A-MW. 31

36.8K 2.1K 122
                                    

"Thank ya, Ar!" Ucap Dian pada Arga dengan senyuman tulus.

Arga mengangguk. "Gue cuma bisa bantu lo itu, selebihnya lo yang urus!" Arga menepuk pundak Dian dua kali.

"Gue mau minta satu hal, jauhin Monic dan Zira dari sekeliling keluarga gue! Kalau bisa lo pindah ke surabaya, disana gue udah nyiapin posisi yang sesuai dengan jabatan lo di cabang perusaan itu," ucap Arga, meski sebenarnya dia sedikit tidak enak berkata itu, tapi ini demi menjaga kenyamanan keluarga kecilnya.

Dian mengerti dengan ucapan Arga. Pria itu hanya mengangguk.

"Sorry, atas sikap lancang gue ya, Ar. Gue sering ngasih kabar tentang Zira ke lo," ucap Dian benar-benar merasa bersalah. Jujur saja, pria itu hanya kasihan pada Zira setelah melihat kondisinya secara langsung.

Arga tidak membalas ucapan pria itu. Namun ingatannya kembali pada sikap Adeeva yang sedikit berubah. Biasanya wanita itu jika marah atau kesal akan mengatakannya langsung lalu setelah itu kembali seperti biasanya. Ini aneh, Adeeva mendiaminya, dan ini baru pertama kalinya.

"Lo ada masalah?" Tanya Dian.

Arga menghela napasnya pelan lalu menggeleng.

"Setengah jam lagi kita meeting, lo harus fokus," ujar Dian memberi tahu.
____________________

Asri memeluk tubuh Adeeva yang bergetar akibat menangis, wanita itu begitu sedih mendengar apa yang di lakukan Arga. Anak itu lagi-lagi membuatnya kecewa.

Sementara itu, Gibran, yang tak mampu menyembunyikan amarah yang berkobar di dalam dirinya, menunjukkan kekecewaan yang mendalam melalui wajahnya yang semakin merona oleh kemarahan yang ia upayakan untuk menahan.

"Rasanya mama tidak rela jika kamu pergi meninggalkan Arga, nak. Tapi mama tidak mau kamu terus-terusan di sakiti oleh dia," ucap Asri lalu melepaskan pelukannya dan menatap wajah Adeeva.

"Mau mama apa? Jika mama menginginkan aku bertahan makan aku akan bert--" ucapan Adeeva terpotong dengan perkataan Gibran. "Jangan bodoh, Ev! Tinggalkan saja pria bajingan itu!"

Adeeva terdiam. Apa yang di katakan Gibran memang benar. Adeeva bodoh dan gila karena cintanya yang begitu besar pada Arga.

"Jangan bodoh karena cinta, Ev! Kamu seorang perempuan tidak seharusnya mengemis seperti itu, apalagi pada pria jahanam seperti Arga!" Lanjut Gibran. "Kamu pergi sejauh mungkin bersama Alix, jangan biarkan Arga menemui kalian."

Gibran merubah mimik wajahnya menjadi sedih dan penuh kekecewaan. "Maafin Papa, ini salah papa yang udah jebak kalian."

Adeeva menggeleng lalu mendekat kearah Gibran dan memeluk pria tua itu. "Pa---"

"Asal Papa tau, aku begitu mencintai Mas Arga. Saat aku menikah dengannya aku merasa begitu bahagia. Setidaknya aku berterimakasih pada Papa karena berkat papa aku pernah berkesempatan untuk memiliki Mas Arga, meski momen indah kami hanya beberapa bulan dan sebuah kebohongan," ucap Adeeva sembari melepaskan pelukannya.

"Aku tidak menyesal pa, pernah menikah dengan Mas Arga," lanjut Adeeva.

"Tapi sesuai perkataan Papa, aku akan menyerah. Perjuanganku cukup sampai disini."

Asri yang tidak kuat ikut mendekat lalu memeluk tubuh Adeeva.
________________________

Di dalam kamar yang gelap, satu-satunya cahaya yang memecah kegelapan berasal dari jendela yang terbuka setipis daun pintu. Dalam sudut kamar, terlihat seorang wanita yang terpuruk oleh penyesalan. Tatapan matanya kosong, dan raut wajahnya mencerminkan beban yang begitu berat. 

"Kak Arga," lirih wanita itu yang tak lain Monica.

"Aku benar-benar nyesel karena udah sia-siain pria setulus kamu. Andai aja aku tidak di butakan oleh uang, mungkin semuanya tidak akan seperti ini," lirih wanita cantik itu sembari mengusap figura foto Arga.

"Aku sadar jika aku mencintai kamu. Rasanya berat, aku yang beberapa minggu lagi akan menikah dengan Dian," Monica menghela napasnya kasar.

"Tapi lagi-lagi karena uang," lanjutnya.

Monica benar-benar menyesali perbuatannya dulu pada Arga. Andai saja waktu bisa di ulang mungkin wanita itu tidak akan menyia-nyiakan Arga.

"Maafin aku, Kak. Dulu kamu sayang banget sama Zira, tapi sekarang aku malah memperlakukannya dengan buruk."

"Kak, aku lihat kamu bahagia bersama Adeeva. Untuk menebus rasa bersalahku, aku tidak akan mengganggu kalian lagi," Monica tersenyum tipis.

Sudah cukup karma yang telah Tuhan berikan padanya. Dia tidak ingin mendapat karma-karma lain yang akan membuatnya semakin hancur.

"Tuhan, jika terbesit didalam pikiranku untuk mengganggu hubungan mereka, matikan saja aku!"

___________________

Aku up
Maaf dikit.

Akhirnya satu masalah selesai.
Monic enggak bisa di bilang tobat, tapi dia enggak akan ngeganggu Arga dan Adeeva.

Apapun keputusan akhirnya aku harap kalian terima, soalnya akhir dari kisah ini nanti nyambung ke sequel nya.

Kita lihat ke gilaan Arga setelah Eva pergi😏

Rasain!

Ig: ranisit_0

ARGANTARA|•| MENGULANG WAKTU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang