A-MW. 28

33.2K 1.7K 42
                                    

Setelah satu minggu dari kejadian, Monica tidak lagi muncul atau mengganggu di rumah Arga. Hubungan keluarga Arga juga semakin membaik. Namun, Dian kadang-kadang masih mengirim informasi tentang kegiatan Zira.

"Sayang!" terkejut Adeeva saat merasakan tangan kekar yang memeluknya dari belakang. Dan tak lain, itu adalah Arga.

Sejak Arga mengungkapkan perasaannya, hubungan mereka semakin romantis, meskipun terkadang Arga terlihat kaku.

"Lagi apa, nih?" tanya Arga.

"Aku baru saja selesai membuat mochi," balas Adeeva sambil tersenyum.

Arga dengan lembut melepaskan pelukannya, bergerak ke samping Adeeva, dan melihat dengan penuh antusias.

"Taraaa!" ucap Adeeva sambil memamerkan mochi yang baru selesai dibuatnya.

"Cantik sekali, pasti rasanya tak kalah menakjubkan," puji Arga dengan senyuman tulus. Tidak hanya berbicara tentang penampilan, tapi juga meyakini bahwa mochi buatan Adeeva pasti memiliki cita rasa yang istimewa.

"Ayo, kita nikmati bersama. Aku menyisakan ini untuk Alix dan Lia," ujar Adeeva sambil meletakkan sisa mochi dengan lembut ke dalam kulkas.

"Kamu duluan, aku akan menyiapkan minuman untuk kita," balas Arga.

"Makasih, suamiku."

Dengan riang, Adeeva memberikan ciuman singkat di bibir Arga sebelum bergegas menuju ruang TV, membawa senyuman bahagia dalam langkahnya. Arga tertawa geli atas gestur itu, lalu dengan semangat mulai menyusun minuman untuk mereka berdua. Suasana penuh kehangatan dan cinta terasa begitu kental di udara, mengisi setiap sudut rumah mereka dengan kebahagiaan yang mendalam.
_____________

Alix, Lia, dan Fadil terpingkal-pingkal bersama, wajah mereka berantakan akibat seru-seruan memakan eskrim.

"Haha, wajah Lia lucu!" celetuk Fadil sambil tertawa.

"Iya, seperti kucing," sahut Alix, masih sambil tertawa melihat wajah Lia yang kocak.

Tawa Lia terhenti, dan ia menatap kedua sahabatnya dengan ekspresi setengah kesal, setengah menggemaskan. "Kalian juga kayak kucing! Bukan hanya Lia saja yang wajahnya berantakan," protesnya sambil menyeka es krim yang mungkin ada di wajahnya.

Mereka melanjutkan tawa ceria, menikmati momen kebersamaan yang penuh canda tawa, tanpa terlalu peduli dengan wajah mereka yang berantakan karena kebahagiaan yang mereka rasakan.

Seorang bocah perempuan memperhatikan mereka dengan ekspresi kesal. Alix yang sadar melihat keberadaan Zira mulai melangkah mendekati tempat Zira berada. "Hai," sapa Alix dengan ramah.

Fadil dan Lia saling bertukar pandang, kemudian mengikuti langkah Alix.

"Ihh, kalian terlihat jelek dan kotor!" tiba-tiba saja Zira mengeluarkan komentar menyebalkan, membuat Lia dan Fadil kesal.

"Kami baru saja memakan eskrim," jawab Alix dengan sabar.

"Aku juga mau eskrim!" ucap Zira, menunjukkan keinginannya.

"Kenapa kamu tidak beli sendiri?" sahut Lia, menunjukkan ketidaksukaannya pada sikap sombong Zira.

"Aku mau yang itu!" tunjuk Zira pada eskrim yang dipegang Alix.

"Hei! Kamu ini murid baru, tolong jaga sikapmu!" kesal Fadil.

"Iya, ini kan eskrim milik Alix!" tegas Lia.

Sebelumnya, Dian memang mendaftarkan Zira di sekolah yang sama dengan Alix. Pria itu tidak takut Monica mengetahui keberadaan Zira, sebab wanita itu sudah lumayan lama resign.

ARGANTARA|•| MENGULANG WAKTU (SELESAI)Where stories live. Discover now