Monic?" Mata Adeeva kembali berkaca-kaca. Hatinya dihantam rasa sakit jika mengingat sang suami dan Monica melakukan itu.

Cukup prontal memang tapi Adeeva benar-benar penasaran. Meski jawaban yang Arga berikan akan kembali menyakiti hatinya.

Arga terdiam cukup lama setelah mendengar pertanyaan Adeeva. Jujur saja, Arga hanya melakukan sekali dengan Monic saat dimana Arga kabur dimalam pertamanya dengan Adeeva.

"Ev--"

Tok-tok.

"Eva, Arga. Ayo makan malam! Ayah sama Gea udah nungguin," ujar Bunda Tia diluar kamar Adeeva.

Seketika Adeeva dan Arga menoleh kearah pintu. "Iya Bun! Bunda duluan, sebentar lagi kami nyusul," balas Adeeva.

"Baiklah."

"Ayo! Pasti Ayah dan Bunda nungguin," ajak Arga.

Adeeva menghela napasnya pelan lalu mengangguk.

__________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________________________

Maaf guys telat up🙏🏻
Kayaknya beberapa chap lagi puncak konflik😇


ARGANTARA|•| MENGULANG WAKTU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang