A-MW. 32

35.1K 1.9K 74
                                    

Suasana mencekam melanda seluruh penghuni rumah Argantara, ketika pemilik rumah ini melepaskan kemarahan bak kesetanan. Mata tajamnya yang penuh dengan amarah menyoroti mereka, menyisakan rasa takut yang membuat tubuh mereka bergetar karena ketakutan.

"Mengapa kalian membiarkan istri dan anakku pergi?"

Semua yang hadir menundukkan kepala mereka, terbungkam dalam keheningan yang tegang, masih belum ada yang berani menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh tuan mereka yang begitu marah.

"KALIAN TULI? SIALAN!"

Teriakan gemuruh itu membuat seluruh tubuh mereka semakin gemetar. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Arga meledak dalam kemarahan yang sedahsyat ini, dan itu tidak hanya membuat mereka terkejut, tapi juga merasa ketakutan.

Hingga akhirnya, salah satu dari para maid mendongak, matanya penuh dengan ketakutan, dan menatap Arga.

"Katakan!" ucap Arga, melihat dari seluruh orang yang ada di ruangan itu, hanya salah seorang maid yang berani mengangkat kepalanya, seolah-olah ingin memberikan penjelasan.

Dengan suara gemetar, seorang maid berkata, "T-tuan, nyonya hanya memberi tahu kepada kami bahwa beliau akan pergi berlibur ke kampung halaman untuk beberapa minggu, dan nyonya juga mengatakan jika Tuan sudah mengetahuinya."

"Maaf tuan, atas kelalaian kami," lanjut Maid tersebut lalu kembali mendudukan kembali kepalanya.

"Bubar!"

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung bubar, meninggalkan Arga yang tersisa dengan wajah yang berubah menjadi penuh dengan kesedihan.

"Eva, kamu salah paham!" Arga meremas kertas yang berisi surat itu.

Arga sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa tindakan baik membantu sahabatnya, akan berakhir dengan Adeeva pergi meninggalkannya.

"Kamu pergi di saat aku udah bener-bener jatuh cinta sama kamu, Ev!" Tubuh Arga terkulai ke bawah, dengan tangisan.

Arga membantu pernikahan Dian murni karena ingin membantu pria itu dengan imbalan, Dian pergi jauh membawa Monica dan Zira dalam hidupnya.

Arga mengusap air matanya. Daripada terus mencekam diri dalam tangis yang tampaknya tak berujung, ia merasa lebih baik untuk mencari Adeeva dan Alix.
____________

Adeeva menangis dalam dekapan Tia, dan Tia pun tak mampu menahan tangisnya saat melihat keadaan anaknya yang begitu menyedihkan. Bahkan Alix, yang saat itu berada di pelukan Arya, turut serta menangis.

Arya, pria itu, telah dipenuhi oleh rasa marah dan kecewa setelah mendengar cerita dari Gibran dan Asri yang kini hadir di Bandung, ikut mengantarkan Adeeva.

"Aku menyesal, Gibran, telah mempercayakan putriku bersama Arga," Arya menatap Gibran penuh kecewa.

Gibran mengangguk mengerti. "Aku tau atas kekecewaanmu, maafkan aku, Arya."

"Lebih baik sekarang kita cepat kebandara, aku yakin Arga pasti akan menyusul kesini," celetuk Gibran menyadarkan semuanya.

"Eva, kamu yakin akan pergi?" Tia kembali bertanya untuk menyakinkan.

Adeeva mengangguk. Wanita itu benar-benar yakin akan pergi dari negara ini. Awalnya Adeeva tidak berencana pergi dari negara ini, tapi Gibran menyarakan itu.

"Tahun depan aku akan menyusul, kak!" Celetuk Gea.

"Aku akan kuliah disana, kerja disana, dan nikah disana!" Lanjutnya.

"Karena itu negara impian kita, setelah aku sukses, kita sekeluarga tinggal disana!" Ucap Gea penuh dengan keyakinan.

Gea tidak akan pernah membiarkan kakaknya bertemu kembali dengan pria brengsek seperti Arga.

Adeeva tersenyum, adiknya memang cuek, tapi dia yang paling ngerti dan peduli.

Semuanya pun mengantarkan Adeeva untuk pergi ke bandara.

'Selamat tinggal, Ar. Aku tau sejak awal kita memang gak akan pernah bersama. Hati kamu hanya untuk Monic.'
__________

Di dalam pesawat, Adeeva dengan sibuknya mencoba menenangkan Alix yang sedang rewel, demi menghindari mengganggu penumpang lain yang sedang beristirahat.

"Alix, kamu bisa diam gak sih?! Mami cape!" Lama-lama Adeeva kesal juga dengan Alix yang tak kunjung diam dan terus memanggil-manggil nama 'Ayah'

"Mami jahat! Alix mau sama Papi!" Kesalnya.

"Alix, mau mami tinggal disini sendirian?"

Alix menggeleng keras dengan air mata yang semakin deras mengalir.

Adeeva menghela napasnya kasar, lalu wanita itu membawa Alix kedalam pangkuannya dan memeluknya erat. "Maafin Mami, mami gak maksud marah sama Alix," ucap Adeeva. 

"Halo, adik kecil! Mau permen?" Tiba-tiba saja terdengar suara yang cukup familiar terdengar ditelinga Adeeva.

Adeeva maupun Alix menoleh ke kursi sebelah. Wajah wanita itu cukup terkejut saat mendapati Pak Bani yang kini tersenyum ramah kearah mereka, tepatnya kearah Alix, sembari mengulurkan permen lolipop.

"Pak Beni?"

"Halo, Eva!" Beni langsung memusatkan perhatiannya pada Adeeva.

Adeeva tersenyum canggung.

Setelah Alix menerima permen dari Beni, tidak ada obrolan lagi diantara mereka.

__________________

Aku up🔥
Jadwal aku up malam Sabtu/minggu.
Tapi kalau hari lain aku luang, aku up.

Maaf sedikitt.

Ternyata masih ada yang mau Arga sama Adeeva cerai🤭

Seperti biasa, setiap cerita yang aku buat pasti ada dua end yang berbeda😂 Gimana kalau kalian Vote di SG? Coba cekk!!!

IG: raniSit_0

ARGANTARA|•| MENGULANG WAKTU (SELESAI)Where stories live. Discover now