A-MW. 33

31.2K 1.8K 58
                                    

Bugh

Bugh

Bugh

Setelah mendapat pukulan dari Gibran, Arga mendapat pukulan beruntal dari Arya. Hingga wajah pria tampan itu sudah berlumuran darah.

Asri memalingkan wajahnya dengan air mata yang berlomba-lomba turun, melihat kondisi anaknya yang jauh dari kata baik.

"Sudah cukup! Bawa anakku kerumah sakit," lirih Asri.

"Papah!" Pekik Asri.

"Pria biadab, jahanam! Saya akan mengurus perceraian kalian," Ucap Arya dengan napas yang masih memburu.

Arga yang masih sedikit sadar menatap Arya dengan tatapan bersalah. "M-maaf!" Setelah mengucapkan kata itu, Arga langsung tak sadarkan diri.

Arga memang menyusul ke bandung, berharap Adeeva dan Alix ada disana. Tapi baru saja dia menginjakan kakinya didepan rumah Arya, dia sudah mendapat pukulan terlebih dahulu dari Gibran hingga berakhir sekarang.

Bahkan Arga tidak di beri kesempatan untuk menjelaskan perihal kesalah pahaman dirinya dan Adeeva.
______________

Dengan riang, Adeeva menyambut kehadiran suaminya yang baru pulang kerja. Namun, sorot dingin dari Arga membuat senyum Adeeva tidak sama sekali pudar.

"Mas suami!" serunya penuh keceriaan.

Arga, dengan tatapan tajam, merespon, "Berhenti memanggilku seperti itu! Menjijikan!"

Meski disergap oleh kata-kata kasar, Adeeva tetap tersenyum tanpa terluka.

"Kamu pulang cep--"

"Adeeva, berhenti! Kita tidak sedekat itu!" kata Arga, meninggalkan Adeeva sendirian.

Namun, Adeeva keras kepala, dia memutuskan mengejar Arga hingga ke lantai atas. "Mas, Alix ingin dijemput olehmu."

Arga terus melangkah tanpa membalas perkataan Adeeva. Namun, ketika Adeeva mengulangi permintaannya, Arga, yang sudah geram, memberhentikan langkahnya.

"Dia bukan anak saya! Saya benci kamu dan anak sialan itu!" ucap Arga tanpa menoleh, meninggalkan Adeeva yang terpaku di tempat, hatinya remuk oleh kata-kata yang menusuk.
__________

Dengan semangat yang memancar, Alix menyampaikan kegembiraannya, "Papi, Alix ulang tahun hari ini, loh!"

Bocah itu berjalan sambil mengikuti langkah Arga yang hendak meninggalkan rumah.

"Saya tidak peduli!" jawab Arga dengan nada dingin.

Tak gentar, Alix tetap mencoba membujuk, "Papi, Alix hanya ingin tiup lilin bersama Papi. Enggak perlu merayakannya besar, yang penting Papi temani Alix saat tiup lilin," ucapnya penuh harap. Alix berharap Papi nya dapat melibatkan diri dalam momen kecil yang berarti baginya.

"Mami sudah menyiapkan kue, Papi. Ayo, temenin Alix tiup lilin!"

Arga memberhentikan langkahnya tiba-tiba, menatap Alix dengan tatapan tajam yang membuat bocah itu seketika menundukkan kepalanya.

"Saya bilang tidak!" ucap Arga tegas, menggambarkan ketidaksetujuannya dengan jelas.

"Saya sibuk!" tambahnya.

Tetapi, Alix yang tetap penuh semangat berkata, "Kalau begitu, ucapkan sesuatu untuk Alix, Papi!"

Arga menggeram marah. Hari ini, dia berencana menemui Zira, dan tentu saja, anak perempuannya menunggu dengan penuh harap.

"Enyah dari hidup saya! Saya bukan Papi kamu!" ucap Arga dengan keras, meninggalkan Alix yang terdiam dan terpukul oleh kata-kata kasar itu.
____________

Setetes air mata mengalir perlahan dari sudut mata pria yang kini tengah memejamkan kelopak matanya, meresapi luka dan kelemahan yang melumpuhkannya. Ruangan yang sunyi hanya diisi oleh suara detak jantungnya yang lemah, menciptakan aura kesunyian yang mendalam. Keadaan pria itu, terbaring lemah di tempat tidur, telah berlangsung selama seminggu lebih.

Di tempat yang berbeda, Adeeva dan Alix duduk bersama untuk sarapan pagi. Seminggu berlalu, semangat Alix merosot tanpa kehadiran sang papi.

"Alix, jangan sedih dong! Nanti dede bayi di perut mami juga ikut sedih," celetuk Adeeva dengan senyum lembut.

Alix mendongak, menatap sang Mami dengan tatapan polos. "Maafin Alix, Mami. Alix hanya merindukan Papi!" ucapnya dengan suara pelan, penuh keinginan untuk dimengerti.

Adeeva mencoba menghibur, "Jangan membicarakan Papi. Sekarang, makanlah yang banyak, dan setelah itu kita berangkat ke sekolah," ucapnya dengan nada lembut, berusaha mengalihkan perhatian Alix dari rindu yang menyelinap.

Alix mengangguk lesu, menunjukkan keberatannya. Hidup terasa begitu berat tanpa kehadiran Papi, dan setiap detik tanpanya terasa seperti kehilangan bagian dari dirinya yang tak tergantikan.

'Bukan hanya kamu yang rindu papi, sayang. Mami juga begitu merindukan papi kamu.'

Keadaan Adeeva yang mengandung belum ada yang mengetahuinya termasuk kedua orang tuanya. Dia belum siap mengatakannya, Adeeva hanya ingin proses perceraiannya dan Arga berjalan lancar.

'Ar, sejujurnya aku masih sangat mencintaimu! Rasanya aku ingin membunuh Monic agar dia juga tidak bisa memilikimu.'
_______________

Aku up🔥

ARGANTARA|•| MENGULANG WAKTU (SELESAI)Where stories live. Discover now